Ridha Allah dan Kehidupan yang Lebih Bermakna
Agama | 2023-10-21 10:09:49Kehalalan dalam Islam telah menjadi prinsip yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim. Meneladani Isma'il bin Ibrahim al-Bukhari adalah salah satu cara untuk memahami betapa pentingnya prinsip kehalalan ini dalam mencari rezki. Ayah Imam al-Bukhari memberikan contoh luar biasa dengan mengatakan bahwa tidak ada satu dirham pun dari hasil haram atau yang masih syubhat dalam harta miliknya. Dari sini, kita dapat menarik banyak pelajaran penting yang harus menjadi landasan bagi seluruh umat Islam.
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa prinsip kehalalan adalah salah satu tuntunan agama yang diberikan oleh Allah kepada kaum Muslimin. Allâh telah mewajibkan kaum Muslimin untuk makan makanan yang halal demi kebaikan jasmani dan ruhani mereka. Ini berarti bahwa apa yang kita makan memiliki dampak langsung terhadap tubuh dan jiwa kita. Makanan yang halal tidak hanya mencakup tindakan menyembelih hewan sesuai syariah, tetapi juga cara mendapatkan penghasilan untuk membeli makanan tersebut.
Isma'il bin Ibrahim al-Bukhari memberikan contoh nyata tentang bagaimana pentingnya prinsip kehalalan dalam mencari rezki. Ia berguru kepada Imam Malik bin Anas, yang juga dikenal sebagai salah satu ulama besar dalam Islam. Dengan begitu, kita dapat melihat bahwa bahkan mereka yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam tetap memperhatikan kehalalan dalam mencari rezki. Hal ini harus menjadi contoh bagi kita semua, bahwa tak ada seorang pun yang terlalu berilmu untuk mengabaikan prinsip kehalalan dalam penghasilannya.
Ancaman-ancaman yang dihadapi oleh mereka yang melanggar prinsip kehalalan juga harus dipahami dengan serius. Salah satu ancaman yang muncul adalah bahwa doa seseorang tidak akan terkabul. Doa adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam Islam, dan jika kita mengabaikan prinsip kehalalan, doa kita bisa jadi tidak akan diterima oleh Allah. Selain itu, tubuh kita juga akan berat untuk melakukan amal kebaikan. Hal ini berarti bahwa ketika kita mencari rezki dari sumber yang tidak halal, kita akan merasa sulit untuk melakukan amal kebaikan, seperti beribadah atau berbuat baik kepada sesama.
Selain itu, ancaman terbesar adalah terancam dengan neraka. Makanan haram dan penghasilan haram dapat menjadi tiket menuju siksaan yang abadi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjauhi makanan-makanan haram dan aktifitas-aktifitas yang melanggar prinsip kehalalan. Kehidupan di dunia hanya sementara, sementara akhirat adalah tempat yang kekal. Mengejar rezki yang halal dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama adalah investasi untuk kehidupan yang abadi di akhirat.
Mengapa kita harus begitu berhati-hati dalam menjalani prinsip kehalalan dalam kehidupan sehari-hari? Alasan pertama adalah untuk mencapai ridha Allah. Allah mencintai hamba-Nya yang berusaha menjalani prinsip kehalalan. Ketika kita tunduk pada perintah-Nya, Allah akan memberkahi kehidupan kita dan menghilangkan rasa gelisah yang seringkali muncul ketika seseorang mendapatkan penghasilan dari sumber yang meragukan atau haram.
Menjalani prinsip kehalalan adalah salah satu bentuk taqwa, yaitu ketakwaan kepada Allah. Ketakwaan adalah salah satu konsep paling mendasar dalam Islam. Ketika seseorang hidup dalam ketakwaan, ia berusaha keras untuk menghindari yang haram dan mematuhi semua perintah Allah. Prinsip kehalalan adalah bagian penting dari ketakwaan ini. Seorang Muslim yang menjalani prinsip kehalalan adalah orang yang sadar akan tanggung jawab agamanya dan berusaha keras untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tentu saja, menjalani prinsip kehalalan juga memiliki dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjauhi makanan dan penghasilan yang haram, seseorang akan memiliki pikiran yang lebih tenang dan hati yang lebih damai. Ini akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan orang lain maupun dalam pengembangan diri sendiri. Seseorang yang hidup dalam prinsip kehalalan akan cenderung memiliki sikap yang lebih jujur, adil, dan bertanggung jawab.
