Sumpah, Ketakwaan, dan Etika dalam Pemberian Nafkah
Agama | 2023-10-30 19:38:19“Demi Allâh! Seandainya aku tidak mendengar Rasûlullâh n bersabda, “Barangsiapa bersumpah lalu melihat ada sesuatu yang lebih bernilai takwa kepada Allâh, hendaknya ia mengambil ketakwaan itu.” Tentulah aku tidak akan membatalkann sumpahku.” (HR Muslim)
I. Pengertian Sumpah dalam Islam
Dalam Islam, sumpah adalah tindakan serius dan dianggap sebagai komitmen yang tidak boleh diabaikan. Sumpah adalah tindakan mengucapkan sesuatu dengan nama Allah sebagai saksi, dan itu menciptakan kewajiban moral yang kuat. Hadis yang disebutkan dalam kasus ‘Adi bin Hâtim menunjukkan bahwa dia telah bersumpah untuk memberikan sesuatu kepada pihak yang meminta. Bagi seorang Muslim, melanggar sumpah adalah tindakan yang sangat serius dan harus dihindari.
II. Ketakwaan dan Nilai-nilai dalam Islam
Ketakwaan adalah nilai fundamental dalam Islam. Ini mengacu pada rasa takut dan kepatuhan seseorang kepada Allah, serta tindakan hidup yang sesuai dengan ajaran-Nya. Dalam hadis tersebut, ‘Adi bin Hâtim merujuk pada ketakwaan sebagai faktor penentu dalam pengambilan keputusan. Ia menyatakan bahwa jika tidak ada sumpah yang mengikatnya, ia tidak akan menolak memberikan sesuatu yang lebih bernilai dari sudut pandang ketakwaan kepada Allah.
III. Konflik antara Sumpah dan Ketakwaan
Dalam hadis tersebut, ada konflik antara sumpah yang telah diucapkan oleh ‘Adi bin Hâtim dan nilai ketakwaan. Ketika orang yang meminta nafkah tidak menerima tawaran ‘Adi, ia marah dan menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan apapun. Namun, ketika orang tersebut akhirnya menerima tawaran tersebut, ‘Adi mengungkapkan ketakwaannya kepada Allah dan menyatakan bahwa jika bukan karena sumpahnya, ia tidak akan membatalkan tawaran tersebut.
IV. Menghormati Sumpah dalam Islam
Penting bagi seorang Muslim untuk menghormati sumpah yang diucapkan, seperti yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadis. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2:225), "Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban atas sumpahmu yang tidak disengaja, tetapi Dia akan meminta pertanggungjawaban atas sumpah-sumpah yang kamu sengaja ucapkan. Hukuman (atas pelanggaran) sumpahmu adalah memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan sebagaimana biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang budak."
Hal ini menegaskan pentingnya memenuhi sumpah yang diucapkan, bahkan jika sumpah tersebut bukan sumpah yang diucapkan secara sengaja. Ini adalah bagian dari etika dan moral dalam Islam.
V. Ketakwaan sebagai Panduan Utama
Dalam hadis tersebut, ‘Adi bin Hâtim menyatakan bahwa ketakwaan kepada Allah adalah panduan utama dalam pengambilan keputusan. Ini adalah prinsip dasar dalam Islam bahwa ketakwaan harus lebih diutamakan daripada sumpah-sumpah yang diucapkan. Ketakwaan mencakup tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam, dan ini harus menjadi faktor penentu dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang Muslim.
VI. Pentingnya Kepatuhan kepada Allah
Penting untuk diingat bahwa kepemilikan baju besi dan topi perang ‘Adi bin Hâtim tidak lebih berharga daripada ketakwaan kepada Allah. Ini adalah pelajaran berharga tentang prioritas dalam hidup seorang Muslim. Kepatuhan kepada Allah dan mengikuti nilai-nilai-Nya selalu harus menjadi prioritas utama, bahkan jika itu berarti melanggar sumpah yang telah diucapkan.
VII. Menghindari Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan
Dalam hadis tersebut, kita juga belajar tentang pentingnya menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan. Meskipun ‘Adi bin Hâtim telah bersumpah untuk memberikan sesuatu, ia menyadari bahwa ada hal yang lebih bernilai dalam pandangan Allah, yaitu ketakwaan. Ini menunjukkan bahwa seseorang harus selalu mempertimbangkan dampak moral dan etika dari keputusan mereka, bahkan jika itu berarti melanggar sumpah yang telah diucapkan.
VIII. Kesimpulan
Hadis tentang ‘Adi bin Hâtim memberikan pengajaran yang sangat berharga tentang sumpah, ketakwaan, dan nilai-nilai dalam Islam. Sumpah dalam Islam adalah komitmen serius yang harus dihormati, tetapi ketakwaan kepada Allah selalu harus menjadi prioritas utama. Seorang Muslim harus selalu mempertimbangkan dampak moral dan etika dalam pengambilan keputusan mereka dan harus selalu berusaha menghindari kesalahan. Dalam hal ini, ‘Adi bin Hâtim adalah contoh yang baik tentang bagaimana seorang Muslim harus menghadapi konflik antara sumpah dan ketakwaan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.