Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yerri Satria Putra

Diksi-Diksi Unik dalam Lirik Lagu Pop Minang: Kaya Makna Dan Tantangan Pemaknaan

Sastra | 2023-11-27 00:29:28
Gambar hanya ilustrasi. Kecerdasan manusia dalam menciptakan musik dan keunikan liriknya tidak dapat digantikan dengan apapun. Ilustrasi oleh Yerri Satria Putra.

Dalam literatur sastra, pemilihan kata atau diksi memegang peran krusial dalam menyampaikan gagasan dan perasaan. Pradopo (2010) menyatakan bahwa seorang pencipta lagu memilih kata-kata dengan tepat untuk mencurahkan perasaan dan pikirannya. Selain itu, Gorys Keraf (2007) menjelaskan bahwa melalui diksi, terlihat kemampuan seseorang untuk membedakan nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Dengan kata lain, dua kata yang bersinonim atau memiliki kesamaan makna pada dasarnya dapat memiliki nuansa makna yang berbeda. Bahkan, ada juga fenomena yang disebut homonimi, yaitu dua kata yang sama bentuk tapi berbeda makna.

Pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh pencipta lirik lagu seringkali menjadi bahan dikusi yang menarik dan tidak habis-habisnya oleh para kritikus dan akademisi. Bahkan tidak jarang, diksi-diksi itu menjadi kontroversi dan multi tafsir mengingat diksi itu kadang-kadang masih terdengar asing di telinga para penikmat musik. Sebagai contohnya adalah diksi-diksi yang digunakan oleh para pencipta lagu pop Minangkabau, atau yang lebih terkenal dengan istilah lagu pop Minang. Para pencipta lagu pop Minang sering menggunakan diksi-diksi yang sangat lokal, yang berasal dari dialek bahasa Minang daerah tertentu atau juga diksi-diksi klasik yang sudah jarang dipakai oleh para penutur Bahasa Minangkabau.

Mengenai pilihan kata yang digunakan oleh para pencipta lagu pop Minang ini, Eka Meigalia dalam bukunya yang berjudul “Minangkabau Dalam Lirik Lagu” telah menjelaskan dengan sangat mendalam bagaimana proses penemuan diksi yang dijalankan oleh seorang pencipta lagu pop Minang. Walaupun pada akhirnya, diksi-diksi tersebut menjadi bahan perdebatan dan diskusi panjang, tetapi patut diakui bahwa kepiawiaian para seniman tersebut dalam merangkai kata-kata telah memberi warna tersendiri dalam dunia musik pop Minangkabau.

Berdasarkan hal tersebut di atas, tulisan ini akan mengulas dua lirik unik dan tidak biasa yang terdapat di dalam lagu-lagu pop Minang.

1. Diksi “tawang” dalam lagu “Rantau Den Pajauah” ciptaan Ipank.

Lagu "Rantau Den Pajauah" diciptakan oleh Ipank. Lagu ini telah ditonton lebih dari 3.789 kali dari total 13 ribu subscriber channel tersebut. Lagu ini juga menjadikan Ipank sejajar dengan penyanyi Minang terkenal lainnya seperti Ratu Sikumbang, Elsa Pitaloka, Sri Fayola, dan Vani Vabiola. Kesuksesan ini menandai penerimaan yang positif dari pendengar terhadap karya Ipank.

"Rantau Den Pajauah" pada channel youtube Elta Record. Lagu ini diciptakan oleh Ipank dinyanyikan langsung oleh Ipank berduet dengan Rayola." />
Gambar adalah hasil tangkapan layar dari video klip lagu "Rantau Den Pajauah" pada channel youtube Elta Record. Lagu ini diciptakan oleh Ipank dinyanyikan langsung oleh Ipank berduet dengan Rayola.

