Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Kenapa Aksi Membela Palestina Semakin Membesar?

Politik | Wednesday, 15 Nov 2023, 15:30 WIB
Ilustrasi aksi solidaritas membela Palestina, sumber : https://rejogja.republika.co.id

Pasca operasi badai Al-Aqsa yang dilakukan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, tanggal 7 Oktober 2023, keadaan di Palestina lebih tepatnya di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan, agresi pihak zionis-Israel ke wilayah dengan luas 365 km persegi ini, telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan kita sebagai manusia, sampai artikel ini ditulis tercatat korban meninggal menyentuh angka sebelas ribu jiwa, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Pihak zionis-Israel tidak hanya menargetkan warga sipil, mereka secara sistematis membumihanguskan berbagai fasilitas umum seperti sekolah, kampus, pasar, masjid, gereja, rumah penduduk, kantor pemerintah, dan rumah sakit. Angka korban diperkirakan terus bertambah, karena belum ada tanda-tanda Israel akan mengurangi intensitas serangan apalagi menghentikannya, meskipun kecaman masyarakat dunia atas perilaku biadab terus disuarakan diberbagai negara, tidak hanya di negara berpenduduk mayoritas muslim, kecaman juga datang dari penduduk di negara-negara barat, selama ini dikenal pemerintahnya sekutu Israel.

Solidaritas Dunia

Pada tanggal 19 Oktober 2023 di Inggris, puluhan ribu demonstran menggelar aksi unjuk rasa di kawasan downing street, di dekat kantor Perdana Menteri Rishi Sunak di London, mereka menyampaikan aspirasi pentingnya dimulai gencatan senjata antara Hamas dengan Israel, serta menyerukan kemerdekaan Palestina. Di Amerika Serikat puluhan ribu demonstran membentangkan spanduk memberikan dukungan pada Palestina, aksi solidaritas ini dilakukan di San Francisco, California, tanggal 4 November 2023.

Tidak ketinggalan dibeberapa negara eropa seperti Jerman, Swedia, dan Yunani, di waktu bersamaan, pada hari Minggu tanggal 12 November 2023, melakukan aksi mendukung kemerdekaan Palestina, mereka meneriakkan slogan seperti "Kebebasan Untuk Palestina", serta mengkritik serangan brutal militer Israel ke Jalur Gaza. Sebelumnya di Koloseum Roma, tanggal 29 Oktober 2023, puluhan ribu masyarakat Italia melakukan aksi solidaritas Palestina, mereka mengecam tindakan barbar tentara Israel yang membunuhi banyak warga sipil. Aksi solidaritas Palestina terjadi merata di negara-negara barat, dengan jumlah partisipan aksi mencapai puluhan ribu sampai ratusan ribu orang.

Sedangkan di negara-negara Islam dukungan atas perjuangan kemerdekaan Palestina mengalir deras dari masyarakat di Mesir, Irak, Iran, Tunisia, Maroko, Malaysia, Libya, Indonesia, dan lain-lain. Aksi spektakuler mendukung Palestina diberikan masyarakat Indonesia di Monas, 5 November 2023, yang diikuti hampir dua juta peserta, juga dihadiri para pejabat negara mulai dari menteri kabinet, ketua DPR RI, dan DPD RI. Aksi solidaritas Palestina di Monas tercatat sebagai aksi solidaritas terbesar di dunia sampai saat ini.

Fenomena masifnya dukungan kepada Palestina kita bisa membacanya dengan menggunakan teori gerakan sosial, tetapi sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu, bahwa pasca ambruknya Uni Soviet (komunisme) pada awal tahun 1990-an, isu mengenai demokrasi serta hak asasi manusia (HAM) menjadi salah satu isu sangat sensitif, setiap peristiwa atau kejadian mengindikasi terjadi pelanggaran HAM disuatu wilayah (negara) dipastikan menjadi sorotan atau pusat perhatian publik dunia. Posisi masyarakat internasional pada umumnya membela kelompok masyarakat yang teraniaya (mustadh'afin), serta tidak segan-segan melakukan pemboikotan dan perlawanan kepada aktor-aktor yang melakukan pelanggaran HAM.

Dukungan masyarakat dunia internasional semakin membesar ke Palestina, hal ini tidak bisa lepas dari semakin tingginya kesadaran masyarakat global terkait isu HAM, mereka sangat mudah terpicu emosi dan solidaritasnya ketika menyaksikan kemanusiaan telah direndahkan serendah-rendahnya, seperti aksi pembantaian (genosida) dilakukan militer Israel kepada masyarakat sipil Palestina dalam waktu sebulan terakhir.

