Siapapun Bisa Menjadi Pahlawan
Pendidikan dan Literasi | 2023-11-10 11:09:41Penyematan kata pahlawan selalu identik dengan sesuatu yang besar telah dilakukan seseorang terhadap sebuah bangsa. Sehingga jelas bahwa tergambar nyata jika pahlawan adalah orang yang berjasa dengan apa yang telah dilakukannya, dan memang benar jika kata pahlawan selalu dikaitkan nilai historis.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian serta pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pahlawan adalah pejuang yang gagah berani.
Tentu saja dengan melihat makna tersebut maka bukan saja harus disejajarkan dengan orang yang gagah berani melawan kedzaliman termasuk melawan penjajah. Tetapi saat ini bisa saja pahlawan itu adalah orang yang berjasa dan memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Sehingga kata pahlawan bisa saja disematkan kepada orang-orang yang dalam hidupnya berguna dan perjuangannya dapat memberikan hal makna kepada orang banyak.
Benar, tentu saja untuk menjadi pahlawan nasional bukanlah sesuatu yang mudah. Itu bukan sesuatu yang diperjuangkan melainkan melalui penilaian terhadap orang-orang yang telah selama hidupnya membaktikan diri untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini. Pengorbanannya tak terhitung untuk bangsa ini. Diapun menjadi suri teladan bagi banyak orang dan langkah-langkahnya tentu saja adalah pengorbanan yang tak terhitung jumlah serta nilainya.
Gelar pahlawan nasional sering diberikan setiap setahun sekali di kala ada peringatan hari Pahlawan. Hal itu membuktikan jika Pemerintah sangat menghargai jasa-jasa pahlawan atau orang-orang yang telah berbuat yang berarti bagi bangsa dan negara. Tentu saja yang bersangkutan tak pernah mengharapkan hal itu. Namun dengan ketlusan dan keikhlasannya saat berjuang maka Pemerintah berinisiatif untuk memberikan penghargaan kepadanya.
Pada saat seperti sekarang, di mana kita sudah tidak berjuang mengangkat senjata. Maka tentu saja pahlawan bisa lahir dari perbagai bidang yang ditekuni. Ternyata melakukan sesuatu untuk orang lain dan orang lain terbantu pun bisamenjadi pahlawan. Sebut saja guru, dikenal juga sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sehingga jika boleh mengatakan maka setiap orang sesungguhnya bisa menjadi pahlawan.
Boleh jadi suami adalah pahlawan bagi isteri dan juga anak-anaknya. Maka tak menutup kemungkinan pula jika tukang pungut sampah yang sehari-hari memunguti sampah agar lingkungan bersih dan terbebas dari banjir adalah pahlawan kebersihan. Orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap anakanak miskin agar bersekolah, itu pun juga adalah pahlawan pendidikan. Belum lagi profesi lain yang sesungguhnya jika dilakukan secara tulus maka bisa menghasilkan pahlawan-pahlawan yang berjasa untuk orang banyak.
Karenanya sesungguhnya tak perlu pula kita berharap ada orang yang menyematkan kata pahlawan untuk kita. Yang terpenting bagi kita adalah lakukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan dengan profesi apapun untuk kebaikan banyak orang. Artinya, dalam hal ini kita pun dapat kreatif dan inovatif di dalam melakukan apapun asalkan semuanya dilakukan penuh ketulusan tanpa pamrih. Jika kemanfaatan apa yang gelah kita dilakukan terasa maka orang-orang pasti bahagia dengan apa yang dirasakannya.
Melakukan kebaikan yang banyak manfaatnya untuk orang banyak tak mesti dihargai oleh ma nusia sebab Tuhan takkan pernah salah di dalam menilai apa yang kita lakukan. Jelaslah lakukan semua itu tanpa berharap apapun karena biasanya dengan melakukan sesuatu tanpa pamrih apalagi kita enjoy melakukannya maka biasanya itulah yang akan membahagiakan hati dan memberi makna tersendiri bagi pelakunya.
Pada akhirnya, tak perlulah kita berharap dengan apa yang telah dilakukan kemudian ingin disebut pahlawan. Tetapi yang terpenting bagi kita adalah terus berjuang dan berjuang untuk kebaikan banyak orang karena sekecil apapun yang dilakukan terasa manfaatnya bagi banyak orang maka di situlah kita memberikan kemanfaatan untuk banyak orang.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.