Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ridwan Tri Wibowo

Cerpen: Misteri Lelaki Kayang di Malam Buta

Sastra | Wednesday, 29 Nov 2023, 21:11 WIB
donterase)" />
Ilustrasi malam buta (Pixabay/donterase)

Namanya hanya Jo. Ia tak punya nama panjang. Tinggi 160 cm dan berambut cepak-ngehe.

Satu tahun yang lalu, pukul 02.00, Jo ditemukan sedang kayang di bawah lampu jalanan oleh seorang perempuan bermata sayu. Awalnya ia mengira Jo adalah malaikat yang sedang menyamar menjadi orang gila.

Ketika berjalan ke warung Madura, perempuan itu melewatinya sembari berdoa yang baik-baik. Ia percaya doa yang dibacakan pada malam buta akan dikabulkan.

Sesampainya di warung Madura, ia melihat penjaga warung tersebut sedang menelepon seseorang di seberang sana. Kemudian, ia memanggilnya dan membeli satu bungkus mi instan dan sebutir telur ayam.

Di jalan pulang ia berpapasan kembali dengan Jo--masih dalam keadaan kayang. Lalu ia memanggilnya, ”Mas!” hingga berkali-kali. Karena kesal ia melemparkan sebutir telur ayam--yang niatnya akan direbus bersama mi instan--ke arah muka Jo.

Namun, Jo masih saja membeku. Ia mulai merasa ganjil dengan apa yang dilihatnya. Dalam hatinya berkata, "Ini orang apa patung si sebenarnya?” seraya menggoyang-goyang tubuh Jo yang kaku. Ketika ia menggoyang-goyang kan tubuh Jo, seorang satpam komplek menghampirinya.

Satpam komplek bertanya, “Ngapain kamu malam-malam dengan laki-laki?” dengan muka yang dibuat garang. Perempuan bermata sayu terlihat kikuk. Ia bingung karena harus berkata apa.

Eh, kamu malah diam. Siapa lelaki itu? Kenapa ia bergaya kayang seperti itu?” tanya satpam komplek sambil menyapu bibirnya dengan lidah.

”Tidak tahu, Pak. Saya menemukannya sudah dalam posisi kayang.”

”Yang benar kamu, kamu habis berbuat apa tadi?” Sambil mengedipkan salah satu matanya.

Tiba-tiba terdengar suara ’pluk’. Sambil mengelus-elus pipinya satpam komplek itu mendorong perempuan bermata sayu hingga terjatuh.

”Kurang ajar kamu, Jalang! Sudah terciduk ingin melakukan mesum. Berani-berani kamu menampar saya.”

”Saya bukan wanita murahan, bangsat! Mulut bapak yang jalang.”

Terdengar suara ’pluk’. Kali ini, perempuan bermata sayu yang ditampar oleh satpam komplek. ”Ayo ikut saya ke rumah pak RT, bawa lelaki bajingan itu sekalian!”

”Ayo bajingan!” Teriaknya kepada Jo yang sedang kayang.

Karena Jo tidak mau menurut. Satpam komplek menghampirinya dan menendang kedua tangannya. Namun, tangan Jo tidak bergeser sedikit pun. Karena merasa malu ia menendang tangan Jo sekali lagi. Satpam komplek itu malah terjatuh.

Dengan amarah bercampur rasa malu. Satpam komplek meninggalkan Jo sendirian. Ia membawa perempuan sayu sambil membisu hingga rumah pak RT.

***

Sehabis subuh. Sudah lumayan ramai warga yang melihat penampakan Jo. Warga sibuk memotretnya dan menyebarkannya ke media sosial. Pukul 07.00 lokasi Jo kayang sudah ramai sekali. Sampai-sampai ada warga yang bertengkar. Warga tersebut mengaku belum ke bagian melihat Jo dari dekat.

Gabungan satpam komplek pun kewalahan menghadapi warga. Ada anak remaja emosian yang bertengkar karena tidak sengaja kepalanya tersikut oleh anak muda yang ingin memfoto Jo ke story sosial medianya. Lalu ada ibu-ibu ceweret yang lupa berbelanja ke pasar dan bapak-bapak pengangguran yang lupa memberi makan burung kesayangannya.

