Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muthiah Alhasany

Boikot Saatnya Industri Dalam Negeri Melesat

Politik | Saturday, 18 Nov 2023, 20:44 WIB
Ilustrasi produk dalam negeri (dok.herry grunger)

Semakin santer orang yang meneriakkan bahwa boikot akan membuat para pekerja kehilangan mata pencaharian. Apalagi asosiasi pengusaha mendesak pemerintah untuk meninjau ulang anjuran boikot. Lucunya, BPJH Kemenag (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama) mengimbau agar masyarakat tidak memboikot secara membabi-buta.

Sikap ini kontradiktif dengan tekad untuk membantu Palestina agar bisa menekan Israel dan sekutunya. Padahal Indonesia berkomitmen menentang upaya zionis mencaplok Palestina. Jadi, seharusnya tidak ada keraguan untuk total memberikan dukungan.

Ada dua kemungkinan yang membuat goyah pihak-pihak terkait:

1. Mereka takut kehilangan pemasukan yang sangat besar. Antara lain, para pengusaha yang biasa melakukan perdagangan internasional. Lalu lembaga pemerintah yang tidak mendapatkan bea, serta para pejabat yang kehilangan fee.

2. Buzzer bayaran yang membela Israel melalui perusahaan yang terafiliasi dengan negara zionis tersebut. Mereka memenuhi komentar di akun medsos dengan pandangan negatif tentang boikot. Kalau diperiksa, akun-akun buzzer tersebut adalah akun fake yang tidak jelas identitasnya.

Maka, janganlah kita berfokus pada persoalan saja, tetapi kita harus mencari solusi. Bukan dengan menghentikan boikot, melainkan dengan memajukan industri dalam negeri, yang merupakan hasil karya anak bangsa.

Beberapa solusi yang bisa kita lakukan adalah sbb:

Pertama, beri kesempatan pada usaha lokal yang sejenis dengan usaha brand yang terafiliasi dengan Israel. Misalnya brand Starbucks, bisa diimbangi dengan usaha serupa. Bukankah sekarang banyak brand lokal tumbuh dan berkembang?

Pemerintah atau perbankan dapat membantu mendongkrak usaha sejenis yang potensial. Sehingga jika usaha tersebut berkembang pesat, maka bisa membuka banyak lowongan pekerjaan. Perusahaan-perusahaan itu bisa menampung para pekerja.

Kedua, promosi terhadap produk lokal harus ditingkatkan. Pengusaha yang jeli akan memanfaatkan saat ini untuk mempromosikan produknya. Melalui media sosial, semua bisa tersosialisasi dengan baik, karena masyarakat merupakan pengguna media sosial.

3. Beri kemudahan bagi usaha lokal. Baik itu soal perizinan, bantuan dana hingga pemasaran. Bahkan jika mereka diberi kesempatan menambah ilmu, maka mereka bisa meningkatkan kualitas produk lokal sehingga setara dengan produk yang terafiliasi dengan Israel.

Di sisi lain, soal harga biasanya lebih murah produk lokal. Ini tentu memberikan keuntungan, baik bagi produsen maupun konsumen. Apalagi jika produk lokal ini kemudian diekspor ke luar negeri, bisa bersaing di pasar internasional.

Karena itu, tak perlu menciutkan nyali dengan melangkah mundur dari boikot. Bila kita berusaha, selalu ada jalan untuk itu. Sudah lebih dari 12.000 orang yang tewas terbunuh. Kalau kita surut, maka genosida akan terus berlangsung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image