Skizofrenia: Mengungkap Seperti Apa Gangguan Ini?
Edukasi | 2024-06-30 13:45:06Penyakit kejiwaan merupakan hasil dari pola dalam perilaku yang berhubungan dengan kelainan mental, Gangguan ini diartikan sebagai kombinasi dari afektif, perilaku, dan persepsi manusia yang memiliki keterikatan pada fungsi pada daerah otak atau saraf sebagai pemegang kunci kendali tubuh manusia (Maulana, 2021). Penyakit mental ini memiliki beragam jenis dimulai dari fobia sampai pada kecemasan yang serius, salah satu mental disorder yang sedang marak terjadi dilingkungan sekitar kita adalah “Skizofrenia”. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang cukup serius, dimana penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan mana dunia khayalannya dan mana yang menjadi realitasnya, dimana kondisi ini juga mempengaruhi penderitanya dalam berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain, gangguan dalam mengendalikan emosinya, serta gangguan yang berkaitan dengan penurunan fungsi otak (Amelia, 2013).
Minimnya kesadaran atau awareness dari masyarakat mengenai penyakit ini sangat mempengaruhi kesejahteraan manusia disekitar kita yang mungkin mengidap gangguan Skizofrenia. Skizofrenia menjadi salah satu penyakit atau gangguan yang terkadang tidak dihiraukan oleh masyarakat sekitar entah karena kurangnya ilmu yang diketahui masyarakat atau mungkin karena kualitas medis Indonesia yang masih kurang memadai tentang penyakit ini (Dinata et al., 2023). Menurut WHO mulai januari 2022 tercatat sekitar lebih dari 20 juta orang diseluruh dunia mengalami kondisi skizofrenia, pada beberapa kasus yang terjadi skizofrenia lebih banyak terjadi dan berkembang lebih cepat pada pria daripada wanita. Sebuah kombinasi dari berbagai faktor risiko terkena penyakit ini meningkat pada orang dengan usia muda. Faktor-faktor ini termasuk ke dalam riwayat keluarga dengan psikosis, isolasi dan menarik diri dari pergaulan sosial, dan peningkatan dalam pikiran yang tidak biasa. Masa "prodromal" mengacu pada tahap sebelum psikosis gangguan ini. (Tim Medis Siloam Hospitals, 2023).
Menurut penelitan yang ada skizofrenia menyerang penderitanya secara bertahap dimana skizofrenia muncul dengan gejala yang beraneka ragam, gejala inipun muncul secara mendadak yang ditandai oleh: adanya perasaan sedih, takut, dan cemas yang tiba-tiba datang disaat yang bersamaan juga dimulai dengan adanya demam yang tidak biasa selama beberapa hari, dimana demam ini menyebabkan kesedihan yang tiba-tiba datang pada si penderita. Penderita skizofrenia tidak bisa menganalisa perasaan bahagia ataupun keberanian karena perasaan seperti itu mulai berubah menjadi keputusasaan, mereka juga tidak bisa menyaring setiap saran yang diberikan. Perasaan misterius dan rasa gelisah menjadi separuh bagian hidup dari penderita Skizofrenia (Jaya, 2021).
Perasaan halusinasi dan delusi juga menjadi bagian dari gejala skizofrenia ini, dimana ada bukti yang menunjukan bahwa penyakit ini sebenarnya sudah dimulai sebelum perasaan ‘aneh’ itu muncul. Ada beberapa pengamatan yang mendapatkan bahwa skizofrenia juga dapat muncul akibat adanya kecacatan pada perkembangan otak awal didalam rahim (prenatal), yang pada akhirnya mungkin melibatkan pemangkasan kortikal otak pada masa remaja nya mendatang. Kami juga menemukan bahwa skizofrenia ditandai dengan kombinasi tanda aktivasi, distrofi progresif, dan penuaan mikroglia yang dipercepat, reaktivitas ini biasanya dikaitkan dengan usia, seperti: usia timbulnya penyakit, durasi penyakit, dan jenis perjalanan penyakit yang mengindikasikan partisipasi mikroglia dalam proses perkembangan skizofrenia sendiri (Uranova & Vikhreva, 2023).
Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan skizofrenia merupakan gangguan dimana individu tidak bisa membedakan mana yang menjadi realita dan dunia khayalnya, dimana skizofrenia ini juga mempengaruhi pola pikir, tingkatan emosi, dan realitas kehidupannya. Maka dari itu, diperlukan pencegahan yang bersifat universal atau mungkin bertemu dengan ahli yang professional dalam bidang ini untuk diberi pengobatan secara menyeluruh. Dukungan keluarga juga menjadi hal utama yang dibutuhkan dalam menghadapi gangguan skizofrenia ini karena pada dasarnya keluargalah yang menjadi tempat kita bersandar dalam segala situasi yang terjadi dalam kehidupan.
Referensi:
Amelia, D. R. dan Z. A. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01(01). https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1357/1452
Dinata, B. A., Pribadi, T., & Triyoso, T. (2023). Dukungan keluarga dan kualitas hidup pada pasien dengan Skizofrenia. Holistik Jurnal Kesehatan, 17(4), 285–293. https://doi.org/10.33024/hjk.v17i4.9190
Jaya, A. R. D. (2021). Skizofrenia sebagai fenomena psikologis dalam cerpen Le Horla karya Guy De Maupassant. http://lib.unnes.ac.id/6777/1/7865.pdf
Maulana, I. T. H. dan I. S. (2021). Pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia : literature review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesi, 9, 153–160. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/6924/pdf
Tim Medis Siloam Hospitals. (2023, September 21). Skizofrenia: penyebab, gejala, dan cara mengobatinya . Sioamhospitals.Com. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/skizofrenia-adalah
Uranova, N. A., & Vikhreva, O. V. (2023). Microglial Reactivity in the Prefrontal Cortex in Schizophrenia. Psikhiatriya, 21(5), 25–39. https://doi.org/10.30629/2618-6667-2023-21-5-25-39
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.