Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image shinta azzahrah

Tren Slang Bahasa Inggris dalam Penulisan Esai Mahasiswa

Eduaksi | 2025-11-16 10:01:10
Ilustrasi belajar grammar. Sumber: Dokumen pribadi, 2025.

Bahasa selalu berkembang mengikuti zaman. Di era digital ini, cara berkomunikasi manusia berubah dengan sangat cepat, terutama di kalangan mahasiswa yang aktif di media sosial. Dalam percakapan daring, mereka sering menggunakan slang bahasa Inggris seperti bcs (because), lol (laughing out loud), omg (oh my god), idk (I don’t know), brb (be right back), dan tbh (to be honest). Bahasa yang singkat dan ekspresif ini terasa lebih praktis dan akrab digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, kebiasaan tersebut kini tidak hanya terbatas pada ruang digital, melainkan juga mulai memengaruhi cara mahasiswa menulis esai akademik. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah penggunaan slang hanya wujud kreativitas, atau justru tanda menurunnya ketepatan berbahasa dalam penulisan formal?

Perkembangan Slang Bahasa Inggris

Slang bahasa Inggris adalah bentuk bahasa tidak baku yang digunakan dalam situasi informal, biasanya untuk mengekspresikan keakraban atau emosi secara lebih bebas. Menurut Fadila et al. (2025), tren slang berkembang pesat karena pengaruh media sosial yang menjadi ruang utama komunikasi generasi muda. Platform seperti TikTok, Instagram, X (Twitter), dan WhatsApp berperan besar dalam memperkenalkan dan menyebarkan kata-kata baru dengan sangat cepat. Contohnya, istilah LOL yang dulu digunakan di forum daring kini menjadi bagian umum dalam percakapan harian. Begitu juga kata idk, af, atau smh, yang dengan cepat menyebar karena pengguna menirunya dari unggahan atau komentar di media sosial.

Fenomena ini juga terlihat di kehidupan mahasiswa. Misalnya, di grup perkuliahan, seseorang menulis, “Omg, aku lupa upload tugasnya,” atau “Bcs tadi aku ketiduran, belum sempat ngerjain.” Kalimat seperti itu terasa wajar di media sosial, tetapi menjadi kurang tepat jika terbawa ke tulisan akademik. Beberapa mahasiswa tanpa sadar menulis kalimat seperti, “Bcs the data was incomplete, I couldn’t finish the analysis,” atau “Omg, this result is really surprising.” Padahal, dalam konteks esai, kalimat tersebut seharusnya ditulis secara formal, misalnya, “Because the data was incomplete, the analysis could not be completed,” atau “This result is highly unexpected.” Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh media sosial membuat batas antara bahasa formal dan informal semakin kabur.

Dampak Positif Penggunaan Slang Bahasa Inggris

Penggunaan slang tidak selalu membawa dampak negatif. Dalam beberapa hal, bahasa ini juga memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan berbahasa mahasiswa.

Pertama, slang dapat meningkatkan kreativitas linguistik. Mahasiswa menjadi lebih peka terhadap makna kata dan konteks sosial penggunaannya. Mereka belajar bahwa bahasa bersifat dinamis dan terus berubah mengikuti budaya.

Kedua, slang dapat membangkitkan minat belajar bahasa Inggris. Banyak mahasiswa mengaku lebih tertarik belajar karena sering menemui kata-kata slang di media sosial. Misalnya, dari kata asap (as soon as possible) atau tbh, mahasiswa akhirnya mengetahui bentuk lengkap dan penggunaannya dalam bahasa formal.

Ketiga, slang juga dapat dijadikan materi pembelajaran sosiolinguistik. Mahasiswa dapat mempelajari perbedaan fungsi bahasa berdasarkan situasi, sehingga mereka memahami kapan harus menggunakan bahasa formal dan kapan boleh menggunakan gaya santai.

Dampak Negatif terhadap Penulisan Esai

Namun, penggunaan slang secara berlebihan juga membawa dampak negatif, terutama dalam konteks akademik.

Pertama, slang dapat menyebabkan penurunan ketepatan tata bahasa (grammar). Habiburrahman et al. (2025) menjelaskan bahwa tata bahasa merupakan fondasi utama dalam komunikasi tertulis. Ketika mahasiswa terbiasa menggunakan bentuk singkatan seperti bcs atau idk, mereka menjadi kurang memperhatikan struktur kalimat yang benar dan sesuai kaidah.

Kedua, slang dapat menimbulkan ambiguitas makna, yaitu keadaan ketika suatu kata atau ungkapan memiliki makna ganda sehingga pembaca bisa menafsirkan secara berbeda. Dalam konteks penulisan akademik, ambiguitas dapat mengaburkan maksud penulis dan membuat pesan tidak tersampaikan dengan jelas. Misalnya, tidak semua pembaca memahami istilah seperti smh (shaking my head) yang berarti ekspresi kecewa atau tidak setuju, atau af (as f**), yang merupakan bentuk penekanan berlebihan dalam bahasa tidak sopan untuk menunjukkan tingkat tinggi suatu hal, seperti pada kalimat tired af yang berarti “sangat lelah”. Jika bentuk-bentuk seperti ini muncul dalam tulisan ilmiah, pembaca yang tidak familiar dengan slang tersebut bisa salah menafsirkan maknanya atau menganggap tulisan itu tidak profesional.

Ketiga, kebiasaan menggunakan gaya bahasa informal dapat menimbulkan pergeseran register, yaitu kecenderungan membawa bahasa percakapan ke tulisan ilmiah. Kalimat seperti “I was like omg when I saw the result” terdengar tidak profesional dalam esai akademik.

Keempat, penggunaan slang yang terlalu sering dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan menulis terstruktur. Mahasiswa yang terbiasa dengan kalimat pendek dan cepat di media sosial cenderung sulit menyusun argumen panjang, menulis kalimat kompleks, dan menggunakan kata penghubung formal seperti however, therefore, atau in addition.

Refleksi

Tren slang bahasa Inggris merupakan hasil dari perkembangan budaya digital yang tidak dapat dihindari. Ia mencerminkan kreativitas dan kemampuan adaptasi generasi muda terhadap perubahan zaman. Namun, dalam konteks akademik, kemampuan menulis formal tetap harus dijaga. Mahasiswa perlu memahami bahwa bahasa memiliki tempat dan fungsinya masing-masing. Slang boleh digunakan untuk mengekspresikan diri di media sosial, tetapi tidak dalam tulisan akademik. Pendidik berperan penting dalam menanamkan kesadaran ini agar mahasiswa tidak hanya fasih mengikuti tren bahasa modern, tetapi juga mampu menulis dengan struktur, tata bahasa, dan gaya yang sesuai dengan kaidah akademik. Dengan keseimbangan tersebut, mahasiswa dapat menjadi pengguna bahasa yang kreatif sekaligus cermat.

Daftar Pustaka

Muhammad Habiburrahman, Aulia Sabrina Siregar, Nur Rahmaida Tanjung, Yani Lubis. (2025). The Importance of Grammar in Communication. EJI English Journal of Indragiri, 9(2). https://ejournal-fkip.unisi.ac.id/eji/article/view/3002

Nur Fadila, Anshari, Hajrah. (2025). Penggunaan Bahasa Gaul pada Media Sosial TikTok. Journal of Applied Linguistics and Literature, 3(1). https://journal.unm.ac.id/index.php/JALL/article/view/8645

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image