Menghadapi Tantangan Hidup dengan Keikhlasan
Agama | 2023-10-22 16:21:34"Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari kesedikitan (kekurangan) dan kehinaan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari perlakuan zhalim kepadakuatau dari tindakan zhalimku". (HR. an-Nasa’i).
Berbicara mengenai doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad untuk meminta perlindungan dari berbagai hal yang telah disebutkan, kita bisa memahami betapa pentingnya doa ini dalam kehidupan seorang Muslim. Doa ini mencerminkan kekhawatiran dan kesadaran yang dalam akan tantangan dan ujian yang dapat menghadang seseorang dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Pertama-tama, doa ini mengajarkan kita untuk meminta perlindungan dari kefakiran. Kefakiran, baik dalam konteks jiwa maupun harta, adalah sesuatu yang dapat menggerogoti kualitas iman seseorang. Seorang Muslim harus berusaha agar kefakiran harta tidak membawanya menuju ke kufur nikmat atau kufur iman. Kefakiran jiwa juga dapat membuat hati seseorang tergoda oleh keinginan duniawi dan membuatnya lupa akan anugerah Allah. Oleh karena itu, memohon perlindungan dari kefakiran adalah langkah awal yang bijak dalam menjaga kualitas iman dan kehidupan rohani.
Kedua, kita diminta untuk berlindung dari kekurangan dalam pintu-pintu kebaikan dan kebajikan. Nabi Muhammad adalah contoh yang baik dalam hal ini. Beliau lebih menyukai pendekatan sederhana terhadap dunia dan tidak terlalu mencari kesenangan duniawi. Ini mengajarkan kita untuk tidak menjadi terlalu terikat pada hal-hal materi dan melihat kekayaan sejati dalam amal kebaikan dan ibadah kepada Allah. Dengan meminta perlindungan dari kekurangan dalam hal ini, kita berusaha untuk menjalani hidup dengan tulus dan penuh kebaikan.
Ketiga, doa ini mengajarkan kita untuk berlindung dari kehinaan. Kehinaan dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti merasa hina di mata manusia atau merasa hina karena kemiskinan. Dalam Islam, semua manusia dihormati dan dianggap sama di hadapan Allah. Oleh karena itu, menjaga martabat diri dan tidak merasa hina di mata orang lain adalah suatu hal yang penting. Selain itu, kehinaan juga dapat disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiat. Dalam Islam, dosa-dosa ini dapat merendahkan martabat seseorang. Oleh karena itu, memohon perlindungan dari kehinaan adalah langkah yang bijak dalam menjaga integritas diri dan akhlak yang baik.
Terakhir, doa ini mengajarkan kita untuk berlindung dari keadaan dizhalimi atau menzhalimi. Dizhalimi adalah perbuatan zalim atau kezhaliman yang diterima oleh seseorang. Menzhalimi adalah perbuatan zalim yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Menjaga diri agar tidak menjadi obyek kezhaliman dan juga menjauhi tindakan zalim terhadap orang lain adalah prinsip-prinsip etika yang sangat penting dalam Islam. Hal ini mencerminkan nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kesetaraan dalam agama Islam.
Dalam ajaran Islam, doa ini juga mencerminkan tawadhu' dan rasa syukur kepada Allah. Tawadhu' adalah sikap rendah hati, di mana seseorang merendahkan diri di hadapan Allah dan memahami bahwa hanya Allah yang dapat memberikan perlindungan dan kekuatan. Rasa syukur kepada Allah tercermin dalam permohonan perlindungan ini, karena seseorang menyadari bahwa hanya Allah yang dapat menjaga mereka dari segala hal yang merugikan.
Secara keseluruhan, doa ini adalah pengingat bagi umat Muslim tentang pentingnya menjaga diri dari berbagai ancaman dan godaan dalam hidup. Ini adalah ungkapan ketakutan dan kerendahan hati seseorang di hadapan Allah, sambil memohon perlindungan dan bimbingan-Nya. Doa ini juga mengajarkan prinsip-prinsip etika, integritas diri, dan tawadhu' yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Oleh karena itu, doa ini memiliki nilai yang mendalam dan relevan dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai seorang Muslim. Semoga kita semua dapat merenungkan makna dan pesan dari doa ini, serta mengamalkannya dalam kehidupan kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.