Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Hujan Ditunggu, Banjir yang Bertandang

Khazanah | Friday, 10 Nov 2023, 12:43 WIB

Vice President Public Relation KAI Joni Martinus meminta maaf atas ketidaknyaman yang terjadi pada Minggu, 5 November 2023 lalu, pasalnya atap Stasiun LRT Cawang-Halim mengalami kebocoran. Manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengatakan hal itu disebabkan oleh curah hujan tinggi pada 4 November 2023. Joni Martinus mengatakan, meski ada permasalahan di beberapa stasiun, pelayanan operasional tidak mengalami gangguan. Termasuk di halte stasiun LRT Cawang yang mengakami kebocoran akibat jebol saat hujan deras (CNBC.com, 5/11/2023).


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan setidaknya ada 54 RT di Ibu Kota yang terendam banjir akibat hujan yang melanda wilayah DKI dan sekitarnya sejak Sabtu, 4 November 2023 hingga Minggu , 5 November 2023. Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, “Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (4/11/2023), menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,” (liputan6.com, 5/11/2023). Pemerintah Kota Jakarta Barat sebenarnya telah melakukan upaya pengerukan 17 saluran air berupa kali atau sungai dan saluran penghubung (PHB) di delapan kecamatan untuk mengantisipasi banjir. Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Barat Purwanti Suryandari mengatakan pengerukan tersebut dilakukan secara berkelanjutan dan tidak serentak pada 17 saluran air. Karena itu, ia belum dapat memastikan selesainya pengerukan 17 saluran tersebut. “Kita sih targetnya awal tahun (Januari) sudah bisa kelar,” kata dia. (republika.co.id, 8/11/2023).

Banjir Di Awal Musim Hujan, Bukti Lemahnya Mitigasi Perubahan Musim
Sangat mengenaskan, baru memasuki awal musim hujan, sudah terjadi banjir, dari jalan umum, perumahan termasuk di stasiun LRT. Padahal, panas yang berbulan-bulan ini sangat-sangat membutuhkan hujan. Kekeringan dan debu inginnya terhapus oleh tetesan hujan. Seolah tidak belajar dari pengalaman, kejadian banjir terus berulang terjadi, bukankah secara logika ini seharusnya sudah masuk dalam perencanaan pemerintah, baik pusat, daerah maupun kota? Sesuatu hal yang bisa diantisispasi, difokuskan sekaligus dianggarkan, agar ketika memasuki musim penghujan, rakyat aman dan pemerintah sendiri tidak repot.

Ibarat seorang ayah, tentu tak tinggal diam melihat rumah tempat keluarganya berteduh dan tumbuh kembang mengalami kebocoran. Secara sadar ia akan berusaha mengatasinya agar keluarganya tidak dalam bahaya. Apalagi ini negara, dimana semua instrumen dan pembiayaannya sudah tersedia. Ada departemen perhubungan, departemen perubahan rakyat, departemen pembangunan kota dan taman, dan lain sebagainya, lantas jika mereka diadakan untuk kepentingan siapa? Para pegawai negara itu pun dibayar dari pajak rakyat, mengapa sedikit sekali perhatiannya kepada rakyat? Negara membangun adalah sebuah keniscayaan, sebab segala sesuatu berkembang, bertambah banyak atau pun bertambah luas. Terlebih untuk fasilitas umum yang melayani kebutuhan komunal masyarakat seharusnya sudah diantisipasi untuk menghadapi situasi apapun, baik musim hujan atau kemarau.


Inilah fakta sistem kapitalisme, yang secara terstruktur menghilangkan peran negara untuk fokus kepada rakyatnya 100 persen. Sistem ini lebih mengutamakan pihak ketiga atau pemilik modal untuk menjadi operator pembangunan, dengan berbagai konsep sekaligus pendanaannya. Bahkan ketika sudah terlaksana proyeknya, rakyat adalah konsumen yang wajib membayar ketika menggunakan fasilitas umum tersebut. Kemana negara? Hanya sebagai regulator kebijakan, melegalisasi berbagai perundang-undangan agar setiap proyek legal. Hubungan antara pemerintah dan rakyat seolah penjual dan pembeli, padahal APBN yang menjadi urat nadi pembiayaan negara berasal dari pajak rakyat, berbagai instrumen pajak dikenakan kepada rakyat, sepanjang tahun, baik mampu atau tidak mampu. Yang langsung dibayarkan ke kantor pajak, ataupun pajak yang dikenakan di tempat parkir, restoran, taman hiburan dan fasilitas umum lainnya.


Kapitalisme bersanding dengan demokrasi, sukses menciptakan neraka bagi rakyat, bagaimana tidak? Demokrasi yang dijunjung tinggi sebagai sistem manusiawi dan merakyat ternyata essensinya bukan sekadar sistem politik memilih pemimpin, tapi melanggengkan hukum buatan manusia, ya, karena asas demokrasi adalah pemisahan agama dari kehidupan, maka setiap persoalan manusia yang muncul diselesaikan dengan hukum yang terlahir dari akal pikirannya. Sementara ia hanya manusia, yang terbatas dan tak mampu menjangkau apa yang ada di luar akalnya. Bagaimana ia bisa menentukan maslahat (kebaikan) bagi yang lain?

Keselamatan Rakyat Yang Utama

Perbeda dalam pandangan Islam. Negara atau pemimpin dalam Islam tak hanya memegang kekuasaan tapi wajib meriayah (mengurusi) urusan rakyatnya totalitas, sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Bahkan Rasulullah saw. Mendoakan keburukan bagi siapapun yang memimpin umat dan kekuasaan ada padanya namun justru menjadikan umatnya menderita, “Ya Allah, siapa saja yang memimpin (mengurus) urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia”. (HR. Muslim No 1828). Kekuasaan bukan permainan, kelak kekuasaan akan dipertanggung jawabkan di akhirat.


Oleh karenanya sangat mengherankan hari ini banyak orang berebut kekuasaan, saling sikut atau kompromi demi kekuasaan. Demi Allah, kekuasaan itu berat, bukan sekadar duduk menjabat satu jabatan, dielu-elukan banyak orang, mendapatkan gaji tinggi dan hidup yang layak. Tapi amanah. Maka, Islam menjadikan keselamatan dan kenyamanan rakyat hal utama. Oleh karena itu, negara melakukan mitigasi dan membangun semua fasilitas, sehingga rakyat terlindungi dari bahaya banjir dan lainnya.

Negara akan mendorong banyak ahli agar bisa menemukan teknologi tercanggih untuk mitigasi, penanggulangan jika benar terjadi banjir hingga pasca banjir agar cepat pulih. Di sisi lain, negara juga akan membangun akidah umat agar siap dan Rida menerima setiap bencana yang mereka terima sebagai bagian dari wadah dan qadar Allah swt. Juga memberi edukasi tentang hidup bersih dan selaras dengan alam. Tidak serakah dengan mengeksploitasi alam sebagaimana hari ini, tak bisa dipungkiri, banjir hari ini baik di ibukota, maupun di wilayah lain di Indonesia karena kerakusan manusia.


Seluruh pembiayaan jaminan keamanan dan kesejahteraan rakyat diperoleh dari Baitul mal dari pos kepemilikan umum (seperti barang tambang, energi, hutan, laut, sungai dan lainnya) dan negara ( seperti fa’i, jizyah, kharaj, dan lainnya). Baik kepemilikan umum maupun negara, yang perwujudannya sangat melimpah, dikelola secara mandiri tanpa melibatkan asing. Terlebih negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam, tentulah wajib mengambil Islam sebagai akidah sekaligus way of lifenya. Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image