Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shindy Faginza

Adakah Manfaat dari Cemburu kepada Pasangan?

Curhat | Friday, 01 Dec 2023, 10:49 WIB

Seperti yang kita ketahui, cemburu merupakan suatu hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan, baik dalam hubungan percintaan, pertemanan, maupun dalam keluarga. Pernyataan ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Knox, Breed, dan Zusman (Yulianto, 2009) kepada sejumlah mahasiswa di Amerika Serikat dengan hasil lebih dari 50% yang menyatakan jika cemburu adalah hal yang normal terjadi dalam sebuah hubungan. Dilansir dari Yulianto (2010) cemburu memiliki arti sebagai suatu kondisi yang berkaitan dengan emosi, pikiran, dan perilaku.

Rasa cemburu sendiri bisa muncul karena adanya perasaan terganggu atas kehadiran orang lain dalam sebuah hubungan yang sedang dijalin sehingga hal ini dirasa menjadi suatu ancaman untuk sebuah hubungan percintaan yang sedang dijalin (Yulianto, 2009). Seperti yang kita tahu, cemburu selalu saja dikaitkan dengan hal-hal yang negatif. Namun pernahkah kalian berpikir, apakah rasa cemburu bisa bermanfaat bagi sebuah hubungan? Dan bagaimana kita bisa mencapai hal itu? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Cemburu. Sumber Foto : https://images.app.goo.gl/zWb8XAJGafqiftFP9

Menurut Buss, Larsen, Westen, dan Semmelroth dalam DeSteno et al. (2006) menyatakan jika cemburu sendiri berfungsi untuk membangkitkan respon somatic, kognitif, dan perilaku yang memang dibuat untuk mengatasi ancaman dalam sebuah hubungan. Meskipun cemburu sering menimbulkan dampak negatif bagi sebuah hubungan, sebenarnya jika dilihat dari sisi sebaliknya rasa cemburu juga memiliki dampak positif. Kita bisa mendapatkan dampak positif atau maanfaat ini dengan menerapkan sikap cemburu secara sehat. Dimana cemburu bisa dianggap sehat, jika seseorang bisa mengkomunikasikan rasa cemburunya kepada pasangannya (Szekely, 2023). Menurut beberapa ahli, cemburu memiliki dampak positif seperti :

1. Untuk mempertahankan hubungan

Menurut Harris dan Darby dalam Attridge (2013) jika perasaan cemburu bisa mengingatkan seseorang terhadap ancaman akan hubungannya sehingga rasa cemburu ini bisa memberikan motivasi perilaku kepada pasangan untuk melindungi hubungannya. Jadi, rasa cemburu bisa jadi pemantik seseorang dalam mempertahankan hubungan percintaanya agar tidak terjadi perpisahan. Biasanya seseorang akan berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan berbagai cara agar pasangannya tidak berpaling dan bisa melindungi hubungannya agar terhindar dari perpecahan.

2. Untuk memberikan bukti cinta

Menurut Dugosh, Mathes, Severa, dan White dalam (Attridge, 2013) rasa cemburu dihubungkan dengan rasa cinta yang lebih besar terhadap pasangannya. Rasa cemburu bisa hadir karena adanya rasa takut kehilangan terhadap pasangan, dengan begitu seseorang akan merasa cemburu jika pasangannya dekat dengan orang lain. Hal ini menjelaskan jika perasaan cemburu yang timbul dalam sebuah hubungan dapat dikatakan sebagai bukti jika seseorang mencintai pasangannya dengan amat sangat dan takut jika pasangannya mencari kenyamanan pada orang lain. Karena pada dasarnya, seseorang pasti butuh sebuah pengakuan atau validasi jika pasangannya memang benar-benar mencintainya.

3. Sebagai bentuk kepedulian

Ben-Ze’ef, Swami et al. dalam Rodriguez et al. (2015) menafsirkan jika cemburu merupakan sebuah bentuk kepedulian kepada pasangan. Bagi beberapa orang, cemburu bisa menjadi sebuah bentuk kepedulian terhadap pasangannya. Karena dengan kecemburuan yang hadir, bisa menjadi suatu bentuk kepedulian akan kehadiran pasangannya. Sebab perasaan cemburu tidak akan muncul jika seseorang memiliki sikap acuh tak acuh kepada pasangannya (Szekely, 2023).

4. Timbulnya perasaan positif

Tidak hanya menimbulkan perasaan negatif, cemburu terhadap pasangan juga bisa menimbulkan perasaan positif. Perasaan positif yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, cinta, dan merasa hidup (Pines & Aronson dalam Yulianto, 2009). Pada beberapa orang, mereka biasanya akan merasa senang saat mengetahui jika pasangannya cemburu kepadanya, karena hal ini menandakan jika pasangannya mencintainya. Hal ini tentu membuat seseorang yang dicemburui merasa hidup karena merasa jika dicintai oleh pasangannya.

Seperti yang sudah kita baca dari penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan jika cemburu sebenarnya bisa bermanfaat bagi suatu hubungan percintaan. Manfaat cemburu ini bisa kita capai apabila kita bisa menerapkan sikap kecemburuan secara sehat dalam sebuah hubungan yang sedang dijalani. Dengan demikian, diharapkan dari adanya tulisan ini bisa membuat kita paham jika sebenarnya cemburu tidak hanya menimbulkan efek atau dampak negatif tetapi juga bisa bermanfaat bagi sebuah hubungan percintaan.

Sumber :

Attridge, M. (2013). Jealousy and relationship closeness. SAGE Open, 3(1), 215824401347605. https://doi.org/10.1177/2158244013476054

DeSteno, D., Valdesolo, P., & Bartlett, M. Y. (2006). Jealousy and the threatened self: Getting to the heart of the green-eyed monster. Journal of Personality and Social Psychology, 91(4), 626–641. https://doi.org/10.1037/0022-3514.91.4.626

Rodriguez, L. M., DiBello, A. M., & Neighbors, C. (2015). Positive and negative jealousy in the association between problem drinking and IPV perpetration. Journal of Family Violence, 30(8), 987–997. https://doi.org/10.1007/s10896-015-9736-4

Szekely, G. (2023, September 14). Is jealousy healthy in a relationship? Thecouplescenter. https://www.thecouplescenter.org/is-jealousy-healthy-in-a-relationship/#:~:text=Jealousy%20is%20considered%20a%20necessary,fear%20of%20losing%20the%20relationship.

Yulianto, A. (2009). Cemburu dalam hubungan percintaan. Metamorfosis; Buletin Ilmiah Psikologi, 3(15), 6–11.

Yulianto, A. (2010). Proses cemburu dalam hubungan percintaan. Metamorfosis Buletin Ilmiah Psikologi, 4(18), 14–19.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image