Krisis Etika dan Moral Serta Sopan Santun Peserta Didik dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan dan Literasi | 2023-11-26 06:58:12Rintan Fadhilah 2305113554
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan
Universitas Riau
Pendidikan adalah jembatan untuk menuntut ilmu guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Education has a very important role in the progress of a country. Education is the main provision for humans in life. Dengan pendidikan kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan. Akan tetapi, kondisi pendidikan negara kita saat ini sangat memprihatinkan. Moral dan etika sopan santun para peserta didik saat ini sangat minim. Tidak hanya para peserta didik saja, saat ini moral dan etika para pendidik di ranah pendidikan juga tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik yang berpendidikan.
Krisis etika, moral dan sopan santun pendidik dan peserta didik merupakan sebuah permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral dalam diri peserta didik. Namun krisisnya moral dan etika serta sopan santun pendidik dan peserta didik dapat menghambat proses pendidikan dalam membentuk karakter tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan krisis moral, etika dan sopan santun dalam dunia pendidikan di antaranya adalah kurangnya pendidikan moral dan etika sejak dini, kurangnya peran guru sebagai teladan di sekolah, dan menjauhnya diri dari tutunan agama.
Di zaman sekarang bukan hanya seorang peserta didik saja yang mengalami krisis moral dan etika bahkan banyak kita jumpai para pendidik yang mengalami krisis etika dan moral. Kasus demi kasus banyak kita jumpai baik di media massa ataupun secara langsung yaitu adanya oknum pendidik yang berbuat tidak senonoh terhadap anak didiknya. Kasus-kasus seperti ini sangatlag miris dan tidak patut dicontoh karena perbuatan seperti ini tidak mencerminkan profesinya sebagai seorang pendidik yang berpendidikan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan krisis moral etika dan sopan santun di antaranya adalah:
1. Masuknya budaya asing. Masuknya budaya luar yang dapat mempengaruhi warga negara Indonesia, khususnya generasi millenial yang mudah terpengaruh dengan budaya luar sehingga mereka semakin menjauh dari budaya asli bangsanya sendiri.
2. Pesatnya perkembangan teknologi. Akses informasi yang sangat mudah dijangkau melalui internet membuat generasi millenial menyalahgunakan kemajuan teknologi ini seperti menggunakannya untuk mengakses foto dan video porno serta hal-hal buruk lainnya yang dapat merusak kepribadian menyebabkan terjadinya krisis moral dan etika serta sopan santun dalam berperilaku.
3. Menurunnya ketakwaan seseorang kepada Tuhan. Ketika seseorang mulai menjauh dari agamanya maka keimanannya akan mulai turun, ini bisa menjadi penyebab orang tersebut melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma agamanya.
4. Lingkungan yang tidak baik. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pola pikir dan perilaku seseorang dalam bertindak. Sehingga lingkungan menjadi alasan dan penyebab menurunnya etika dan moral dalam pendidikan.
5. Kurangnya kewaspadaan dari keluarga dan diri sendiri. Pengawasan dalam lingkungan keluarga khususnya para orang tua sangat penting dalam kehidupan anaknya agar tidak terjadi krisis moral dan etika dalam dunia pendidikan.
6. Kurangnya pengetahuan diri untuk menganut agama. Pemahaman tentang agama yang rendah sudah menjadi hal yang lumrah di era modern terutama bagi para generasi millenial. Ketuhanan dan agama hanya menjadi sebuah simbolik saja, perintah dan larangan agama menjadi mudah dilaksanakan.
Salah satu hal yang mempengaruhi krisis moral dan etika serta sopan santun para peserta didik saat ini yaitu perkembangan teknologi yang semakin meningkat seperti munculnya berbagai jenis gadget yang semakin canggih. Dengan munculnya berbagai jenis gadget yang semakin canggih para peserta didik semakin bebas browsing hal-hal yang diinginkan, rasa sosialisasi terhadap hal-hal di sekitar menjadi berkurang diakibatkan mereka terlalu sibuk menggunakan gadget bahkan sampai lupa dengan keadaan di sekelilingnya. Media sosial yang membanjiri informasi yang tidak selalu positif terkadang banyak informasi hoax juga dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik dalam bertindak. Pergaulan bebas yang dianggap sebagai gaya hidup modern yang keren saat ini juga dapat mempengaruhi perilaku perserta didik, sehingga mereka menjadi lebih agresif dan kurang menghargai orang lain.
