Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Santri dan Pluralisme Gus Dur

Politik | Sunday, 22 Oct 2023, 16:40 WIB
Jasa besar Gus Dur adalah menyebarkan ajaran dan panji pluralisme dalam kehidupan agama kita. Foto: Republika

KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi tokoh nasional yang pemikirannya banyak memengaruhi jalannya pesantren di Indonesia. Hal yang paling dominan dari Gus Dur adalah pentingnya semangat toleransi dan pluralisme. Tidak bisa dimungkiri, jasa besar Gus Dur adalah menyebarkan ajaran dan panji pluralisme dalam kehidupan agama kita. Tidak berlebihan jika kemudian Gus Dur dinobatkan sebagai bapak pluralisme Tanah Air.

Sebagai cucu KH. Hasyim Asy'ari, Gus Dur adalah darah biru Nahdhatul Ulama (NU) sekaligus sosok yang terbiasa dengan dunia santri. Pengikutnya hingga saat ini masih loyal terhadap perjuangan dan pemikiran mantan Presiden RI tersebut. Mereka menyebut diri sebagai gusdurian. Ada lima hal pokok yang menjadi ajaran Gus Dur, khususnya untuk diterapkan santri Indonesia.

Dikutip dari tulisan Frans Magnis Suseno dalam buku "Gus Dur Santri Par Excellence", lima hal penting ini harus mendapat perhatian dari semua pihak. Kenapa? Karena menyangkut hubungan antarumat beragama yang seringkali dibenturkan dengan konflik. Pertama, Gus Dur menempatkan agama dan kemanusiaan pada posisi yang setara. Frans menitikberatkan pada wawasan kemanusiaan universal Gus Dur yang menurutnya berada di level tinggi. Ketika menjabat sebagai Presiden, Gus Dur melindungi semua penganut agama dan ini yang membuktikan dia sebagai seorang pluralis sejati. Frans menyebut Gus Dur sebagai orang pesantren yang mendengarkan simfoni Beethoven.

Kedua, Gus Dur sosok yang cuek dengan para penentangnya dan tetap konsisten dengan pendiriannya sendiri. Sebagai sosok humoris, Gus Dur tidak peduli dengan hal-hal sepele meski itu menyudutkan atau merugikan dirinya. Itu yang membuatnya disukai dan dihargai banyak pihak. Dia merasa mantap dengan dirinya sendiri, sekaligus percaya diri dengan apa yang diyakininya.

Ketiga, Gus Dur berhati terbuka bagi semua kalangan. Ini yang menyebabkan kelompok minoritas tidak khawatir atau takut ketika berhubungan dengannya. Kita bisa ingat ketika Gus Dur Presiden, Istana Negara begitu terbuka bagi semua kalangan. Sebagai seorang bapak pluralis, Gus Dur membuka diri bagi semua pihak, termasuk mereka yang tertindas dan menjadi korban pelanggaran HAM. Gus Dur yang menjadikan kelompok minoritas merasa terhormat dan martabat mereka diakui.

Keempat, Gus Dur mampu mewujudkan Islam yang positif, terbuka dan ramah. Dia mampu memproyeksikan gambaran yang konstruktif terhadap nilai-nilai Islam. Sikapnya yang santai dan gemar menyampaikan lelucon menjadikan Gus Dur sebagai sosok yang dapat diterima oleh semua kalangan.

Kelima, Gus Dur mampu mewariskan generasi intelektual, khususnya bagi kelompok NU. Generasi yang memahami apa yang diinginkan Gus Dur semasa hidupnya, Warisan yang akan hubungan yang begitu harmonis antarumat beragama.

Di hari Santri 2023, tentu menjadi relevan bahwa apa yang diajarkan Gus Dur akan sangat bermanfaat ke depannya. Apalagi, sebagai cucu yang telah melahirkan sejarah begitu gemilang dalam mempertahankan Indonesia, Gus Dur mendapat tempat terhormat dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image