Remaja dengan Mental Illness: Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya
Agama | 2024-06-26 22:17:36Penulis : Meyda Perfik N
Indonesia sedang menghadapi krisis kesehatan mental di kalangan remaja. Berdasarkan penelitian dari The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, satu dari tiga remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Dengan sekitar 2,45 juta remaja terdiagnosis mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi mayor, gangguan perilaku, PTSD, dan ADHD, situasi ini semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini diperburuk oleh berbagai faktor pemicu seperti masalah keluarga, tekanan teman sebaya, dan stres personal yang semakin meningkatkan kerentanan remaja terhadap masalah mental.
Fenomena negatif di kalangan remaja semakin sering terlihat. Kasus-kasus seperti tawuran, kekerasan, perundungan, pelecehan seksual, hingga bunuh diri, seolah menjadi pemandangan sehari-hari yang menghiasi berita. Remaja kita tampak berubah menjadi generasi yang sadis, tanpa empati, serta kehilangan akhlak dan adab. Sebagian besar remaja bermasalah ini berasal dari keluarga yang tidak harmonis, mengalami pengasuhan keras, kehilangan keteladanan orang tua, dan terpengaruh oleh gaya hidup liberal dan hedonis yang disajikan oleh media.
Namun, apa sebenarnya akar dari semua ini? Ternyata, penerapan ideologi kapitalisme sekuler yang dominan di negeri ini telah merusak ketahanan keluarga, lingkungan sosial, dan peran negara. Dalam keluarga, banyak orang tua sibuk bekerja sehingga peran mereka dalam mendidik anak-anak dengan akidah Islam menjadi terabaikan. Lingkungan sosial yang didominasi oleh kapitalisme dan sekulerisme memberikan kebebasan tanpa nilai agama, menyebabkan remaja kehilangan arah dan tujuan hidup. Negara, yang seharusnya menjadi pelindung dan pelayan rakyat, gagal mengontrol media yang justru menjajakan gaya hidup hedonis dan menjauhkan agama dari solusi masalah kehidupan.
Kondisi ini memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Tidak cukup hanya menuding faktor eksternal seperti media dan pergaulan bebas, namun juga harus ada introspeksi dalam pola pengasuhan dan pendidikan di rumah. Orang tua, sebagai garda terdepan, perlu menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini kepada anak-anak mereka. Ini bukan hanya tentang memberikan pendidikan agama, tetapi juga mencontohkan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan orang tua dalam menjalani hidup sesuai syariat adalah kunci utama dalam membentuk karakter anak.
Selain itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan mental remaja. Lingkungan yang mendukung nilai-nilai Islam, seperti masjid, majelis ta'lim, dan komunitas Islami, dapat menjadi tempat yang aman bagi remaja untuk berinteraksi dan belajar. Mereka membutuhkan ruang di mana mereka bisa merasa diterima, dihargai, dan dibimbing sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, tekanan dari luar yang sering kali negatif bisa diminimalisir.
Namun, upaya ini tidak akan maksimal tanpa peran negara. Negara harus bertindak sebagai pelindung dan pelayan rakyat dengan menerapkan sistem sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan hukum yang sesuai dengan syariat Islam. Negara memiliki kewajiban untuk mengontrol media agar tidak menyebarkan konten-konten yang merusak moral generasi muda. Selain itu, negara juga harus menyediakan fasilitas kesehatan mental yang mudah diakses dan berkualitas, serta mengadakan program-program edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
Solusi Islam mencakup penguatan koneksi spiritual melalui ibadah, pendidikan agama yang memberikan panduan moral dan etika yang kuat, serta amal shalih yang meningkatkan rasa empati dan kepuasan batin. Islam juga menganjurkan hubungan sosial yang positif, menghindari hal-hal negatif seperti narkoba dan alkohol, serta mendapatkan bimbingan dari ulama atau konselor yang memahami prinsip-prinsip Islam. Dengan mengelola stres melalui kesabaran dan tawakkal, serta berdoa memohon pertolongan Allah, remaja akan lebih mampu menghadapi tekanan hidup.
Keselamatan dan kesehatan mental remaja harus menjadi prioritas utama. Dengan membekali mereka dengan pemahaman bahwa Islam memiliki solusi atas berbagai persoalan hidup, kita dapat menciptakan generasi yang tangguh, sehat, dan bahagia dunia akhirat. Saatnya mengubah paradigma dalam mendidik mereka, memberikan fondasi akidah, dan menerapkan nilai-nilai syariat dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan penerapan sistem Islam secara kafah, kita dapat mewujudkan generasi yang selamat dan sejahtera. Wallahu a'lam bishawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.