Dek harato mangko den jauh

Nak taraso tawang den tampuah

Hujan paneh nan denai hadang

Coitu nasib si anak dagang

Uda sayang tolong dangakan

Lah suratan ditangguang badan

Matohari nan denai hadang

Kandak rang tuo tak mungkin den lawan

(Rantau Den Pajauah. Ipank)

Dalam lirik lagu “Rantau Den Pajauah” yang dinyanyikan oleh Ipank di atas terdapat diksi “tawang”. Diksi ini tidak ditemukan di dalam kamus Bahasa Minangkabau apapun, tetapi apabila dicari diksi yang mendekati kata tersebut, kita menemukan kata "sawang" yang dalam Bahasa Indonesia berarti 'tempat yang sunyi, tidak berpenghuni'. Atau mungkin kita coba memahaminya dalam konteks budaya yang lain, karena dalam Bahasa Jawa, "tawang" berarti 'ruang antara langit dan bumi; awang-awang.' Oleh karena itu, hal ini membuat kita harus memahami konteks konteks budaya dan kreativitas pencipta lagu lebih mendalam. Perbedaan ini menciptakan kebuntuan dalam menjelaskan kekayaan makna yang terdapat dalam lirik tersebut.

2. Diksi “kukuik” dalam Lagu “Nyao Pulang Ka Badan” ciptaan Sexri Budiman

Lagu berjudul “Nyao Pulang Ka Badan” ini diciptakan oleh Sexri Budiman. Lagu ini membawa pendengar pada perjalanan melintasi waktu, menghadirkan kenangan yang terpendam dan emosi yang mungkin sudah lama terkubur. Lagu ini menjadi populer semenjak dinyanyikan oleh Ratu Sikumbang. Setelah itu, beberapa penyanyi Minang lainnya yang membawakan lagu ini memberikan kontribusi besar dalam menyampaikan emosi yang terkandung dalam lirik. Dengan vokal yang penuh emosi dan interpretasi yang mendalam, mereka mampu membuat pendengar merasakan setiap nuansa perasaan yang tergambar dalam lagu.

"Nyao Pulang Ka Badan" pada channel youtube Elta Record. Lagu ini diciptakan oleh Sexri Budiman dan dipopulerkan oleh Ratu Sikumbang." />
Gambar adalah hasil tangkapan layar dari video klip lagu berjudul "Nyao Pulang Ka Badan" pada channel youtube Elta Record. Lagu ini diciptakan oleh Sexri Budiman dan dipopulerkan oleh Ratu Sikumbang.

Ka dalam den raguak tangih

Di lua lai galak juo

Kok cinto ndak namuah habih

Den kukuik malah hati ko

(Nyao Pulang Ka Badan. Sexri Budiman)

Dalam lirik lagu "Nyao Pulang Ka Badan," terdapat diksi yang tidak lazim digunakan oleh penutur Minang. Diksi "kukuik" sebaimana penggalan lirik di atas, mengundang berbagai interpretasi. Meskipun banyak orang menganggapnya sebagai padanan kata "kikis" dalam Bahasa Indonesia, tetapi diantara kedua diksi itu sebenarnya terdapat perbedaan signifikan. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Minang Bagian Pertama yang disusun oleh Drs. Gouzali Saydam, kata "kukuik" atau "mangukuik" berarti 'mengokot, menggaruk.' Sementara itu, "kikis" dalam bahasa Indonesia berarti 'menghilangkan, menghapuskan.' Oleh karena itu, pemilihan "kukuik" untuk menggambarkan hati dalam lirik "kok cinto ndak namuah abih, den kukuik malah hati ko" menghadirkan makna bahwa perasaan cinta itu tetap ada, tetapi dengan merusaknya, kemampuan atau fungsinya untuk mencintai akan hilang.

Pilihan-pilihan diksi unik di atas adalah contoh kecil dari ribuan lagu pop Minang yang ada saat ini. Hal ini juga menandakan lagu-lagu Minang tidak hanya menjadi kaya makna melalui pemilihan kata-kata yang kreatif, tetapi juga menantang pendengar untuk memahami konteks budaya dan sosial yang mendasarinya. Keunikan dalam penggunaan kata-kata ini menjadi salah satu daya tarik lagu-lagu Minang, memperkaya pengalaman mendengarkan dan merangsang diskusi mengenai makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, peran pemaknaan tidak hanya berada di tangan pencipta lagu, tetapi juga pada pendengar yang memiliki tugas untuk meresapi dan memahami keindahan serta makna yang terkandung dalam setiap lirik.

Sumber

Keraf, G. (2007). Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Meigalia, E. (2019). Minangkabau Dalam Lirik Lagu. Padang: LPPM Universitas Andalas.

Pradopo, R. D. (2010). Teori Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image