Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ar. noval hananiri

Rekayasa Desain Akustika Menuju Rumah Sehat

Teknologi | Friday, 27 Oct 2023, 00:29 WIB

KEBISINGAN MENURUNKAN KUALITAS KESEHATAN

Faktor kenyamanan sebuah hunian tentunya akan menjadi prioritas setiap orang dimanapun tinggal. Dalam konteks ini susana mendapat ketenangan dan jauh dari intensitas kebisingan. Mendasarkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-Men-48/MEN. LH/11/96, NAB baku kawasan perumahan dan pemukiman sebesar 55 dB. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki dan menjadi salah satu sumber pencemaran bunyi yang dapat merusak indra pendengaran manusia. Nilai ambang batas (NAB) suara aman untuk didengar oleh indra pendengaran manusia dengan suara intensitas 30-50 dB. Dengan demikian bunyi disebut bising apabila intensitasnya sudah melampaui 50 dB. Paradigma di masyarakat kita pada umumnya sangat antusias dalam memberikan reaksi-reaksi keprihatinan besarnya pada tataran kasus–kasus pencemaran udara, pencemaran air bahkan limbah (sampah). Sedangkan reaksi-reaksi keprihatinan dalam kasuistik pencemaran kebisingan masih belum begitu signifikan, bahkan cenderung diabaikan.

Perkembangan dunia rekayasa konstruksi dan teknologi terutama pada sektor transportasi tentu ada dampak buruk bagi sebuah lingkungan, Salah satu wujud nyatanya adalah pencemaran kebisingan. Membengkaknya penggunaan jumlah moda transportasi dijalanan yang begitu besar, Tentu akan membawa dampak meningkatnya intensitas kebisingan makin tinggi. Tingginya intenstas kebisingan akan membawa dampak buruk terhadap turunnya kualitas kesehatan. Meskipun dampak buruknya bagi kesehatan tidak secara langsung dirasakan dalam kurun waktu instan, Tetapi jika akumulasi tingkat kebisingan ini sudah melampaui ambang batas bahkan dialami dengan rentang waktu lama secara masif, Tentu saja hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan pada manusia. Menjadi hal yang sangat esensial jika dalam merancang bangunan tidak hanya memprioritas pada aspek keselamatan, keamanan kedalam bangunan. Aspek kesehatan penghuni dalam bangunan adalah hal yang tidak kalah esensinya untuk diterapkan dalam rancangan desain arsitektur. Karena dampak kebisingan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan turunnya kualitas kesehatan manusia, Bahkan bisa mempengaruhi psikologis seseorang. Sehingga dari sisi aspek ini dibutuhkan metode rekayasa desain untuk mengendalikan bunyi secara arsitektural dengan cara mereduksi kebisingan.

STRATEGI PROGRAMATIK RANCANGAN DESAIN

Tata akustik merupakan pengolahan tipe suara atau bunyi pada suatu ruangan untuk menghasilkan kualitas suara yang nyaman dinikmati. Dalam akustik arsitektur sering dibagi menjadi akustika ruang (room acoustic) yang menangani bunyi dan mengontrol kebisingan (noise control). Penciptaan sistem tata akustik yang tepat dan efisien mutlak menjadi unsur penunjang sebuah keberhasilan pada rancangan desain, Karena pengaruhnya begitu luas dan dapat menimbulkan beragam efek tertentu secara emosional dan fisik. Seseorang dapat merasakan dan menerima rangsangan tersebut dengan kesan bahkan sikap-sikap tertentu. Sebagai pedoman nilai ambang batas terhadap faktor kebisingan dalam konteks ini mendasarkan pada NAB menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999 yakni--nilai ambang batas bunyi yang boleh didengar oleh telinga manusia adalah sebesar 85 dB namun hanya dizinkan dalam rentang waktu 8 jam perhari atau 40 jam perminggu.

Salah satu metode dan penerapan yang dapat dilakukan oleh perancang bangunan untuk mereduksi kebisingan dapat dilakukan secara alamiah dengan penempatan dan mengolah beberapa elemen-eleman buatan yang secara tepat guna diletakkan pada posisi tertentu sehingga mampu mereduksi kebisingan secara optimal. Adapun faktor yang dapat mereduksi kebisingan tersebut adalah jarak, serapan udara, angin, permukaan tanah dan penghalang. Pemilihan dengan menggunakan material bahan yang mampu meredam suara dan menyerap kebisingan (misal: panel akustik) juga bisa diterapkan, Meskipun material ini ketersediaan dipasaran harganya mahal. Akan tetapi ada jenis-jenis material sederhana yang dapat digunakan sebagai media untuk mereduksi kebisingan dalam rancangan bangunan rumah tinggal bahkan bisa diproduksi sendiri dengan mengolah bahan yang sudah teruji mampu mereduksi kebisingan antara lain serat alami bambu, jerami, serabut kelapa. Pengolahan bahan-bahan tersebut dapat dikolaborasi dengan material pabrikasi untuk digunakan sebagai elemen desain rancangannya guna menghasilkan rekayasa desain yang estetik.

