Ketika Tuhan Mengajakmu Bercanda
Curhat | 2023-10-29 16:58:48KETIKA TUHAN MENGAJAKMU BERCANDA
Pernahkah kamu disapa Tuhan dengan cara yang berbeda?
Dalam berkomunikasi dengan manusia, Tuhan memiliki banyak cara. Bisa lewat panggilan, pemberian rejeki, pemberian anugerah, dan berbagai kebaikan lainnya. Atau bisa melalui teguran, pemberian ujian, cobaan, musibah, dan berbagai hal tidak mengenakkan lainnya. Atau terkadang Dia hanya sekedar memberikan sinyal, kode, ilham, “wahyu”, atau semacamnya.
Disadari atau tidak disadari, Tuhan Sang Pencipta senantiasa melakukan komunikasi dengan semua ciptaanNya. Sebagai bukti rahman dan rahimNya. Sebagai wujud kasih-sayangNya. Namun sayang, tidak sedikit dari kita yang tidak mengetahui kalau sedang diajak bicara olehNya. Sebagian kita tidak memahami apabila sedang diajak ngobrol denganNya.
Pada kenyataannya, Tuhan bukanlah sosok yang selalu terlihat serius, tegang, atau menyeramkan. Terkadang Dia digambarkan sedang marah, murka, melaknat, atau lainnya yang membuat manusia menjadi takut. Padahal, Tuhan siap untuk menjadi teman, sahabat, atau mitra disaat kita sedang senang maupun susah. Saat kita sedang bahagia atau menderita. Saat iman kita sedang kuat maupun lemah.
Bahkan, kalau kita mau menelisik lebih mendalam, tak jarang Tuhan mengajak kita untuk “bercanda”. Lebih dari itu, terkadang “candaan” Tuhan amat sangat keterlaluan, yang membuat kita hampir pesimis dan putus asa.
Mengapa Tuhan Perlu Bercanda
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (QS al-An'am ayat 32).
Apakah kamu melihat dunia ini dengan serius? Ataukah engkau memandang dunia ini dengan tegang? Atau pula dirimu menilai semua peristiwa dengan sudut pandang yang kaku?
Ayat di atas menyampaikan bahwa kehidupan di dunia ini tak lebih hanyalah sebuah permainan dan senda-gurau belaka. Oleh karena itu, kita tak harus sampai mati-matian mengejar dunia hingga melupakan akhirat. Kita tak perlu bersedih apabila ada yang luput dari kita, yang hilang dari kita. Kita tak perlu kecewa jika mengalami kegagalan, jika mengalami kekalahan. Kita pun tak perlu meratap terhadap musibah yang menimpa, terhadap cobaan yang mendera.
Sebaliknya, kita tak perlu berpesta (secara berlebihan) atas keberhasilan kita, atas prestasi kita. Kita tak harus ber-euforia atas setiap kemenangan yang kita peroleh. Kita pun tak harus berdansa-ria atas keuntungan bisnis yang melimpah. Semua itu akan cepat berlalu. Hanya sementara.
Dulu, saya pernah membuka usaha dengan menyewa sebuah kios. Setelah satu tahun berjalan, usaha saya tidak berjalan sesuai harapan. Jangankan memperoleh laba, untuk menyewa kios setahun berikutnya tak mampu lagi. Padahal saya sudah mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Terus terang saat itu saya merasa sedih dan kecewa.
Saya merasa kecewa karena belum memahami aturan main dalam dunia bisnis. Bahwa muara orang membuka usaha hanya dua, kalau tidak untung ya rugi. Bahwa uang bisa datang bisa pula pergi. Bahwa tidak ada yang benar-benar milik kita. Karena yang kita anggap sebagai milik kita, hanyalah sekedar titipan. Bisa diambil kembali oleh pemilik yang sesungguhnya.
Tidak perlu merasa dunia seperti kiamat jika gagal dalam berbisnis. Toh pada kenyataannya kita tetap bisa makan, punya uang, beli bensin atau pulsa, bisa menyekolahkan anak, dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Entah bagaimana caranya. (Tuhan selalu punya cara untuk memberi rejeki semua makhluk ciptaanNya).
Sebelum gagal dalam berbisnis, ketika anak saya masih berusia dua dan satu tahun, isteri saya dipanggil kembali ke pangkuan Tuhan. Sungguh suatu ujian hidup yang tak mudah, terlebih saya tinggal di tanah rantau, jauh dari orang tua dan sanak-saudara. Saya menangis dan meratap, bagaimana mungkin saya akan bisa merawat dua balita yang masih membutuhkan ASI dan kasih sayang seorang ibu. Bagaimana saya akan mampu menjalani kehidupan sebagai seorang single parent.
Waktu itu saya lupa akan aturan main dunia. Bahwa setiap yang hidup akan mengalami mati. Bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Bahwa saya pun akan mati, entah hari ini atau besok. Bahwa tidak hanya anak saya, banyak anak-anak di dunia yang ditinggal mati oleh ibunya, bahkan ketika usai melahirkan.
Toh pada kenyataannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Anak-anak saya bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak yang lain.
*****
Barangkali Tuhan sedang ingin “bercanda” dengan peristiwa-peristiwa yang pernah saya alami. Tuhan ingin menegaskan bahwa tidak semua peristiwa di dunia ini harus disikapi secara serius dan tegang. Akan ada kebaikan di setiap keburukan yang kita alami. Ada hikmah di balik segala sesuatu.
Tetap semangat dan bersyukur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.