Mengalirnya dukungan perjuangan Palestina sepertinya diluar prediksi Israel sendiri, selama ini mereka sangat percaya diri, bahwa “dagangan” sebagai korban holocaust pemerintahan Nazi-Jerman, selama puluhan tahun dipropagandakan lewat film, buku, dan museum. Ternyata tidak mampu menjaga simpati dunia kepada mereka, publik dunia mempertanyakan secara kritis atas aksi genosida di Gaza, dahulu korban pembantaian, kenapa sekarang menjadi dalang dari pembantaian warga sipil Palestina, sebuah bangsa yang tidak terkait tragedi holocaust menimpa bangsa Yahudi ketika perang dunia kedua di eropa.

Perspektif Gerakan Sosial

Dalam teori gerakan sosial terdapat jawaban atas pertanyaan kenapa aksi kolektif solidaritas Palestina semakin membesar hampir diseluruh penjuru dunia akhir-akhir ini.

Pertama, di dalam teori gerakan sosial dikenal adanya ideologi sebagai pemersatu partisipan gerakan (Kristeva, 2023). Tentunya, dimaksud ideologi disini bukan saja tentang narasi ideologi-ideologi besar dunia seperti sosialisme, fasisme, konservatisme, anarkisme, dan liberalisme. Ideologi juga dapat dipahami sebagai perangkat keyakinan dan tindakan sosial dari suatu kelompok masyarakat mengenai terbentuknya tatanan sosial yang dicita-citakan. Perkembangan ideologi kontemporer menunjukan bahwa sekat satu ideologi dengan ideologi lain kian pudar, saat ini tidak terdapat garis tegas pemisah, terkadang satu narasi bisa mempersatukan antar ideologi (Heywood, 2016).

Misalnya narasi tentang kemanusiaan (humanisme) hampir ada di dalam setiap ideologi, hal ini menjadi titik temu bersatunya para partisipan aksi solidaritas Palestina, meskipun dari latar belakang berbeda-beda, prinsip kemanusiaan telah menjadi bahasa universal. Di dalam aksi solidaritas Palestina diberbagai penjuru dunia kita bisa melihat secara kasat mata, beragamanya peserta aksi tidak hanya dari kalangan umat Islam atau keturunan arab saja, tetapi mewakili berbagai kelompok sosial, bahkan dari spektrum ideologi politik yang berbeda-beda. Hal ini menjelaskan kenapa isu kemerdekaan Palestina mendapat dukungan luar biasa besar melintasi sekat-sekat primordial, artinya bahasa kemanusiaan telah menjadi satu bahasa universal dalam membela Palestina.

Kedua, teknologi digital mempercepat arus informasi, sehingga peristiwa genosida di Jalur Gaza terlihat langsung oleh publik dunia melalui layar ponsel mereka. Di dalam teori gerakan sosial terdapat prasyarat sebelum aksi kolektif terjadi, yaitu adanya emosi publik relatif sama (Kristeva, 2023). Ketika kita menyaksikan korban sipil berjatuhan sangat banyak terutama dari kalangan anak-anak dan perempuan, semua orang yang menyaksikan itu, dipastikan akan terketuk pintu nurani dan kemanusiaannya. Mereka akan memiliki rasa solidaritas sosial sama, terjadi kejahatan kemanusiaan serius dilakukan zionis Israel, menargetkan masyarakat sipil sebagai target pemusnahan, sehingga melakukan pembelaan dengan turun aksi mendukung kemerdekaan Palestina menjadi keniscayaan, bisa dipastikan dukungan masyarakat internasional kian membesar, ketika kejahatan perang tanpa malu-malu terus dipertotonkan Israel ke publik dunia internasional.

Ketiga, keterlibatan para partisipan aksi bela Palestina meminjam teori gerakan sosial telah menjadi ekspresif personal, yaitu penemuan jati diri setiap orang yang sangat kuat mengenai pentingnya bergerak menyelamatkan kemanusiaan, partisipan gerakan bela Palestina menyakini tugas sejarah berada dipundak mereka untuk mengakhiri penjajahan zionis-Israel pada bangsa Palestina yang terjadi puluhan tahun lamanya.

Aksi solidaritas Palestina diprediksi semakin menguat tidak hanya di Indonesia, tetapi diseantero dunia, tindakan zionis Israel harus segera dihentikan, karena melanggar hukum internasional, mereka melakukan pembunuhan secara sistematis. Masyarakat dunia jangan diam menyaksikan pembantaian penduduk sipil Palestina. Birruh Biddam Nafdika ya Aqsa!

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Karawang.

Referensi Artikel

1. Heywood, Andrew. 2016. Ideologi Politik Sebuah Pengantar. (Pustaka Pelajar, Yogyakarta).

2. Kristeva, Nur Sayyid Santoso. 2023. Analisis Sosial Membentuk Kesadaran Kritis. (Pustaka Pelajar, Yogyakarta).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image