Selanjutnya, penting untuk menyadari bahwa menjalani prinsip kehalalan juga merupakan cara untuk membantu masyarakat menjadi lebih baik. Ketika semua individu menjalani prinsip kehalalan dalam mencari rezki, maka masyarakat akan menjadi lebih bersih dari perilaku yang merugikan dan korupsi. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih adil, aman, dan damai. Masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip kehalalan akan mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan memberikan manfaat kepada semua anggotanya.
Ketika kita melihat teladan seperti Isma'il bin Ibrahim al-Bukhari, kita harus menyadari bahwa kita semua dapat mengambil inspirasi dari sikap dan tindakannya dalam menjalani prinsip kehalalan. Meskipun ia adalah ayah dari seorang ulama besar, Imam al-Bukhari, ia tetap rendah hati dan menjalani prinsip kehalalan dalam penghasilannya. Ini adalah pesan yang sangat kuat, bahwa prinsip kehalalan tidak memandang status sosial atau kedudukan seseorang. Semua orang, tanpa terkecuali, harus menjalani prinsip kehalalan.
Terkait dengan itu, setiap kepala keluarga memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan kehalalan penghasilan yang ia dapatkan untuk menafkahi keluarganya. Seperti yang dinyatakan oleh ayah Imam al-Bukhari, tidak ada satu dirham pun dari hasil haram atau yang masih syubhat dalam harta miliknya. Hal ini harus menjadi contoh bagi semua kepala keluarga, bahwa mereka harus menjalani prinsip kehalalan dalam mencari rezki untuk keluarga mereka. Dengan begitu, mereka dapat memastikan bahwa keluarga mereka mendapatkan yang terbaik, baik secara materi maupun spiritual.
Saat ini, mungkin ada yang menghadapi tantangan dalam mencari penghasilan yang halal. Mungkin ada pekerjaan yang terlihat menggiurkan secara finansial tetapi melibatkan aktivitas yang meragukan dalam pandangan agama. Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengingat pesan dan teladan dari Isma'il bin Ibrahim al-Bukhari. Kita harus tetap teguh dalam prinsip kehalalan, bahkan jika itu berarti kita harus mengorbankan potensi keuntungan finansial yang besar.
Kita juga harus memahami bahwa mencari penghasilan yang halal bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang niat dan sikap hati. Seorang Muslim harus selalu berusaha untuk menjaga niatnya agar tetap tulus dan ikhlas. Niat yang ikhlas dalam mencari rezki adalah salah satu faktor penting dalam menentukan kehalalan penghasilan.
Kesimpulannya, penting untuk meneladani Isma'il bin Ibrahim al-Bukhari dalam menjalani prinsip kehalalan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip kehalalan adalah salah satu tuntunan agama yang mesti dijunjung tinggi oleh umat Muslim. Kehalalan bukan hanya tentang apa yang kita makan, tetapi juga tentang bagaimana kita mencari penghasilan. Ancaman-ancaman terhadap mereka yang melanggar prinsip kehalalan harus dihindari dengan sungguh-sungguh.
Dengan menjalani prinsip kehalalan, kita mencari ridha Allah, mengembangkan ketakwaan, meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari, dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Semua individu, terlepas dari status sosial, memiliki tanggung jawab dalam memastikan kehalalan penghasilan mereka. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, aman, dan damai, serta mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan. Semoga Allah memberikan taufik kepada seluruh umat Muslim untuk selalu menjalani prinsip kehalalan dalam kehidupan mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.