Bibi, Seorang Pelanggar HAM, Pembunuh Berdarah Dingin, atau Penjahat Perang?
Sejarah | 2023-11-06 15:09:35
Penulis: Fran Fardariko
Benjamin Netanyahu alias Bibi panggilan kecil nya, ialah putra Zila dan Ben-Zion Netanyahu (nama aslinya Milikowsky). Sanak keluarga Netanyahu berasal dari Lituania. Ben-Zionvayah, ialah profesor Sejarah Yahudi dan mantan editor Hebrew Encyclopedia (Ensiklopedi Ibrani), dan bekas pembantu senior dari Zeev Jabotinsky.
Kakaknya Yonatan ialah militer yang terbunuh pada Operasi Entebbe pada 1976, yang kemudian memicu dendam kesumat seorang Bibi terhadap penduduk Palestina di kemudian hari. Adiknya Iddo ialah radiolog dan penulis. Ketiga bersaudara ini pernah berdinas di satuan pengintai Sayeret Matkal.
Ketika ia berusia 14 tahun, keluarganya pindah ke Amerika Serikat dan menetap di Cheltenham Township, Pennsylvania, sebuah daerah pinggiran kota Philadelphia. Ia lulus dari SMA Cheltenham. Ia memiliki gelar B.Sc dalam Arsitektur dari Institut Teknologi Massachusetts, dan MBA dari MIT Sloan School of Management. Ia juga pernah belajar ilmu politik di Harvard dan MIT.
Setelah sekolah pasca-sarjana, Netanyahu kembali ke Israel. Netanyahu memandang dirinya sendiri dalam istilah gaya politik Winston Churchill. Dia ingin dikenang sebagai pemimpin yang menghadapi ancaman Iran, penyelamat Israel dalam menghadapi tantangan berat bagi orang-orang yahudi, di mana kakak kandung nya sendiri sudah kehilangan nyawa untuk berdirinya negara Israel. Bak cerita dendam kelompok mafia untuk mendirikan sebuah wilayah kekuasaan, bedanya mafia dalam bentuk negara, Israel. Namun peringatan 75 tahun negara ini akan dirayakan dengan sesuatu yang berbeda.
Demokrasinya sedang meredup bahkan kelam; masyarakat yahudi tidak pernah terpecah belah sedahsyat ini. Bibi si Netanyahu telah mendorong Israel ke tepi jurang pemerintahan totalitarian bertangan besi yang berlumuran darah anak-anak/ wanita Palestina dan Israel . Secara bertahap dan kemudian secara tiba-tiba Bibi membabi buta menyerang dan membunuh sipil Palestina dengan alasan memburu pejuang Hamas, Bibi sudah berubah menjadi "mesianis" extremist radikal yahudi-sehingga harus membungkam mayoritas yahudi yang pro demokrasi. Partai Likud yang di pimpin Bibi menjadi organisasi central pekaderan yahudi extrimist sayap kanan, dengan program utama menyudutkan "road map to peace" dan memblokir kemerdekaan Palestina, di tambah lagi dengan program pembangunan shelter/tempat tinggal penduduk imigran yahudi di Tepi Barat dan Gaza.
Pada tahun 1996, ketika ia pertama kali pindah ke kediaman perdana menteri, Netanyahu berusia 46 tahun, berwajah lebar, dengan mata asimetris yang menawan (satu terlihat senduh dan mata sebelah nya terbuka lebar) – pemimpin negara pertama yang lahir di Israel setelah pendirian negara tersebut, pada tahun 1948. dan Bibi menjadi pemimpin pertama yang menyampaikan pandangan nya dengan kalimat tidak pernah menyesal terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat.
Sekarang Bibi berusia 73 tahun, dia dikepung masalah di berbagai bidang. Dia diadili dalam tiga kasus korupsi yang digabung menjadi satu dakwaan pada tahun 2019 – tuduhan yang dia bantah. Meskipun istrinya, Sara, bukan terdakwa, dua kasus menampilkan dirinya.
Laporan tentang transaksi mereka, termasuk putra sulung Bibi, Yair, memiliki ciri khas sinetron kerajaan: persediaan sampanye berkelas elit, cerutu termahal Havana, dan perhiasan mahal dari Belgia; tuntutan juga di tuju kepada Bibi sebagai penjilat dan penyuap liputan pers; campur tangan yang mencolok dalam urusan penunjukan jabatan dan kebijakan. Saat ini, kiprahnya terhenti; bahunya bungkuk. Matanya melorot turun, Bibi sudah di titik nadir terbawah.Tinggal menunggu jatuh nya.
Hamaz seperti nya dijadikan jalan keluar bagi Bibi untuk mengalihkan permasalahan korupsi nya di dalam negeri. Kekejamaan Bibi terhadap kaum lemah Palestina seolah-olah menjadi atraksi 'bargaining' di forum internasional, meminta pembelaan dari Amerika Serikat yang juga dalam posisi terlemah nya.
