Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Daffa Azyumardi azra

Tantangan Pendidikan dalam Menghadapi Globalisasi

Pendidikan dan Literasi | Wednesday, 22 Nov 2023, 19:47 WIB

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi generasi muda untuk menyongsong masa depan, khususnya generasi muda yang menjadi sebuah objek di dalam dunia pendidikan.

Hal ini bisa dilihat bahwa bagaimana pendidikan menjadi peran untuk membimbing dan membina generasi untuk menjadi manusia seutuhnya.

pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari sudut pandang masyarakat pendidikan berarti pewaris kebudayaan dan generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan, dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara, dan sudut pandang individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.

Berdasarkan hal tersebut berjalan atau tidaknya pendidikan disuatu negara tidak bisa lepas dari pilar utama penyangga pendidikan. Pilar utama penyangga pendidikan adalah:

"Peran pendidik yang bersangkutan dalam mengelola pendidikan, Peran dan fungsi pemerintah dalam mendorong kemajuan pendidikan, Peran masyarakat sebagai salah satu elemen penting dalam upaya menjadikan pendidikan di negara ini lebih bermutu dan diharapkan mampu menjadi tonggak berjalannya suatu pendidikan di negara ini."

Tantangan Globalisasi

Globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan lain sebagainya yang terjadi antara satu negara dengan negara lainnya, tanpa menghilangkan identitasnya masing-masing.

Penyatuan ini terjadi berkat kemajuan teknologi informasi (TI) yang dapat menghubungkan atau mengkomunikasikan setiap isu yang ada pada suatu negara dengan negara lain. Karena berhubungan dengan dunia, dengan menanggapi tantangan-tantangan lingkungan, maka manusia mulai dinamis, mulai menguasai dan memanusiakan realitas.

Bagi umat Islam, globalisasi dalam arti tukar menukar dan transmisi ilmu pengetahuan,budaya, peradaban, dan sebagainya bukanlah hal baru. Sejak kedatangan lima belas abad yang lalu hingga sekarang, islam adalah agama yang amat akrab dengan globalisasi.

Berdasarkan catatan sejarah, islam telah mengalami tiga kali globalisasi, sebagai berikut:

1. Globalisasi Pertama

Globalisasi pertama, terjadi sekitar lima abad, yaitu mulai abad ke-7 masehi hingga mencapai puncaknya pada zaman Khalifah Abbasiyah: Al-Makmun pada abad ke-12 Masehi. Pada saat itu umat Islam menerima, menyerap, menerjemahkan, memahami, mendalami,

melakukan dialektika dan sintesis antara warisan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Yunani Kuno, India, China, Persia, Mesopotamia, dan lain sebagainya dengan Universitas ajaran Islam.

Pemikiran Yunani kuno yang demikian itu ternyata hanya melahirkan orang-orang yang tercerahkan, arif, saleh dan amanah, namun tidak dapat melahirkan berbagai karya-karya inovatif dan kreatif yang dapat disumbangkan bagi pembangunan kebudayaan dan peradaban dunia.

Pemikiran Yunani kuno itu sungguhpun demikian hebat dan dikenal oleh masyarakat dunia.

Pada era globalisasi pertama ini, dunia Islam dalam keadaan mulai bangkit Membangun hubungan dan komunikasi yang intens dan efektif dengan berbagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada di dunia, hasil dari komunikasi ini umat islam telah mencapai

kejayaan bukan hanya dalam bidang ilmu pengetahuan umum, kebudayaan dan peradaban. Sedangkan Eropa dan Barat berada dalam ambang kehancuran.

Tokoh-tokoh pendidikan Islam pada globalisasi pertama yaitu Al-Makmun, AlKhawarijmi, Al-Haitami dan Nasiruddin al-Tusi, Jabir Ibn Hayyan, Ibn Sina dan Imam AlZahrawi.

2. Globalisasi Kedua

Globalisasi kedua terjadi selama 4 abad, yaitu pada abad ke-13 M. Dan mencapai puncaknya pada abad ke-17 M. Yaitu ketika warisan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban Islam masuk ke Eropa dan Barat yang terjadi melalui kegiatan penerjemahan karyakarya ilmuan Muslim dalam berbagai ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Eropa: Latin, Inggris,Perancis.

Karya-karya ilmuwan Islam dalam berbagai bidang yang mereka temukan dibeberapa pusat peradaban Islam, khususnya Spanyol dan Sicilia di Italia, mereka menerjemahkan ke dalam bahasa-bahasa mereka. Melalui kegiatan penerjemah itu, mereka mengenal kedokteran dari Ibn Sina, progrevisme dan emperisme dari Ibn Rusy; filsafat, etika dan moral dari Ibn Miskawaih danal-Ghazali, ortopedi dari Az-Zahrawy, matematika dari Jabir ibn Hayyan, kimia da fisika dan alKhawarizmi, dan sebagainya.

Pada abad ini, umat Islam hanya mementingkan ilmu agama saja, sementara ilmu pengetahuan seperti matematika, astronomi, sosiologi, kedokteran dan lainnya tidak dipentingkan, dan dibiarkan untuk diambil oleh barat. Tokoh-tokoh pendidikan Islam pada globalisasi kedua yaitu Ibn Sina, Ibn Rusy, Ibn Miskawaih dan al-Ghazali, Az-Zahrawy, Jabir ibn Hayyan, dan al-Khawarizmi.