Sebelum merancang bangunan rumah tinggal ada baiknya kita merubah paradigma berfikir bahwa desain akustik harus tampil se-ekslusif dengan penggunaan material (panel akustik pabrikasi) yang harganya mahal seperti pada gedung pertunjukan dan lain-lainnya. Dalam skala rancangan rumah tinggal-pun sebenarnya kita dapat mengaplikasikan rekayasa desain akustik ini secara sederhana dan elegan. Skema programatik berikut merupakan tahapan merancang desain untuk menjawab persoalan faktor kebisingan :

1. Pembagian zoning dan lay-out bangunan yang efektif untuk menyiasati kebisingan

Pembagian zoning dan lay-out bangunan secara efektif menjadi satu faktor kunci keberhasilan perancangan desain, Meskipun lay-out nya berada dalam kondisi keterbatasan lahan. Kemudian langkah awal yang dapat ditempuh dengan studi pengelompokan ruang-ruangnya (pembagian zonning area) dalam skematik ini dapat dirumuskan ruang apa saja yang membutuhkan suasana tenang dengan ruang-ruang yang tidak begitu butuh ketenangan, dsb. Ambil satu contoh untuk ruang private diposisikan pada jarak yang terjauh dari posisi sumber kebisingan. Penempatan ruang private ini tentu saja akan terlindungi oleh ruang–ruang yang berfungsi sebagai ruang semi publik dan publik. Dalam pemilihan model lay-out dapat menggunakan bentuk L. Karena pada skema lay-out bentuk L akan lebih cocok digunakan pada bangunan domestik dengan skala kecil yakni rumah tinggal.

2. Membuat fitur penghalang buatan (sound barrier)

Penghalang buatan atau sound barrier ini juga menjadi sebuah langkah ideal sebagai pilihan dalam rancangan desain, ketika studi pembagian zoning bangunannya belum secara maksimal mengurangi efek kebisingan. Dalam membuat sound barrier ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam rancangan desainnya antara lain posisi, ukuran, pemilihan material dan fisik tampilannya. Dalam aplikasi rancangan desain sound barrier dibuat dengan tinggi (1.52 meter sebagai pedoman ketinggian minimal) akan lebih baik jika dibuat lebih tinggi. Sound barrier bisa memanfaatkan media beragam jenis-jenis tanaman rambat yang mudah dalam perawatannya dan sustainable, Sehingga kesan pada green barrier-green wall tidak kaku bahkan monoton.

sumber : www.gardener dreams.com

3. Memilih model eleman bangunan (bukaan) berdasar nilai insulasi kombinasi

Beberapa riset pernah dilakukan untuk melihat kemungkinan penggunaan type atau model pada elemen bangunan (bukaan) jendela dan pintu tertentu yang dapat mereduksi kebisingan secara signifikan. Hasil dari kesimpulan riset tersebut memang mengindikasikan bahwa model bukaan jendela dan pintu yang dibuat dengan menggunakan material tertentu dapat memperpanjang jalannya gelombang bunyi sekaligus dapat menyerap bunyi yang jatuh dibidang permukaannya sehingga intensitas kebisingan yang masuk kedalam bangunan dapat direduksi secara efektif, Sebagai alternative pilihan modelnya bisa menggunakan pintu model krepyak berbahan kayu atau jendela krepyak kaca dengan laminasi (sering disebut nako).

4. Aplikasi elemen desain (eksterior-interior) dengan bahan material ekonomis dan tepat guna

Memang tidak mudah untuk mengaplikasikan elemen bahan material tertentu masuk kedalam rancangan bangunan, Karena akan ada benturan fungsi lain misal dengan sistem ventilasi silang udara alami (croos ventilation). Tentu saja kondisi ini mengharuskan perancang bangunan lebih selektif dalam eksplorasi idenya, menemukan formulasi yang efektif sehingga hasil rancangannya seoptimal mungkin dapat terwujud dengan harmonis. Sebagai pilihan bahan material untuk rancangan desainnya dapat menggunakan material kaca (kaca tebal atau kaca ganda) sebagai respons terhadap view dari dalam dan keluar bangunan, Material kaca ini dapat berfungsi secara efektif mengurangi efek kebisingan. Untuk plafond rancangan desain bisa menggunakan bahan-bahan material yang secara lebih efektif mampu menyerap bunyi. Pilihan bahan material dapat mengkombinasi triplek dengan serabut kelapa atau gypsum bord dengan perforated panel, Sekat pembatas interior mengkombinasi dinding berlapisan beton diisi dengan serabut kelapa dengan modifikasi tertentu agar tampilan dan fungsi utamanya tercapai.

Penanggulangan permasalahan kebisingan sangat efektif bila dilakukan secara komprehensive dengan kata lain perancangan desain tidak sebatas menitikberatkan pada elemen arsitektural semata. Kemudian mengoptimalkan relasi yang saling berkait dengan strategi rancangan desain ruang luar keseluruhannya, sebagai repture permasalahan kebisingan yang masuk kedalam bangunan. Demikian adalah langkah-strategi bagaimana rancangan desain akustik secara sederhana dapat diaplikasikan pada bangunan skala kecil (rumah tinggal) yang begitu sensitif terhadap permasalahan kebisingan dan hasil rancangan-pun tidak harus menggunakan bahan-bahan material yang berharga mahal dengan tingkat kerumitan tertentu.

Apakah rekayasa desain akustik, Secara proporsional sudah menjadi program penting bersama aspek-aspek lain masuk ke ranah perancangan desain bangunan rumah tinggal?.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image