Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Eduaksi | 2023-11-14 12:15:30Psikologi Komunikator Saat Anda berada di masjid atau rumah ibadah lain, menurut agama Anda. Seseorang berdiri di atas mimbar dan menyatakan betapa pentingnya menjaga kebersihan moral dan menghindari perbuatan dosa. Orang yang berkhotbah memiliki berambut gondrong dan kusut, memakai jeans yang sudah lusuh, kalung hitam dengan gantulan tengkorak kecil, dan jas hitam dengan lukisan apel merah yang besar. Akar bahar masih menghiasi lengannya yang kekar. la mengutip ayat-ayat suci, la serius. Anda tidak akan memercayai ocehannya, saya yakin. Anda akan mengira dia gila dan tersesat ketika masuk ke rumah ibadat. Dalam situasi lain, seorang bidan menyarankan istri Anda untuk memberi anak kesayangan Anda susu bubuk Nestle. Ia memberi tahu Anda bahwa susu bubuk ini mirip dengan susu ibu dan memiliki kadar protein yang tinggi, serta vitamin dan mineral yang penting untuk pertumbuhan bayi Anda. Saat Anda tiba di rumah, Anda mungkin masih mengenakan tunik putih, dan Anda mungkin mengalami bau rumah sakit. Saya memperkirakan bahwa Anda akan menerima anjurannya, atau paling tidak mempertimbangkan untuk melakukannya. Anda tidak bisa membayangkan bahwa perusahaan multinasional tengah "membunuh" bayi di negara dunia ketiga dengan menggunakan tenaga kerja paramedis. Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri atas dua unsur expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Nasihat dokter kita ikuti karena dokter memiliki keahlian. Akan tetapi, omongan pedagang yang memuji barangnya agak sukar kita percayai karena kita meragukan kejujurannya. Di sini, pedagang tidak memiliki trustworthiness.
Dimensi - Dimensi EthosInternalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita mene- rima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran. atau anjuran tersebut berguna untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita.Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self- defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak-tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (attractiveness)-daya tarik komunikator.Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh diri orang atau kelompok lain karena ia berharap mem- peroleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut. la ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang memengaruhinya. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena memercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuas kan. Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat adalah contoh ketundukkan.
Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal: (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi tidak inheren dalam diri komu nikator, (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredi- bilitas. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. Anda mungkin memiliki kredibilitas di hadapan kawan-kawan Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di depan Senat Guru Besar universitas Anda.
Hal-hal yang memengaruhi persepsi komunikate tentang komu- nikator sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1972; 82). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk gambaran tentang diri komuni kator dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman wakilan (vicarous experiences); misalnya, karena sudah lama bergaul dengannya dan sudah mengenal integritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media massa (ingat lagi, efek media massa dalam memberikan status). Boleh jadi kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubung- kannya pada kelompok rujukan orang itu.
Atraksi (Attractiveness)
Seperti telah kita ketahui, faktor situasional yang memengaruhi atraksi interpersonal adalah daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan atau cantik, yang banyak kesamaannya dengan kita, dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita. Sepintas kita juga sudah me- nyebut penelitian yang membuktikan bahwa orang cantik lebih besar kemungkinannya untuk menjadi komunikator yang efektif. Pada bagian ini, kita akan mengulang pengaruh faktor atraksi fisik dan kesamaan dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi, yakni mengubah sikap atau perilaku.
Shelly Chaiken (1979), psikolog wanita yang manis dari University of Massachusets, menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi dengan studi lapangan. Ia mengkritik penelitian laboratorium yang meragukan pengaruh atraksi fisik karena menghasilkan kesimpulan yang beraneka ragam. Penelitian laboratoris terlalu melebih-lebihkan daya tarik fisik dan menyebabkan mahasiswa yang dijadikan subjek eksperimen terpengaruh oleh penelitian (bukan oleh variabel bebas) untuk menjawab sesuai dengan kehendak peneliti.
Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikate cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Bila pendidikan saya sama dengan Anda, Anda dengan mudah menangkap arti dari kata-kata dan kalimat- kalimat yang saya ucapkan.
Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator. Bila saya menyampaikan paham sosialis, serta antara saya dan Anda ada kesamaan perhatian terhadap kelompok kecil, komunikasi saya dengan Anda akan efektif.
Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komuni- kator. Seperti sudah berulang-ulang kita sebutkan, kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Karena tertarik pada komunikator, kita akan cenderung menerima gagasan-gagasannya.
Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Alasan keempat ini belum dibuktikan secara meyakinkan dalam berbagai penelitian. Sejauh ini, Simons hanya dapat menyatakan ada hubungan positif antara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat, tetapi hubungan yang lemah. Dalam tingkat yang ekstrem, kita dapat mengatakan hubungan ini cukup kuat. Bila sikap, kepercayaan, pengetahuan, nilai-nilai, kesukaan Anda banyak yang sama dengan saya, saya akan hormat kepada Anda, saya akan percaya kepada Anda. Secara psikologis, Anda memberikan validitas pada konsep diri saya sendiri.
Kekuasaan
1 . Kekuasaan koersif (coersive power) Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komu- nikate. Ganjaran dan hukuman itu dapat bersifat personal (misalnya benci dan kasih sayang) atau impersonal (kenaikan pangkat atau pemecatan). 2. Kekuasaan keahlian (expert power) Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. 3. Kekuasaan informasional (informational power) Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengeta- huan baru yang dimiliki oleh komunikator. 4. Kekuasaan rujukan (referent power) Di sini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menamakan kekaguman pada komunikate sehingga seluruh perilakunya diteladani. 5. Kekuasaan legal (legitimate power) Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan. Rektor di Universitas, kepala seksi di kantor, komandan kompi di kalangan tentara, atau kiai di pesantren memiliki kekuasaan legal.
PSIKOLOGI PESAN Ada seorang psikolog fisiologis (psikolog yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap perilaku manusia) yang menemukan hal yang aneh. Pada waktu dirangsang amigdalanya-bagian otak pada sistem limbik seseorang menjadi agresif. Suaranya berubah dan tubuhnya bergetar marah. Ketika stimulasi listrik diturunkan menjadi 4 miliamper, sikap orang itu berubah; ia tersenyum dan menyesali sikap kasar yang baru dilakukannya. H.E King (1961), demikian nama psikolog ini, akhir- nya mengetahui bahwa kita dapat menggerakkan orang lain dengan merangsang salah satu bagian otaknya.
Pesan Linguistik
Apakah Bahasa itu?
Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa: fungsional dan formal Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya sehingga bahasa diartikan sebagai "alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan" (socially shared means for expressing ideas). Kita tekankan socially shared karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Kata-kata, seperti kita ketahui, diberi arti secara arbiter (semaunya) oleh kelompok-kelompok sosial.
STUDI KASUS
Dikutip dari lms-paralel. Fatwa keagamaan dari seorang kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter, perkembangan mode dari seorang perancang , atau uraian teknik belajar yang baik dari seorang psikolog akan lebih kita dengar daripada yang dikemukakan oleh orang lain.
Sebaliknya kita sulit mempercayai petunjuk bertani yang baik dari seorang diplomat, bimbingan penggunaan alat-alat kosmetik dari seorang ahli matematika, atau teknik berumah tangga yang baik dari seorang bujangan.
Aristoteles (filosof Yunani) menyebut karakter komunikasi tersebut sebagai ethos, yang terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will).
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari 2 unsur, yaitu keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (trustworthiness).
Nasihat dokter kita ikuti, karena doktr memiliki keahlian. Akan tetapi kata-kata pedagang yang memuji barangnya sulit kita percayai, karena kita meragukan kejujurannya. Di sini pedagang tidak memiliki trustworthiness.
Contoh :
Dalam psikologi komunikator “siapa” itu lebih penting dari “apa”, maksudnya terkadang orang menilai seseorang melihat dari penampilannya terlebih dahulu barulah kemudian mendengarkan apa yang disampaikan oleh seorang komunikator. Komunikator adalah orang yang sedang berbicara atau orang yang sedang menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, sedangkan komunikan ialah orang yang menerima pesan dari seorang komunikator. Seorang komunikator dengan seorang komunikan dapat bertukar peran ketika seorang komunikator telah selesai menyampaikan pesan yang ia sampikan kepada komunikan maka disitulah seorang komunikan dapat menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.
Seorang komunikator yang baik harus dapat memposisikan tempat dimana ia berkata, dan menyusun dengan rapi perkataannya agar pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator dapat dipahami dengan mudah oleh komunikan. Komunikator juga harus menyesuaikan media yang akan digunakan untuk menyapaikan pesannya. Seorang komunikator juga harus bertanggung jawab dengan apa yang ia sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Link :
https://ummaspul.e-journal.id/JKM/article/download/3782/1350
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=297616
Buku Psikologi Komunikasi Dr. Jalaludin Rakhmat, M.Sc.
Syahid Hermansyah
Mahasiswa ilmu komunikasi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.