Kebaikan Hakiki: Peran Akhlak dalam Islam dan Persaudaraan Muslim
Agama | 2023-11-05 17:00:41"Sesungguhnya orang kafir bila melakukan suatu kebaikan, melalui kebaikan tersebut ia akan diberi makan di dunia ini. Adapun bagi seorang Mukmin, Allâh akan simpan untuknya kebaikan-kebaikannya di akhirat. Pun akan Allâh berikan rezeki di dunia untuknya, atas ketaatan yang ia lakukan". (HR. Muslim).
Hadits yang disebutkan di atas menggambarkan konsep kebaikan dalam Islam dan hubungannya dengan akhlak seorang Muslim. Hadits ini menekankan bahwa kebaikan yang dilakukan oleh seorang Muslim adalah sebuah amal ibadah yang akan mendatangkan pahala dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Hadits ini juga memperingatkan bahwa tidak seharusnya seorang Muslim memandang bahwa akhlak orang kafir lebih baik daripada akhlak kaum Muslimin. Dalam tulisan ini, kita akan membahas konsep kebaikan dalam Islam, bagaimana akhlak seorang Muslim terkait erat dengan kebaikan, dan mengapa seorang Muslim seharusnya tidak memandang rendah akhlak sesama Muslim.
I. Konsep Kebaikan dalam Islam
Kebaikan dalam Islam adalah konsep yang sangat luas dan mendalam. Kebaikan tidak hanya merujuk pada perbuatan baik yang terlihat, tetapi juga mencakup niat dan motivasi di balik perbuatan tersebut. Dalam Islam, kebaikan memiliki beberapa dimensi:
1. Kebaikan terhadap Allah
Sebagian besar kebaikan dalam Islam berfokus pada hubungan individu dengan Allah. Ini mencakup ibadah, taat kepada perintah Allah, dan mencari keridhaan-Nya. Kebaikan terhadap Allah adalah dasar dari seluruh konsep kebaikan dalam Islam.
2. Kebaikan terhadap sesama manusia
Islam mendorong umatnya untuk berbuat baik kepada sesama manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Ini termasuk membantu orang miskin, berbagi dengan yang membutuhkan, dan menjaga hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga.
3. Kebaikan terhadap diri sendiri
Merawat diri sendiri, baik secara fisik maupun mental, juga merupakan bagian dari kebaikan dalam Islam. Menjaga kesehatan tubuh dan pikiran adalah bentuk ibadah dalam agama ini.
II. Hubungan Akhlak dengan Kebaikan
Akhlak, atau karakter seseorang, adalah cerminan dari kebaikan yang ada dalam diri seseorang. Akhlak mencakup perilaku, sikap, dan tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, akhlak yang baik adalah bagian integral dari kebaikan. Seorang Muslim diharapkan untuk menunjukkan akhlak yang baik dalam segala aspek kehidupan mereka.
1. Akhlak Terhadap Allah
Bagian dari akhlak seorang Muslim adalah beribadah dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan penuh rasa takut dan cinta kepada Allah. Ini mencakup shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya yang ditentukan dalam agama.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak yang baik terhadap sesama manusia melibatkan perilaku yang adil, kasih sayang, dan toleransi terhadap orang lain. Seorang Muslim diharapkan untuk menghormati hak-hak sesama manusia dan berperilaku dengan baik dalam interaksi sosial.
3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Merawat diri sendiri dan menjaga kesehatan fisik dan mental adalah bagian dari akhlak dalam Islam. Ini mencakup menjauhi perbuatan yang merusak diri sendiri, seperti konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
III. Tidak Memandang Rendah Sesama Muslim
Pernyataan bahwa akhlak orang kafir lebih baik daripada akhlak kaum Muslimin adalah pernyataan yang tidak seharusnya diungkapkan oleh seorang Muslim. Ini disebabkan oleh beberapa alasan yang penting:
1. Ketidakpatuhan kepada Prinsip Persaudaraan
Islam mendorong persatuan dan persaudaraan di antara umat Muslim. Memandang rendah akhlak sesama Muslim adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip persaudaraan yang diajarkan dalam agama.
2. Ketidakadilan
Menganggap bahwa orang non-Muslim memiliki akhlak yang lebih baik daripada sesama Muslim adalah bentuk ketidakadilan. Setiap individu memiliki potensi baik dan buruk, tidak tergantung pada agama mereka. Jadi, menilai seseorang berdasarkan agama mereka adalah tidak adil.
3. Peringatan dalam Hadith
Hadits yang disebutkan di awal tulisan ini memberikan peringatan kepada umat Islam untuk tidak membuat perbandingan semacam ini. Allah-lah yang menilai dan memberi pahala atas kebaikan seseorang. Menilai akhlak seseorang seharusnya merupakan wewenang Allah semata.
IV. Kebaikan Hakiki dalam Pandangan Allah
Konsep kebaikan dalam Islam bukan hanya tentang perbuatan-perbuatan baik yang terlihat di mata manusia, tetapi juga tentang perbuatan baik yang diakui dan diberkati oleh Allah. Ini menggambarkan bahwa Allah-lah yang menentukan standar kebaikan yang sejati.
Dalam pandangan Allah, kebaikan bukan hanya sebatas tindakan luar, tetapi juga melibatkan niat dan tujuan di balik tindakan tersebut. Kebaikan hakiki adalah tindakan yang dilakukan dengan niat yang tulus, tanpa pamrih, dan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
V. Barometer Kebaikan dan Keluhuran Budi Pekerti
Kebaikan dan keluhuran budi pekerti seseorang haruslah ditentukan berdasarkan pandangan Allah, bukan pandangan manusia. Dalam Islam, perbuatan baik dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang dinilai oleh Allah, bukan oleh manusia. Allah melihat niat dan usaha seseorang dalam berbuat baik, dan Dia memberi pahala sebagaimana yang Dia kehendaki.
Pahala dan penghargaan atas perbuatan baik tidak harus selalu tampak di dunia ini. Kadang-kadang, Allah menyimpan kebaikan dan memberikan rezeki di dunia ini sebagai ujian, dan pahala sebenarnya akan diberikan di akhirat. Ini adalah aspek penting dalam memahami konsep kebaikan dalam Islam. Seorang Muslim tidak boleh berharap atau mencari pengakuan dari manusia atas perbuatannya; yang terpenting adalah pengakuan dan pahala dari Allah.
Kesimpulan
Kebaikan dalam Islam adalah konsep yang luas dan mendalam. Kebaikan terkait erat dengan akhlak seseorang, baik terhadap Allah, sesama manusia, maupun diri sendiri. Seseorang Muslim diharapkan untuk tidak memandang rendah akhlak sesama Muslim, karena hal ini bertentangan dengan prinsip persaudaraan yang diajarkan dalam agama.
Konsep kebaikan dalam Islam adalah tentang perbuatan baik yang tulus dan niat yang tulus, dan pahala atasnya datang dari Allah. Kebaikan dan keluhuran budi pekerti seseorang haruslah ditentukan oleh Allah, bukan oleh pandangan manusia.
Dalam akhirnya, semua perbuatan baik dan akhlak yang baik haruslah dimotivasi oleh cinta dan ketakwaan kepada Allah. Kebaikan yang diberikan oleh Allah adalah kebaikan hakiki, dan itulah yang menjadi barometer utama bagi semua perbuatan baik dan akhlak yang baik dalam Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.