3. Globalisasi Ketiga

Globalisasi ketiga, terjadi selama tiga abad, yaitu abad ke-18 sampai dengan abad ke-20. Yaitu ketika dunia Islam mulai menyadari keterbelakangan, ketertinggalan dan keterpurukannya dibandingkan dengan kemajuan yang diawali dunia Eropa dan Barat. Dunia Islam yang demikian luas di zaman Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Turki Usmani sudah melepaskan diri.

Sebagian ada yang berdiri menjadi negara Islam, sebagian ada yang masuk ke wilayah Eropa danBarat, sebagian ada yang berada dalam penjajahan Eropa dan Barat.

Pada saat ini, umat Islam hanya mementingkan ilmu agama dan tasawuf yang diwariskanulama sebelumnya. Ilmu pengetahuan rasional, empiris dan eksperimen sudah mereka tinggalkan.

Akibatnya mereka terbelakang dalam bidang sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan,teknologi, kebudayaan, peradaban dan sebagainya.

Dalam keadaan demikian mereka dengan mudah dapat dikuasai dan dijajah oleh Eropa dan Barat. Dalam keadaan demikian, mulai abad ke18 M. Mereka mulai menyadari kembali akan kealfaannya. Mereka mulai mencari-cari akar penyebabnya. Sebagian mereka pendapat, akar penyebabnya adalah karena konflik dan perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, sebagai akibat dari akibat dari mementingkan tahta, harta dan wanita, kedudukan, kekayaan dan hawa nafsu.

Pada globalisasi ketiga ini, Eropa dadalam masa kemajuan, sedangkan dunia Islam berada dalam keterpurukan dan mulai bangkit kembali. Mulai abad ke-20, modernisasi di dunia Islam mencapai puncaknya yang ditandai dengan terlepas atau merdekanya

negara-negara Islam dari penjajah Barat, dan diambilnya kembali ilmu umat Islam dari tangantangan orang Barat, tanpa harus menjadi orang Barat.

Tokoh-tokoh pendidikan Islam pada globalisasi ketiga yaitu Syekh Abdullah Ahmad,Zainudin Labai El-Yunus, Syekh Ahmad Muhammad Soorkati al-Anshori, K.H. Ahmad Dahlan,Ahmad Hassan, K.H.Hasyim Asy‟ari, H.O.S. Tjokroaminoto, K.H.Abdul Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, Mohammad Natsir, Teungku Muhammad Daud Beureueh, uya Hamka, S.M dan banyak lagi tokoh lainnya.

4. Globalisasi Abad Ke-21

Globalisasi yang terjadi mulai abad ke-21 ini memiliki corak dan karakter yang berbeda, Azyumardi Azra mengatakan, bahwa globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat.

Muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini, tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supermasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya.

Globalisasi yang bersumber dari Barat, seperti bisa kita saksikan, tampilkan dengan watak ekonomi-politik dan sains-teknologi. Jika globalisasi pada tahap 1,2 dan 3 di atas, keadaan dunia masih ditandai oleh kemajuan di bidang industri, maka pada masa sekarang ini globalisasi ditandai oleh beberapa hal, sebagai berikut.

A. Adanya temuan di bidang teknologi canggih

khususnya teknologi di bidang Informasi Teknologi (IT), Keberadaan IT ini telah menyebabkan proses interaksi dan komunikasi sertatukar menukar informasi menjadi lebih cepat.

B. Adanya hegemoni kekuasaan dan kekuatan negara maju

kekuasaan dan kekuatan negara maju yang menguasai IT, sumber daya manusia yang berkualitas, modal yang besar serta manajemen yang rapi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya persaingan yang amat ketat, negara-negara yang kuat dan maju akan menguasai negara-negara terbelakang. Mereka melakukan hegemoni politik, Ekonomi,budaya, dan sebagainya.

C. Adanya tuntunan masyarakat

Adanya tuntunan masyarakat yang ingin mendapatkan perlakuan yang lebih demokratis, adil,manusiawi, dan humanis.

Tuntunan ini terjadi sebagai akibat semakin meningkatnya tuntutan

terhadap hak-hak asasi manusia (HAM), sebagai akibat dari terbebasnya dari politik diskriminatif penjajahan dan gerakan multikultural. Berbagai suku bangsa di Indonesia yang memberikan sumbangan besar bagi devisa negara, namun kurang mendapatkan perlakuan dan apresiasi yang wajar juga mulai melakukan tuntutan. Mereka menginginkan perlakuan yang lebih adil dan manusiawi dalam segala bidang.

D. Adanya Interdepensi

yaitu keharusan setiap negara melakukan kerja sama antara satu negara dengan negara lain dalam berbagai kehidupan. Yaitu dalam bidang sosial, ekonomi, pertahanan keamanan, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Hal ini terjadi karena tidak lagi satu bangsa saat ini yang dapat memenuhi

kebutuhannya hanya dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuannya sendiri. Di dalam proses kesalingtergantungan ini, sering terjadi dominasi atau bahkan hegemoni antara negara yang kuat terhadap negara yang lemah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image