Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suharti Sumarta

Pembelajaran Berdiferensiasi 2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Guru Menulis | 2023-11-11 21:16:23
Pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi

Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun diatas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya, dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang memberi kesempatan kepada murid untuk mempelajari materi baru, mencerna ide, dan untuk membantu murid belajar lebih efisien. Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Implementasi Pembelajaran Berdeferensiasi di kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas

(2) guru perlu berkomunikasi dan membangun hubungan saling percaya dengan murid-muridnya untuk mengetahui perasaan, latar belakang, keinginan, minat dari murid-muridnya. Kesemua informasi tersebut kemudian akan digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai untuk murid-murid, dengan harapan murid-murid akan merespon dengan baik pembelajaran yang telah dirancangnya. Tanpa mengetahui kebutuhan belajar murid, akan sulit bisa memberikan pengalaman belajar yang tepat untuk murid-muridnya.

(3) menyusun rancangan modul ajar sesuai dengan hasil asesmen awal.

(4) menciptakan suasana kelas yang berbudaya positif dalam proses pembelajaran,

(5) melaksanakan penilaian yang berkelanjutan,

(6) melakuakan refleksi secara rutin akan proses pembelajaran yang terlaksana serta tindak lanjutnya.

Pembelajaran Berdiferensiasi dapat Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid dan Membantu Mencapai Hasil Belajar yang Optimal

Setiap Murid itu unik tidak ada yang sama, baik karakter, latar belakang, keinginan, kebutuhan, bakat, minat, cita-cita yang berbeda. Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yang memiliki kemampuan yang berbeda dan bisa untuk melakukan proses pembelajaran yang yang berpihak kepada murid sesuai kebutuhan murid, dengan cara merancang pembelajaran sesuai kebutuhan murid, menyiapkan materi ajar sesuai yang disukai murid bisa berupa video, bacaan dalam blog dan lain-lain. Guru mempertimbangkan kebutuhan belajar murid dalam bentuk kesiapan belajar, minat, atau profil belajar murid, dalam menyusun rancangan modul ajar.

Pembelajaran berdiferensiasi bersifat proaktif/dinamis, berakar pada penilaian yang berkelanjutan, dapat menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan keragaman murid dan berpusat pada murid. Proses pembelajaran berdiferensiasi akan membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan keragaman murid dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. Penilaian, dalam hal ini akan berfungsi mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi.

Sepanjang pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid, kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Penilaian sumatif biasanya dilakukan setelah proses pembelajaran selesai, hasilnya digunakan untuk membuat keputusan tentang anak, misalnya untuk memutuskan nilai rapor anak, kenaikan kelas, dsb. Penilaian formatif dilakukan saat proses pembelajaran masih berlangsung secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan. Penilaian formatif bersifat memonitor proses pembelajaran, Hasil dari penilaian formatif akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, guru akan dapat mengetahui bagaimana dapat melanjutkan proses pengajaran yang dilakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut. Penilaian formatif ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya.

Kaitan antara Materi dalam Modul 2.1 dengan Modul Lain diProgram Pendidikan Guru Penggerak

Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara menekankan akan tujuan pendidikan yang menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat anak-anak, yang mana kekuatan kodrat anak satu dan lainnya beragam.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu cara untuk menumbuhkembangkan kekuatan kodrat anak, dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid menurut kesiapan belajar, minat belajar, dan/atau profil belajar murid dengan mengedepankan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Setiap murid adalah individu yang unik dan memiliki tantangan dan potensinya masing-masing, pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan cara yang sesuai dengan mereka.

Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak dimana seorang guru diharapkan memiliki nillai-nilai guru penggerak yaitu Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada murid. Nilai-nilai ini diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima nilai guru penggerak saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak. Guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sadar ataupun tak sadar telah mengejawantahkan nilai-nilai guru penggerak.

Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak. Menurut Saya peran pendidik seperti dalam Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berpihak pada murid dengan mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman serta dapat menciptakan Profil Pelajar Pancasila. Pendidik harus menjadi contoh bagi murid-muridnya, agar dapat menuntun murid seorang pendidik harus memahami dengan sepenuh hati dimensi-dimensi yang terdapat pada Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar kritis dan kreatif. Untuk mewujudkan dimensi-dimensi yang terdapat pada Profil Pelajar Pancasila seorang Guru Penggerak harus dapat menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan, saling menghargai, toleransi, bahagia dan nyaman, diskusi kelas, refleksi diri, memotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi yang menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi maksimal.

Modul 1.4 Tentang Budaya Positif, Setiap sekolah tentunya sudah memiliki visi dan misi masing-masing. Sebagai guru penggerak juga dituntut untuk memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi sekolah. Budaya sekolah ditiap-tiap sekolah merupakan implementasi dari visi dan misi sekolah. Guru penggerak bersama dengan murid membuat kesepakatan kelas untuk menumbuhkan budaya positif. Kesepakatan kelas yang berhasil menumbuhkan budaya positif di kelasnya, kemudian menularkan kepada rekan sejawat, dilakukan secara konsisten untuk jangka waktu yang tidak terbatas, sehingga muncul nilai-nilai karakter sebagai penerapan budaya positif di sekolah. Keberhasilan penerapan budaya positif ditingkat kelas dan pengimbasan kerekan sejawat secara lebih luas, menciptakan suasana kondusif disekolah yang sangat berkontribusi positif dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi oleh guru termasuk guru penggerak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image