Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shofiya Ahsana

Kesehatan Mental dengan 6T

Agama | 2023-10-25 17:37:10

Akhir- akhir ini, marak berita mengenai mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, hal ini seolah sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tahun ke tahun, berita bunuh diri yang dilakukan mahasiswa terus terdengar dan mengalami peningkatan. Mahasiswa yang bunuh diri di dominasi oleh mahasiswa perantauan. Banyak faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Mereka merasa tidak mampu menanggung beban yang sedang di pikul karena berpikir tidak ada jalan keluar untuk mengatasi masalahnya.

Mereka cenderung menutup dari lingkungan, kurang komunikasi jika ada masalah, dan lebih memilih untuk bertengkar dengan pikirannya sendiri. Mereka lebih suka untuk memendam sendiri semua masalah yang dihadapinya. Jika seseorang terbiasa untuk menutup diri dan memendam masalah sendirian, dapat berakibat fatal. Seseorang perlu menceritakan masalahnya kepada orang lain, meskipun tidak selalu mendapat solusi, setidaknya dapat mengurangi beban dan merasa lebih lega.

Perjalanan hidup kita tidak akan lepas dari berbagai masalah. Tidak mungkin rasanya jika kita memiliki perjalanan hidup tanpa ada rintangan. Pasti selalu ada tantangan yang akan membentuk diri kita menjadi lebih kuat. Semakin dewasa seseorang, maka semakin berat juga masalah yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk belajar melihat suatu masalah dengan perspektif positif.

Faktor Pengaruh

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pikiran terutama kemampuan untuk selalu berpikir rasional, salah satunya adalah kebiasaan. Kegiatan yang kita lakukan terus menerus, tanpa kita sadari akan membentuk suatu kebiasaan. Manusia cenderung melakukan kebiasaan buruk tanpa mau memperbaikinya. Banyak orang masih belum mengetahui apa tujuan hidupnya kedepan karena belum yakin akan masa depannya. Kesalahan dengan tidak memiliki tujuan untuk dijadikan prioritas akan membuat kita kesulitan menyusun rencana jangka panjang. Kesalahan ini akan membuat kita cenderung membiarkan hidup berjalan apa adanya.

Jika kita seorang muslim, tentu saja semua hal dalam kehidupan sudah diatur dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 53 yang mengandung makna untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT. Secara tidak langsung, ayat ini juga memerintahkan kita untuk tidak bunuh diri. Karena orang yang bunuh diri itu berarti sudah berputus asa dari rahmat Allah SWT. Padahal, rahmat Allah meliputi segala sesuatu.

Tips 6T

Ada beberapa tips agar hidup kita senantiasa damai dan berjalan di jalan yang lurus, yaitu dengan menerapkan 6T. Apa itu 6T?

1. Tertib Sholat

Sholat adalah tiang agama, seperti yang kita tahu amalan yang pertama kali dihisab adalah sholat. Jika shalatnya baik, maka akan baik seluruh aktivitasnya, begitupun sebaliknya. Seseorang yang rutin mengerjakan sholat di awal waktu akan dilancarkan segala urusannya oleh Allah SWT. Ada yang menganalogikan sholat seperti angka satu dan amalan-amalan lainnya seperti angka nol yang akan digabungkan. Jika kita rutin sholat wajib di awal waktu dengan baik, maka akan bernilai. Misalkan sholat (1), puasa (0), zakat (0), mengaji (0) jika digabungkan akan menjadi 1000. Jika tidak sholat dengan baik (0), tetapi puasa (0) dan mengaji (0),tetap tidak akan bernilai karena hanya angka nol yang berjejer (000). Oleh karena itu, kita harus menjaga sholat kita agar amalan lainnya diterima.

2. Tahajud

Tahajud termasuk amalan yang sulit dilakukan bagi kebanyakan orang. Sholat ini dilakukan pada malam hari di waktu tidur atau istirahat kita. Akan tetapi, sholat tahajud memiliki keutamaan yaitu diangkat ke tempat terpuji seperti tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 79 yang artinya sebagai berikut. “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

3. Taklim

Taklim atau yang biasa dikenal dengan belajar atau mengkaji agama islam adalah salah satu cara untuk menjaga kestabilan iman. Berkumpul dengan orang-orang shaleh dan senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah akan membuat kita terjaga dari hal-hal buruk.

4. Tilawah Al-Qur’an

Belajar dan membiasakan membaca al-quran juga memberikan dampak tersendiri terhadap kondisi mental seseorang. Membaca Al-Quran dengan merenungi maknanya membuat hati dan pikiran kita tenang. Al-Quran juga dapat menjadi obat bagi umat muslim. Dalam surat Al-Isra ayat 82 dijelaskan yang artinya “Dan kami turunkan Al-Quran yang di dalamnya terdapat obat dan rahmat bagi orang mukmin.”

5. Tasbihah

Tasbihah disebut juga dengan berdzikir. Allah berfirman dalam surah Ar-Rad ayat 38 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Dengan berdzikir akan memberikan ketenangan hati dari berbagai masalah yang sedang dihadapi.

6. Tahan Nafsu dari Zina

Seperti yang kita ketahui, tantangan terberat manusia adalah menahan hawa nafsu. Seseorang yang tidak mampu menahan hawa nafsu akan terjerumus pada hal negatif yang dapat mengakibatkan dosa. Beberapa kasus bunuh diri dipicu oleh hubungan percintaan yang kurang baik, pada dasarnya perbuatan zina mengakibatkan ketergantungan pada pasangan yang tidak halal dan membuatnya jauh dari Allah.

Di hari kesehatan mental sedunia ini, marilah kita senantiasa untuk melakukan kebiasaan yang baik, belajar berpikir dengan perspektif positif serta membiasakan diri untuk dekat dengan keluarga dan teman. Ibadah juga merupakan salah satu kunci agar mental kita tetap terjaga dan senantiasa berada di jalan yang benar. Oleh karena itu, pengaplikasian 6T perlu dilakukan untuk membantu teman-teman agar senantiasa bersemangat menjalani hidup yang lebih baik kedepannya. Pulih bersama generasi sehat jiwa.

Shofiya Ahsana Amala

Mahasiswa FK Universitas Islam Indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image