Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kunci Sukses

Tsunami Gangguan Kejiwaan, Efek Hidup Susah Ala Kapitalisme

Agama | Saturday, 11 Nov 2023, 06:54 WIB
Oleh Indah Kartika Sari

Rasulullah saw. menjelaskan bahwa kesehatan dan kestabilan jiwa (mental) seseorang memiliki beberapa indikasi, antara lain adalah adanya rasa aman.

Sebagaimana sabda Rasul saw., “Siapa saja yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.” (HR Tirmidzi)

Namun kesehatan jiwa ini tidak lagi dirasakan oleh masyarakat Bengkulu. Sebanyak 384.627 warga Provinsi Bengkulu usia di atas 15 tahun berisiko mengalami gangguan kejiwaan. Ini berdasarkan hasil skrining yang dilakukan di 179 puskesmas yang ada di Provinsi Bengkulu. Rinciannya adalah sebagai berikut : Bengkulu Selatan 33.921, Rejang Lebong 52.655, Bengkulu Utara 58.509, Kaur 23.544, Seluma 37.683, Mukomuko 34.694, Lebong 22.515, Kepahiang 27.154, Bengkulu Tengah 21.494 dan tertinggi di Kota Bengkulu 72.460. Kepala Dinkes Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, SKM, M.Kes, M.Si, mengatakan usia di atas 15 tahun atau usia produktif mendominasi risiko gangguan jiwa dengan berbagai faktor.

Sistem kehidupan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) kapitalisme telah menyebabkan orang menderita gangguan kejiwaan atau disebut juga dengan mental illness. Mental illness terjadi ketika berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan kapitalisme menjadi beban pikiran seseorang. Beban tersebut tidak bisa diurai kemudian bertumpuk dan menjadi masalah berkepanjangan yang tak terselesaikan. Di sisi lain, sistem ini juga telah menggerus keimanan seorang muslim juga menjauhkannya dari aturan Islam. Wajar sekali dalam kondisi keimanan yang lemah, seseorang yang mengalami mental illness begitu mudah melakukan pelanggaran syariat Allah.

Tidak bisa dipungkiri, sistem sekuler kapitalisme telah menciptakan rasa tidak aman, kemiskinan, tubuh yang sakit, kelaparan, ketidakharmonisan dalam rumah tangga, trauma pengasuhan masa kecil, kehilangan orang yang dicintai dan banyak lagi lainnya. Saat ini begitu mudah seorang ibu membunuh dirinya sendiri atau membunuh anak-anaknya sebagai pelampiasan kemarahan kepada suaminya atau karena takut tidak mampu membesarkan anak-anaknya. Begitu juga amat mudah dijumpai seorang ayah membunuh dirinya bersama istri dan anak-anaknya karena depresi yang cukup berat akibat lilitan utang.

Oleh karena itu ajaran Islam yang sempurna sangat diperlukan untuk mengatasi mental illness. Tidak boleh Islam dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebab dalam kehidupannya manusia perlu mengingat Allah, Zat yang telah menciptakannya dan melaksanakan aturan-aturanNya sebagai konsekuensi mengimaniNya.

AgaFirman Allah SWT, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS Al-Ra’ad: 28)

Pemahaman dan pelaksananaan agama Islam secara keseluruhan dapat membantu manusia untuk mengobati gangguan kejiwaan.. Rasul saw. juga mengingatkan kita, “Tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thibin nafs) adalah bagian dari (kenikmatan) surga.” (HR Ibnu Majah)

Agar penanganan mental ilness ini berhasil, maka perlu penerapan agama Islam secara praktis dan implementatif dalam wadah negara. Negara Khilafah sebagai pelaksana syariah memiliki langkah-langkah untuk mencegah merebaknya tsunami mental illness, diantaranya :

Pertama, Khilafah menjaga keimanan dan ketaqwaan seorang muslim sehingga seorang muslim memiliki berbagai masalah dan beban kehidupan, dia akan mendekati pemilik kehidupan ini, yakni Allah SWT dengan berzikir dan memohon bantuanNya agar dibebaskan dari segala masalah yang mendera.

Kedua, Khilafah mengkondisikan masyarakat dengan kehidupan yang bersih, menjauhkan masyarakat dari berbagai kemaksiatan lewat tontonan pornografi, dunia gemerlap, minuman yang memabukkan, dsb. Kehidupan ekonomi diatur dengan sebuah sistem yang memakmurkan dan mensejahterakan sehingga menjadikan tanggung jawab penafkahan ada di tangan para walinya. Para wanita fokus dengan urusan pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya sehingga tidak ada degradasi generasi.

Ketiga, Khilafah menciptakan kehidupan masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar, saling tolong dan penuh rasa empati, juga kasih sayang. Selain itu, sistem pendidikan Islam akan mewujudkan generasi unggul berkepribadian Islam yang bermental kuat. Begitu pula dengan sistem sosial Islam yang akan menjadikan manusia yang hidup di dalamnya memahami posisinya dengan benar. Sehingga akan terwujudlah kehidupan yang harmonis, aman, dan terjaga di dalam masyarakat. Sistem peradilan juga ditegakkan sesuai aturan Islam yang akan dirasakan keadilannya bagi semua orang termasuk non muslim.

Demikianlah metode Islam lewat negara Khilafah menyelesaikan problem mental illness. Kesempurnaan Islam akan dilaksanakan negara Khilafah membuat siapa pun yang hidup di dalamnya akan mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan ketenangan hakiki baik dunia maupun akhirat.

Bahan Bacaan :

https://harianrakyatbengkulu.bacakoran.co/read/703/384-ribu-warga-berisiko-gangguan-kejiwaan-tertinggi-di-kota-bengkulu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image