
Ekonomi Halal sebagai Sumber Pertumbuhan Inklusif dan Berkelanjutan
Ekonomi Syariah | 2025-03-18 13:58:12
Secara sederhana, ekonomi halal merujuk pada segala produk dan layanan yang memenuhi standar yang ditetapkan dalam hukum Islam, atau syariah. Di dunia modern ini, ekonomi halal tidak hanya berfokus pada makanan yang disembelih sesuai dengan syariah, tetapi lebih luas lagi, mencakup cara hidup yang sesuai dengan ajaran Islam.
Industri ekonomi halal di Indonesia semakin menunjukkan potensi yang signifikan sebagai pilar pertumbuhan ekonomi nasional. Di Indonesia ini sendiri memiliki peluang luar biasa untuk mengembangkan sektor ini, yang mencakup berbagai bidang seperti makanan dan minuman, kosmetik dan keuangan syariah. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri halal melalui berbagai inisiatif. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bertujuan untuk mempercepat proses sertifikasi dan memastikan produk memenuhi standar kehalalan.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, pengeluaran umat Islam dunia di sektor halal diperkirakan tumbuh 7,8% atau sekitar Rp3 triliun pada tahun 2025. Indonesia sendiri diprediksi akan menjadi konsumen produk halal terbesar dengan konsumsi mencapai Rp281,6 miliar. Dengan 87% dari total penduduk yang beragama Islam, potensi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Meskipun memiliki potensi besar, industri halal di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah masih rendahnya ekspor produk halal Indonesia, yang hanya menguasai 3% dari total perdagangan dunia. Untuk meningkatkan daya saing global, proses sertifikasi halal perlu dipermudah agar lebih cepat dan terjangkau bagi pelaku usaha.
Sektor-sektor yang Berkembang dalam Ekonomi Halal
1. Keuangan Syariah
Salah satu sektor yang sangat berkembang adalah industri keuangan syariah. Bank-bank syariah dan lembaga keuangan lainnya menawarkan produk-produk yang tidak mengandung unsur riba (bunga), spekulasi berlebihan, atau investasi pada sektor yang bertentangan dengan ajaran Islam.
2. Makanan dan Minuman Halal
Sektor ini adalah salah satu yang paling dominan dalam ekonomi halal. Makanan cepat saji, restoran, hingga produk kemasan yang bersertifikat halal semakin mudah ditemukan.
3. Kosmetik dan Produk Kecantikan Halal
Tidak hanya terbatas pada makanan dan keuangan, industri kosmetik halal juga telah mengalami lonjakan permintaan. Konsumen kini lebih memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecantikan dan perawatan kulit. Kosmetik halal, yang bebas dari bahan-bahan yang dilarang dalam syariah seperti alkohol atau zat dari hewan yang tidak halal, menjadi pilihan utama bagi banyak orang.
Secara keseluruhan, industri ekonomi halal bukan sekadar tren yang melibatkan produk makanan atau keuangan, tetapi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari yang lebih besar. Peluang bisnis dalam sektor ini sangat besar dan terus berkembang. Bagi pelaku industri, ini adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan pasar yang semakin besar dan beragam. Bagi konsumen, ekonomi halal menawarkan lebih dari sekadar kepastian halal, tetapi juga kualitas, transparansi, dan etika dalam setiap produk yang mereka konsumsi. Dunia ekonomi halal tidak hanya bermanfaat bagi umat Muslim, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.