Dampak dari menurunnya sikap sopan santun peserta didik di sekolah sangat berdampak, baik bagi peserta didik itu sendiri, maupun orang lain dan lingkungansekitarnya. Dampak bagi peserta didik itu sendiri yaitu sikap kasar dan tidak sopan akan membuat mereka kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Sikap tersebut juga akan membuat peserta didik kesulitan dalam menjalin hubungan yang baik dengan teman, guru, dan orang tua. Dampak bagi lingkungan sekolah yaitu menurunnya sikap sopan santun peseerta didik akan berdampak pada kerusakan lingkungan sekolah, seperti vandalisme, perusakan fasilitas sekolah, dan perilaku menyimpang lainnya. Hal ini tentu akan membuat lingkungan sekolah tidak kondusif, dan membuat proses belajar mengajar terganggu.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi angkat bicara terhadap viralnya sejumlah akun di Instagram yang diduga milik murid SMK di Bogor yang berkomentar melecehkan saat guru perempuannya live di Instagram. Menurut Kak Seto, kasus ini mengajarkan pentingnya etika dalam pembelajaran. Karena itu, Kak Seto mengimbau pengajaran etika seperti sopan santun menjadi salah satu yang diperhatikan dan diajarkan secara nyata.
"Pertama kita tahu isi pendidikan kita ada lima yakni etika, estetika, iptek, nasionalisme dan Kesehatan. Etika kadang-kadang kita lupa kalo itu merupakan unsur utama dalam Pendidikan di sekolah maupun di rumah. Ethics, like manners, need to be taught not just in theory but with real examples," ujarnya pada Republika, Rabu (15/7). la berkata, salah satu yang mempengaruhi sikap anak adalah media sosial.
“Etika sendiri dasarnya agama, jadi agama harus betul-betul diperkuat. Jadi harus bisa secara benar menyerap ajaran agama yang telah diajarakan, baik Islam, Budha, Kristen dan sebagainya. Selain itu karena ini kasus bisa saja ada contoh dari kecil membekas hingga remaja. Makanya kita selalu bilang setop kekerasan anak karena hasilnya akan seperti ini,” ujarnya. Pelecehan terhadap guru yang dimana sejumlah murid menuliskan komentar cabul yang melecehkan gurunya saat sedang melakukan live Instagram. Selain itu kak Seto juga mengatakan bahwa Social media and technology are now also a place for children to see and imitate things. Sehingga hal ini menjadi pembelajaran bahwa perlunya perbaikan Pendidikan dari keluarga maupun lingkungan sekolah.
SUMBER REFERENSI
https://news.republika.co.id/berita/qdkqzg282/murid-lecehkan-guru-kak-seto-pentingnya-pelajaran-etika
https://ntt.kemenag.go.id/opini/629/krisis-moral-pendidik-dan-peserta-didik-
https://www.merdeka.com/jatim/krisis-moral-adalah-turunnya-nilai-atau-karakter-baik-dalam-diri-ini-penjelasannya-3660-mvk.html
https://tkjsmkautomatsuda.my.id/read/10/pendidikan-merupakan-jembatan-mencerdaskan-generasi-bangsa
https://ragamnarasi.id/content/opini-artikel/perkembangan-pendidikan-tantangan-abad-21-dan-konsep-kurikulum-merdeka-untuk-mengatasi-krisis-moral
https://info.sman1cihaurbeuti.sch.id/read/48/etika-remaja-di-era-milenial#:~:text=Dampak%20dari%20menurunnya%20sikap%20sopan,dan%20berinteraksi%20dengan%20orang%20lain
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.