Sejam kemudian suasana semakin tidak kondusif. Pertengkaran antar warga pecah. Dua orang pemuda meninggal di tempat. Polisi baru datang setengah jam kemudian. Polisi mengira laporan tentang Jo hanyalah lelucon pak RT saja. Kepala regu polisi yang bertanggung jawab atas masalah ini pun, berkali-kali meminta maaf kepada warga.

Beberapa jam kemudian, dua mobil pengangkut alat berat datang. Namun usaha untuk mengangkut Jo gagal. Hingga sore hari datanglah satu mobil. Dan, ternyata usaha tersebut gagal lagi. Pihak polisi pun mulai kelimpungan karena malam hari akan tiba.

***

Setelah pulang dari rumah pak RT seorang diri, perempuan bermata sayu diculik oleh seorang lelaki kurus berambut ikal. Lelaki itu pun membawa masuk ke sebuah mobil jeep tanpa ada perlawanan.

Karena heran lelaki berambut ikal itu bertanya padanya.

”Mengapa kamu tidak melawan sedikit pun ketika tadi aku culik tadi?”

”Kamu curang. Kamu menculikku dengan selembar kertas berisi garis takdir hidupku.”

”Haha. Tapi tidak perlu takut. Aku bukan malaikat utusan Tuhan.”

”Lalu kamu siapa?”

”Aku adalah editor buku dari penulis bertopi pet. Penulis itu sekarang sedang berada di rumah sakit.”

”Lalu apa hubungan dengan kau menculikku dengan sakitnya penulis bertopi pet?”

”Baik, aku akan ceritakan sambil jalan,” sambil menepuk pundak temannya yang menjadi supir sebagai tanda untuk berangkat.

”Sebelum bercerita aku ingin bertanya, apakah kamu jomblo?”

”Apa si kamu laki-laki ganjen banget, nanya-nanya segala, kalau iya aku pun juga tidak mau berpacaran denganmu.”

”Bukan itu maksudku. Aku hanya menanyakan seperti yang diperintahkan oleh penulis bertopi pet.”

Di perjalanan menuju rumah sakit, lelaki berambut ikal menceritakan bahwa lelaki yang sedang kayang di tiang listrik itu bernama Jo dan tidak mempunyai nama panjang. Jo merupakan tokoh fiksi dari penulis bertopi pet di sebuah novel yang berjudul ”Lampu Ayam”.

Dalam cerita novel tersebut, Jo sedang berkunjung ke rumah teman kuliahnya. Lalu, rumah teman kuliahnya Jo, diberikan alamat oleh penulis bertopi pet; dengan alamat yang ada di dunia nyata. Dan, alamat itu diambil dari alamat komplek tempat perempuan bermata sayu tinggal.

Pada dini hari, Jo pun sedang mabuk bersama temannya, dan bermain truth or dare. Lalu, Jo memilih dare kemudian temannya menyuruhnya kayang di bawah tiang listrik dekat warung Madura yang penjaganya hampir setiap saat selalu telponan.

Kemarin sehabis Isya, editor itu mengecek keberadaan rumah temannya Jo, warung Madura yang penjaganya selalu telponan, dan lampu jalanan dekat warung Madura tersebut. Editor itu langsung kaget ketika melihat lampu jalanan dan warung Madura itu benar-benar ada di dunia nyata. Namun ketika mencari rumah temannya Jo, editor berambut ikal ini hanya menemukan sebuah kebun tidak terurus.

Tak lama kemudian editor berambut ikal ini, segera pergi ke rumah sakit untuk menceritakannya langsung kepada penulis bertopi pet. Di rumah sakit mereka berdua berdiskusi dan mengambil keputusan siapa yang menemukan Jo dini hari nanti berhak melanjutkan penulisan novelnya.

Editor berambut ikal pun bertanya, mengapa bukan dirinya saja yang melanjutkan penulisan novel ”Lampu Ayam”. Penulis bertopi pet pun menjawab bahwa ia belum menuliskan kisah percintaan Jo dengan seorang perempuan.

”Biarkan dia menemukan Jo mempunyai hak istimewa melanjutkan penulisan novelku. Aku berharap perempuan itu sedang jomblo dan menjadikan Jo sebagai pacarnya,” ujar penulis bertopi pet.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image