Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Nuraeni

Aku, Thailand dan Bahasa Inggris

Eduaksi | Monday, 30 Oct 2023, 15:03 WIB

Berpindah

’Ketika aku tidak bisa melakukannya dengan baik, maka aku akan menjauhinya”, berawal dari aku yang tinggal di desa dengan segala keterbatasan yang ada. Aku berpindah sekolah ke Karawang sejak kelas 3 SD. Setiap tugas dan hasil ulangan Bahasa Inggrisku selalu rendah, bahkan bisa dikatakan nilainya buruk. Hal itu hanya menjadi bahan tertawaan temanku di SD.

Saat itu akupun hanya menganggap itu adalah hal yang biasa saja, karena Bahasa Inggris memang sangat asing bagiku. Beranjak ke SMP, aku temui setiap tahun mata Pelajaran Bahasa Inggris yang rasanya seperti bertanya tanya, “aku sudah belajar, tapi nilaiku di mata Pelajaran ini kenapa tidak membaik?.” Sejak saat itu motivasi untuk mempelajari Bahasa Inggris mulai menurun, ditambah lagi dengan “grammar” yang menurutku rumit.

Memasuki Masa SMA

Booming, One Direction, grup penyanyi pemuda tampan dengan suara bagus yang dimiliki setiap anggotanya. Masa-masa ini mulai banyak teman-temanku yang menyukai One Direction dan semua lagu itu terngiang-ngiang di pikiranku. Masalahnya adalah aku tidak tahu apa arti lirik dari lagu-lagu itu. Aku ikut bernyanyi dan menghapal lagu-lagunya, namun hanya untuk mengikuti trend saja. Tidak ada belajar khusus untuk mata peajaran Bahasa Inggris yang cukup membosankan, karena nilaiku yang tidak ada peningkatan.

Padahal aku sangat semangat ketika melihat senior-seniorku yang mengikuti lomba debat Bahasa Inggris dan sempat membayangkan aku berada di posisi itu. Sepertinya menarik, namun selama SMA saat memasuki Pelajaran Bahasa Inggris, sungguh rasanya kelas ini ingin cepat selesai atau tidak ingin mengikuti kelas sama sekali. Karena aku sudah berusaha belajar, namun tidak bisa juga. Dalam pikiranku sepertinya aku tidak suka Bahasa Inggris, lebih baik tidak belajar saja.

Dari Thailand Aku Belajar

Sawadee Kha” tentu lebih asing ketimbang “Hello” bagiku. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Pernyataan yang secara nyata aku rasakan memang benar adanya. Pada 15 Juni 2023 aku dan rekan-rekan Magister Manajemen Unsika melaksanakan share learning ke Thailand. Aku mulai berpikir apa yang harus aku makan dan dikunjungi di Thailand, khususnya Bangkok dan Pattaya. Aku dan rekan-rekan menuju Don Mueang International Airport tidak dalam penerbangan yang sama.

Sesampainya di bandara aku dan beberapa rekan memang sudah membeli SIM Card melalui website dan diambil saat sampai di bandara. “Kita tanya siapa? Ngomong apa nih?” tanya temanku. Kami yang terbatas dalam Bahasa Inggris mencoba berkumpul dan merangkai kata untuk ditanyakan kepada penjaga keamanan di Bandara.

Terlalu memikirkan grammar, hingga akhirnya membuat kami gugup berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Setelah SIM Card didapatkan, lalu kami menaiki taksi dan saat perjalanan menuju hotel suasana di taksi sangat hening, karena kami bingung apa yang bisa kami bahas, sementara Supir Taksipun kemampuan Bahasa Inggrisnya masih terbatas.

Keesokan harinya, para Dosen dari Rajamangala University Thailand menyampaikan materi-materi dengan menggunakan Bahasa Inggris dan saya mengerti apa yang disampaikan, namun untuk menyampaikan apa yang saya pikirkan itu sebatas ingin saja. Untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sana pun harus menggunakan Bahasa Inggris karena Bahasa Thailand menurutku lebih asing lagi daripada Bahasa Inggris.

Tembok itu sudah roboh.

Thailand terkenal akan skincare yang bagus dan murah. Aku sempat kesulitan mencari barang untuk oleh-oleh yang aku mau di Thailand, hingga akhirnya aku hanya menunjukan gambar skincare yang aku cari. Pelayan toko pun terbatas dalam berbahasa Inggris. Setelah serangkaian kejadian di Thailand itu, aku menyadari pentingnya menguasai Bahasa Inggris.

Dalam berbicara Bahasa Inggris hal terpenting adalah bagaimana orang lain mengerti yang kita katakan. Setelah itu, timbul keberanian untuk terus berlatih berbahasa Inggris dengan temanku. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dengan temanku lewat handphone, karena aku sadar bahwa tidak semua lingkungan mendukung inginku.

Lebih jauh lagi, aku mulai bergeser mendengar lagu serta arti liriknya dan video motivasi Bahasa Inggris melalui Youtube untuk sekedar mendengar dan melatih kemampuan Bahasa Inggrisku. Sampai sekarang aku terus berlatih dan bergumam “tidak sesusah itu kok. Kemana saja aku?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image