Betapapun kerasnya para pembantunya mencoba, mereka tidak punya cara untuk memutar-balikkan fakta dimana Bibi dengan tangan berlumuran darah anak-anak Palestina sedang menghadapi 3 kasus korupsi di dalam negeri: Pria itu terlihat kelelahah dan hampir jatuh tumbang bersama kasus pelanggaran HAM, bahkan layak nya pemimpin kriminal perang.
Perombakan sistem peradilan yang di bentuk Bibi kini telah membahayakan semua pencapaian yang sudah tercapai, termasuk keberhasilan ekonomi Israel dan kedudukan internasionalnya. Netanyahu berada “dalam kondisi seperti bebek lumpuh,” Namun Barnea, kolumnis veteran untuk Yedioth Ahronoth, mengatakan kepada anggota koalisinya, dia mempermalukan Bibi setiap hari. Masalah hukum Bibi semakin meningkat dan memburuk.
Selain itu, Barnea menambahkan, “Dia tidak bisa pergi ke Gedung Putih, dan itu membunuhnya.” (Pertemuan Netanyahu dengan Presiden Biden pada 20 September adalah yang pertama sejak Netanyahu terpilih kembali pada November lalu dan terjadi di sela-sela Majelis Umum PBB.) Namun, banyak orang yang mengenal Netanyahu dengan baik beranggapan bahwa ia sudah kehilangan kendali, kata seorang mantan staf senior Netanyahu kepada publik baru-baru ini.
Di sisi yang lain, perombakan peradilan Bibi yang tidak populer – hanya satu dari empat warga Israel yang ingin agar perombakan tersebut dilanjutkan, menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Institut Demokrasi Israel , hal ini tidak menyurutkan semangat para pendukung Netanyahu.
Dalam jajak pendapat baru-baru ini yang mengukur kesesuaian untuk memimpin negara, ia dan Benny Gantz, yang mengepalai partai Persatuan Nasional yang berhaluan tengah, masing-masing mendapat suara 38 persen. (Sebagai perbandingan, Lapid, pemimpin oposisi saat ini, membuntuti mereka dengan perolehan 29 persen.) Namun sebagian besar wilayah negara pendukung Bibi, mulai dari pemukiman Yahudi di Tepi Barat hingga daerah kantong ultra-ortodoks hingga kota-kota pembangunan Israel yang miskin di wilayah bersebelahan Gaza, Bibi tetap menjadi seorang “Raja Bibi” yang di benci dan di sukai.
Ironis memang Bibi yang menoreh sejarah merah berdarah di tanah Israel dan Palestina dapat bertahan lebih dari 20 tahun karir politik otoriter nya.
Di sebelah kanan Netanyahu adalah Yoav Gallant, mantan mayor jenderal yang menjabat sebagai menteri pertahanan Israel. Kedua tokoh Israel tersebut berasal dari partai sayap kanan Likud, begitu pula Netanyahu sendiri. Namun konsensus mereka – sama seperti konsensus lainnya di negara ini – telah terpecah.
Sementara kubu Levin bertekad menggunakan mayoritas pemerintah untuk meloloskan paket undang-undang yang akan menghapuskan pengawasan peradilan di negara tersebut dan memusatkan kekuasaan di tangannya. Kubu Gallant, yang melihat dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh RUU tersebut di seluruh negeri, khawatir bahwa ini adalah langkah yang terlalu jauh.
Cara paket legislatif yang diusulkan (sepihak; terburu-buru) dan cakupannya ( perombakan total sistem ) telah berhasil mengguncang masyarakat yang telah menerima koalisi paling ekstremis dalam sejarah Israel. Israel tidak memiliki konstitusi tertulis. Parlemennya sebagian besar tidak berdaya dalam mengawasi kekuasaan: Koalisi yang berkuasa mempunyai mayoritas dan mempunyai kemampuan untuk memaksakan keputusannya di sana atas kehendak mereka sendiri dengan meloloskan paket undang-undang yang akan menghapuskan pengawasan peradilan di negara tersebut dan memusatkan kekuasaan di tangan Bibi.
Atas ulah politik Bibi masyarakat umum yahudi dengan latar belakang berbeda menentang kehendak Bibi dan koalisinya. Ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan di Tel Aviv dan kota-kota Israel lainnya setiap hari Sabtu sejak undang-undang tersebut diberlakukan pada bulan Januari.
Energi dan luasnya gerakan protes sangat mengejutkan. Melihat gelombang manusia melonjak melalui jalan raya yang diblokir sambil meneriakkan “Demokrasi!” adalah untuk melihat sekilas masyarakat Israel dalam segala keragamannya: Ada kelompok berjas putih (dokter) dan kelompok berjubah hitam (pengacara), Brothers and Sisters in Arms (anggota cadangan militer), Handmaids (kelompok perempuan), pelajar, guru, generasi muda, akademisi , aktivis anti-pendudukan, “demokrat Zionis yang religius,” pekerja teknologi tinggi dan pegawai negeri.
Dengan melihat kejadian protes besar di tanah Israel para pemimpin Internasional harus mendesak Bibi untuk mundur dari pemerintahan Israel demi terciptanya perdamaian dunia yang abadi, sehingga kelak ke dua negara Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.