Perdamaian Arab-Iran: Langkah Kesungguhan China dalam Menjaga Perdamaian Dunia
Politik | 2023-11-20 16:10:19Konflik berkepanjangan antara Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah telah menciptakan ketegangan di kawasan tersebut. Hubungan diplomatik mereka terputus pada 2016, memperparah ketegangan di Teluk. Dampaknya juga terasa di negara-negara sekitarnya, seperti Suriah di mana pemerintah yang didukung oleh Iran bertentangan dengan oposisi yang didukung oleh Arab Saudi, memicu kerusuhan dan penderitaan. Konflik ini juga memengaruhi Irak, dengan tuduhan bahwa Arab Saudi mendukung gerakan Islam Sunni radikal di sana. Eksekusi ulama Syiah terkemuka oleh Arab Saudi dan ancaman "balasan ilahi" dari Iran semakin memanaskan situasi di Teluk, mengganggu stabilitas politik dan keamanan di Timur Tengah. Konflik ini, yang dipengaruhi oleh perbedaan aliran agama antara Islam Sunni yang dianut Arab Saudi dan Islam Syiah yang dianut Iran, telah berlangsung lama dan menjadi salah satu akar utama konflik mereka. Konflik ini dapat disamakan dengan Perang Dingin versi Kawasan Teluk.
Pada awal tahun 2023, dunia disambut dengan berita luar biasa yang menghebohkan: Arab Saudi dan Iran, dua negara yang telah lama dikenal dengan konflik mereka yang sengit, akhirnya telah mendamaikan hubungan mereka. Bahkan lebih menggembirakan, kabarnya kedua negara ini telah mengirimkan Duta Besar masing-masing setelah proses perbaikan hubungan mereka. Namun, yang lebih mengejutkan adalah peran yang dimainkan oleh China sebagai mediator dalam proses perdamaian ini. Sebelumnya, pada tahun 2021, telah terjadi upaya komunikasi antara Arab Saudi dan Iran untuk mencapai kesepakatan damai, yang dimediasi oleh Irak. Namun, upaya tersebut ternyata tidak berhasil mencapai hasil yang signifikan (Liputan 6, 2023). Sebaliknya, mediasi yang dilakukan oleh China membuahkan hasil yang lebih positif dan bahkan mendapatkan pengakuan dan pujian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berikut adalah tiga pilar utama yang menjadi poin diplomasi China dengan Arab Saudi dan Iran:
A. Menghormati kedaulatan negara-negara regional;
B. Mengembalikan hubungan diplomatik dalam jangka waktu dua bulan; dan
C. Memberlakukan kembali perjanjian yang disetujui oleh Arab Saudi dan Iran termasuk perjanjian keamanan tahun 2001 (Bimo, 2023).
Tentu proses mendamaikan kedua negara ini menjadi sorotan, tetapi fakta bahwa yang menjadi mediator adalah China justru lebih menjadi pusat perhatian. Hal ini disebabkan China sendiri tidak memiliki citra sebagai negara yang kerap terlibat secara langsung dalam aksi perdamaian negara lainnya. Peran China sebagai mediator dalam konflik antara Arab Saudi dan Iran dianggap dapat menunjukkan pengaruh geopolitik yang semakin meningkat dari negara tersebut. China, dengan pendekatan diplomasi yang bijaksana, mampu membantu kedua pihak mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua negara dan kawasan secara keseluruhan. Keberhasilan mediasi China juga merupakan contoh bagaimana negara-negara besar dapat berperan dalam penyelesaian konflik internasional dan menciptakan stabilitas di kawasan yang penuh gejolak.
Orientasi ekonomi yang kuat ini tampak dalam berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah China, yang seringkali menekankan kerjasama ekonomi lebih dari kerjasama dalam bidang lainnya. Salah satu contoh nyata adalah peran China dalam perang dagang dengan Amerika Serikat, di mana China berhasil maju menjadi salah satu pesaing utama Amerika Serikat dalam perdagangan internasional. Pendekatan China dalam politik luar negeri juga mencerminkan ambisinya sebagai negara "rising power" yang ingin memainkan peran besar di panggung dunia. Dalam upayanya untuk membangun citra positif di mata negara-negara lain, China menerapkan konsep keamanan baru (new security concept) dalam hubungannya dengan negara-negara lain (Alunaza, 2021).
