Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andi Putri

Palestina Menantikan Perjuangan

Eduaksi | Saturday, 11 Nov 2023, 20:46 WIB

Oleh : Andi Putri M.(Aktivis Muslimah dan Praktisi Pendidikan)

Setelah lamanya pencaplokan wilayah Palestina atas Zionis Israel dan segala bentuk kekejaman yang mereka lakukan, Hamas melakukan penyerangan. Tepat pada sabtu, 07 Oktober 2023 Hamas melancarkan serangan ke arah Zionis Israel. Serangan yang dinamai "Operasi Badai Al Aqsa" ini meluncurkan lebih dari 5.000 roket ke arah Israel. Israel juga telah berulang kali menyerang Hamas dengan serangan udara yang menargetkan situs-situs militan di Gaza dan pemukiman warga.

Menurut Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas, tindakan yang dilakukan Hamas tersebut bukanlah merupakan aksi tapi adalah reaksi. Sebab kezaliman yang dilakukan entitas penjajah Yahudi selama ini.

Selama periode 7-30 Oktober 2023, penyerangan Zionis Israel atas Palestina telah menewaskan lebih dari 8.400 warga Palestina. Korban Palestina paling banyak berada di Jalur Gaza, yakni korban jiwa 8.309 orang dan korban luka 21.048 orang. Data ini dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza.

Penyerangan zionis Israel ini memakan banyak korban dari kalangan anak-anak, bahkan dikatakan memasuki angka 3.000-an korban jiwa, hingga menteri pendidikan mengakhiri tahun arajan 2023/2024. Tidak hanya itu masjid-masjid, rumah sakit, tempat pengungsian tak hayal menjadi sasaran dari zionis Israel tersebut.

Palestina Terjajah

Sejak awal posisi Palestina merupakan korban atas rakusnya negara-negara barat. Dimulai dari Perjanjian Sykes-Picot yang membentuk kesepakatan dua blok oleh Inggris dan Perancis selama Perang Dunia I pada tahun 1916. Inggris dan Prancis membagi peninggalan Khilafah Utsmaniyah di wilayah Arab.

Pada 2 November 1917, Arthur Balfour, Menlu Inggris saat itu, mendukung gagasan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” tanpa “prasangka” terhadap “hak-hak sipil dan agama” dari “komunitas non-Yahudi di Palestina”. Dari sini mereka menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang penduduknya mayoritas asli Arab Palestina.

Mandat Inggris dibentuk pada 1923 dan berlangsung hingga 1948. Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi, di mana terjadi gelombang kedatangan yang cukup besar pasca gerakan Nazi di Eropa.

Pada 1947, populasi Yahudi telah membengkak menjadi 33% di Palestina, namun mereka hanya memiliki 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi. rencana tersebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada saat itu, warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67% populasinya.

Islam Butuh Pemersatu

Melihat sejarah bagaimana dulu umat muslim di bawah daulah islam mampu membebaskan Palestina dengan jalan jihad, sebagaimana adanya mobilisasi militer dan jihad yang dilakukan Shalahuddin membebaskannya dari Tentara Salib, dan Al-Zahir Baybars yang menyelamatkannya dari Tatar. Kewajiban ini ditetapkan berdasarkan akidah Islam dan tidak akan berubah terhadap setiap pendudukan atas tanah kaum Muslim.

“Jika terjadi serangan umum, yaitu musuh (yang kafir) telah menyerang suatu negeri, maka jihad hukumnya fardhu ‘ain yang difardhukan sepada setiap-tiap orang dari kaum Muslimin, bagi orang yang mampu,” ucap Kiai Shiddiq, mengutip keterangan dari Imam Al-Kasani dalam kitab Bada’i’u al-Shana’i fi Tartib al-Syara’i, 7/9.

Pula firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 191 yang artinya, ‘Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu’. Sehingga, adalah justru menyesatkan berkenaan dengan tawaran solusi perdamaian, solusi dua negara, gencatan senjata, maupun opsi Palestina merdeka yang notabene tetap mempertahankan keberadaan entitas penjajah Yahudi.

Namun dengan catatan, aktivitas jihad fisabilillah tersebut akan menjadi sempurna ketika tegakkan islam kaffah dalam naungan daulah islam. Sebab dengan adanya daulah islam, umat muslim akan bersatu, dan menghancurkan sekat yang dibuat oleh Negara barat. Sehingga tidak ada lagi negeri muslim yang buta, bisu dan tuli, serta tidak ada lagi yang mampu menekan umat muslim. Umat muslim akan mampu mengirmkan bantuan dan mampu menyaingi kekuatan Negara adidaya jika bersatu dalam satu komando.

Wallahu’alam bi shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image