Puisi Kebangsaan: Batin Merdeka Pahlawan Tanpa Nama
Sastra | 2023-11-30 16:09:40Batin Merdeka Pahlawan Tanpa Nama
Oleh: Ahmad Nugraha Azhari M.
Biru, menyeringai lepas menawan sukma
Hitam, melambai ruai menampik jiwa, di tapak kaki tanpa alasnya
Daun-daun hijau bertebar lepas oleh senjata tebas
Dahan-dahan mengering, mengelupas, hancur tertembak timah panas durjana
Ramai-ramai yang hening dalam kepedihan
Hening-hening yang ramai dalam balutan derai
Lemas Ia: berjuang berlumur darah, meneropong jala hidup bagi anak cucunya
Terbelalak mata, berkobar api, mendedah kepala
Terkepal tangan menggurat nadi mengobar cita
Cahaya Illah meresap kalbu berdentum doa
Luka-luka hinggap menganga di sekujur tubuh entah dirasa
“Merdeka merdeka ” sahut menyahut Pahlawan bangsa
17 pertempuran, 8 penyergapan, 45 pengintaian, tersaksi 78 sayatan
Menggelegar suara dalam balutan nafas yang semakin terengah
Ucapan “merdeka” kian pelan, namun lantunan zikir dan doa khidmat terpadu sejalan
Tidak abadi namanya, tanpa lencana, tanpa anumerta, sedang membekas pengorbanannya
Senyum Ia, melekap harap, raga terjajah rupa luka. Batin merdeka sejaras tali berutas tawa
Hari ini Ia menitip mata: menyaksikan tanah hitam yang dibela, biru laut yang dijaga, daun hijau yang diterpa
Entah apa yang di rasa: tanahnya mengeras, lautnya berkeruh, pohon daunnya ditebang
“Belalah kehormatan bangsamu, jagalah tanah airmu, cintailah saudaramu!”
Pesan tulus yang bukan pepesan citra. Batin merdeka para Pahlawan tanpa nama
78 tahun romansa umur bangsa, moga sayatan lampau para Pahlawan tiada sia-sia
------------------
TENTANG PUISI
Puisi “Batin Merdeka Pahlawan Tanpa Nama” adalah karya yang ditujukan untuk para pahlawan yang namanya tidak dikenal sejarah. Para pahlawan tanpa lencana, tanpa anumerta, Namun pengorbanannya sangat besar untuk bangsa Indonesia.
Pengorbanan satu orang pun sangat berharga bagi bangsa ini, dalam skala kecil atau besar, mereka yang berjuang dengan harta, tenaga, pemikiran bahkan nyawa layak disebut pahlawan. Baik pahlawan yang mengangkat senjata maupun yang berjuang dalam hal lain. Termasuk para guru yang mengajar lewat pena, sedang pena bisa lebih tajam dari senjata.
Saya tulis puisi ini di rumah sakit, ketika sedang menunggu anak kesayangan kami di rawat, dan saya menyaksikan istri sebagai sosok pahlawan yang terus bahu membahu merawat anak kami dengan cinta, tak kenal lelah dan waktu. Alhamdulillah sekarang kami sehat sekeluarga, moga seterusnya Aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.