Kebijakan luar negeri China yang condong dalam bidang perekonomian juga tertuang dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Xi Jinping, presiden China, yaitu Belt and Road Initiatives. Presiden Xi Jinping mengimplementasikan kebijakan ini melalui dua fase termasuk “Silk Road Economic Belt” di Afrika dan “Maritime Silk Road” di Indonesia. Dalam kebijakan ini juga diutamakan lima kerjasama dalam bidang:
A. Mengoordinasikan kebijakan pembangunan;
B. Membangun jaringan prasarana dan sarana;
C. Memperkuat hubungan investasi dan perdagangan;
D. Meningkatkan kerja sama keuangan; dan
E. Memperdalam pertukaran sosial dan budaya
Walaupun dengan citra sebagai negara yang mengedepankan kepentingan bisnis, China sendiri ternyata memang tak lupa memperhatikan stabilitas dunia dengan turut menjaga perdamaian dunia. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Nasional ke-20 PKC atau Partai Komunis China pada tahun 2022 silam. Dalam konferensi tersebut disebutkan China akan terus menaati tujuan kebijakan luar negeri mereka yang bertujuan untuk menjaga perdamaian global serta mendukung perkembangan bersama. Mereka juga berkomitmen untuk mempromosikan pembangunan komunitas yang saling bergantung untuk seluruh umat manusia.
Dibawah arahan dan promosi Sekretaris Jenderal Xi Jinping, pembangunan komunitas global yang berkelanjutan telah mencapai kemajuan yang signifikan di berbagai sektor, dari tingkat nasional hingga lintas negara, baik dalam kerja sama bilateral maupun multilateral. Sekretaris Jenderal Xi Jinping telah memperkenalkan inisiatif utama "Satu Sabuk dan Satu Jalan," yang telah diterima dengan baik secara internasional dan menjadi platform kerja sama internasional yang penting. Selain itu, dengan Inisiatif Pembangunan Global dan Inisiatif Keamanan Global, Sekretaris Jenderal Xi Jinping telah memberikan dorongan yang baru dalam usaha memelihara perdamaian dunia dan mendorong perkembangan bersama (Kang, 2022).
Selain itu, bisa dikatakan bahwa diplomasi China yang mengejutkan ini juga merupakan bentuk dari CCD atau Community of Common Destiny. Dalam CCD tertuang sejumlah pilar utama yang menjadi pedoman kebijakan luar negeri China. Dua di antaranya menjadikan tindakan China masuk akal yakni ada aspek kemitraan (partnership), yang menunjukkan bahwa China ingin membangun hubungan yang erat dengan negara-negara lain. Kedua, terdapat aspek keamanan (security), yang menegaskan pentingnya stabilitas dan perdamaian dalam hubungan internasional. Bagi para pemimpin dan diplomat Tiongkok, konsep ini merupakan sebuah manifestasi yang menekankan pentingnya kepentingan bersama dan takdir bersama antara Tiongkok dan negara-negara lain. Mereka juga menyadari perlunya mengatasi tantangan bersama dalam kerangka kemitraan untuk mencapai perkembangan yang bersamaan. Pemerintah China juga berusaha mencari dukungan teoretis untuk konsep CCD ini dari nilai-nilai budaya tradisional China yang mengutamakan perdamaian dan kerja sama. Dalam pandangan mereka, CCD memiliki keterkaitan yang kuat dengan konsep-konsep seperti 'harmoni adalah hal yang paling berharga' (he wei gui), 'satu dunia' (shijie datong), dan 'harmoni antara surga dan umat manusia' (tianren heyi) (Zhang, 2018).
Dengan pedoman yang dipegang oleh China, tak heran China bisa menjadi salah satu negara yang berhasil melangsungkan mediasi antara Arab Saudi dan Iran. China mungkin hanya terlihat cuek dengan isu perdamaian dunia karena dominannya kebijakan politik luar negerinya yang berorientasi pada perekonomian, tetapi lebih dari itu China memiliki komitmen tersendiri mengenai perdamaian dunia. China dengan nilai-nilai tradisional atau konfusianisme yang masih dipegang teguh ternyata berhasil membawa perubahan dalam perdamaian dunia yang tak disangka-sangka.
Sumber referensi:
Alunaza, H. (2021). Perspektif Baru Politik Luar Negeri China dalam Konstelasi Politik Global: Resensi Buku. Indonesian Perspective, 6(1).
Bimo, E. S. (2023). Retrieved from https://www.kompas.tv/internasional/388652/inilah-bocoran-kesepakatan-pemulihan-hubungan-arab-saudi-dan-iran-yang-dimotori-china-menggemparkan
Kang, L. (2022, November 5). China Mempromosikan Perdamaian dan Pembangunan Dunia. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/03/china-mempromosikan-perdamaian-dan-pembangunan-dunia
Liputan6.com. (2023). Pemulihan Hubungan diplomatik arab Saudi - iran Yang Dimediasi China Dapat Pujian Dari PBB. Retrieved from https://www.liputan6.com/global/read/5230617/pemulihan-hubungan-diplomatik-arab-saudi-iran-yang-dimediasi-china-dapat-pujian-dari-pbb
Zhang, D. (2018). The concept of ‘community of common destiny’ in China's diplomacy: Meaning, motives and implications. Asia & the Pacific Policy Studies, 5(2), 196-207.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.