Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Komponen Inti dalam Pendidikan Islam

Eduaksi | 2023-11-29 16:23:19

Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Jika kita menelisik lebih dalam Sirah Nabawiyah, maka kita akan mendapati satu konsep Nabawiyah, yaitu membangun peradaban mesti dimulai dari pendidikan. Karena, unsur terpenting dalam membangun peradaban adalah sumber daya manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendidik umat di Darul Arqam, sebuah rumah sederhana yang dijadikan pusat pendidikan. Di sinilah Rasulullah mendidik para sahabat dengan kurikulum Al-Qur’an.

Karena itu, mengacu pada model pendidikan Darul Arqam, kita memahami ada tiga komponen inti dalam pendidikan yang mesti menjadi perhatian utama, yakni guru, kurikulum, dan murid. Inilah tiga komponen inti yang menentukan keberhasilan pendidikan.

Kita juga menjadi paham pendidikan tidak mensyaratkan sarana prasarana megah dan lengkap. Bukan pula media pembelajaran canggih dan modern. Sarana prasarana hanyalah komponen pendukung. Tidak harus megah dan lengkap. Pun dengan media pembelajaran. Tidak harus canggih.

Sayangnya, lembaga pendidikan kita saat ini alpa memerhatikan tiga komponen inti pendidikan. Banyak sekolah yang malah berlomba-lomba memperbaiki dan meningkatkan sarana prasarana, serta melengkapi berbagai media pembelajaran berbasis teknologi informasi terkini.

Sementara, komponen guru, kurikulum, dan murid kurang mendapat perhatian. Akibatnya, proses pendidikan yang berlangsung jauh dari nilai-nilai pendidikan sejati. Sekolah boleh megah, media pembelajaran boleh canggih, namun apa artinya jika output pendidikannya nir adab.

Karena itu, perlu kesadaran kolektif dari para pemangku kepentingan pendidikan untuk mengembalikan pendidikan pada konsep sejatinya. Pendidikan kita mesti berfokus meningkatkan kualitas guru, kurikulum, dan murid.

Mari kita telaah bagaimana pendidikan Islam menjelaskan konsep guru, merumuskan kurikulum, dan memformulasikan profil murid. Perbaikan konsep dan kualitas guru, kurikulum, dan murid pada akhirnya akan berdampak signifikan pada kualitas output pendidikan yang dihasilkan.

Tengok saja kualitas output pendidikan Darul Arqam. Sebuah generasi pemimpin yang kemudian mampu mengukir peradaban gemilang. Rasulullah sendiri yang memberikan jaminannya, Khairul qurun qarniy, sebaik-baik generasi adalah generasiku (para sahabat).

Karena itu, mari kita mulai dari rentang kendali masing-masing. Para kepala sekolah pun bisa memulainya dari sekolah yang dipimpinnya untuk memperbaiki konsep dan kualitas guru, kurikulum, dan murid.

Pertama, konsep dan kualitas guru. Sejatinya guru bukan sekadar profesi, melainkan sang arsitek peradaban. Maka, paradigma guru haruslah benar dan dan visi guru mesti melampaui masanya. Guru mesti melihat muridnya sebagai calon aktor pembangun peradaban.

Karenanya, guru mesti memiliki dua kompetensi utama; pertama, diteladani karena kemuliaan akhlaknya dan keistiqamahan ibadahnya. Kedua, dikagumi karena keluasan ilmu dan keahlian kompetensinya.

Guru harus mampu menjadi sosok yang diteladani. Menjadi role model bagi muridnya. Murid bisa melihat walking values pada diri gurunya untuk ditiru dan diikuti. Selain itu, guru juga mesti menjadi sosok yang membakar semangat belajar muridnya karena terinspirasi oleh kedalaman ilmu dan keahlian kompetensinya.

Kedua, konsep dan kualitas kurikulum. Kurikulum adalah titian untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum antar fase pendidikan tidak boleh tumpang tindih, melainkan menunjukan satu koherensi menuju tercapainya tujuan pendidikan.

Karena itu, kurikulum harus mencerminkan urutan dan prioritas mempelajarinya. Kemudian, gradasi, keluasan, dan kedalaman tingkatan ilmu. Kurikulum juga harus mencerminkan kompetensi atau profil yang akan dicapai setelah murid tuntas mempelajarinya dalam satu fase pendidikan. Dengan demikian, kurikulum pendidikan menjadi sistematis, sesuai urutan dan usia belajar pada setiap fase pendidikan.

Ketiga, konsep dan kualitas murid. Dalam pendidikan Islam, murid mesti memiliki adab dan kompetensi sebagai pembelajar sejati. Murid dituntut meluruskan niat dalam menuntut ilmu dan menampilkan kesalehan serta kesungguhan dalam proses belajar mengajar. Karena itu, matrikulasi pada awal tahun ajaran menjadi penting.

Matrikulasi menjadi sarana untuk melakukan induksi adab dan karakter pembelajar sejati. Selain itu, juga proses pembekalan kompetensi dasar untuk menunjang efektifitas dan keberhasilan pembelajaran, seperti quantum learning. Durasi matrikulasi bisa fleksibel sesuai kebutuhan sekolah dan jenjang pendidikan. Poin intinya output matrikulasi tercapai, yaitu murid memiliki adab dan kompetensi sebagai pembelajar sejati.

Ketika komponen inti pendidikan, yaitu guru, kurikulum, dan murid ala Darul Arqam kita reaktualisasi, insya Allah madrasah, sekolah, dan pesantren kita akan mampu melahirkan generasi pemimpin pembangun peradaban. Bukan hanya pada skala lokal, regional, ataupun nasional, melainkan juga dalam skala global.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image