Jenis-Jenis Hadis Ahad dan Contohnya
Agama | 2023-10-19 12:52:48
Secara bahasa, hadis ahad artinya adalah hadis yang di riwayatkan oleh 1 orang perawi.Sedangkan menurut istilah, hadis ahad adalah hadis yang belum memenuhi syarat-syarat hadis mutawattir.
Hukum hadis ahad bermacam-macam yaitu hadis hasan, shahih, dan dhaif Pengelompokan ini atas berdasarkan terpenuhinya syarat dan keshahihan atau diterimanya suatu hadis. Namun, jika dilihat dari jumlah perawinya hadis ahad terbagi menjadi 3 bagian yaitu hadis mashyur, hadis azis, hadis gharib dan ada ulama yang mengatakan hadis ahad terdapat 4 bagian. Agar lebih mudah memahaminya berikut penjelasan tentang hadis ahad lengkap dengan jenis-jenis dan contoh yang dapat kita simak
JENIS-JENIS HADIS AHAD
Pada umumnya hadis ahad memenuhi syarat ke shahihan suatu hadis agar mampu menghasilkan ilmu dan dapat dijadikan sebagai dasar hukum islam. dan ini bisa mencangkup beberapa perkara seperti Akidah,Hukum Syara dan lain-lain
Mengutip buku Musthalahah wa takhriz Al-Hadis dasar karya Prof. Dr. KH. Fuad Thohari, M. A dan KH Abdul Syukur, M. A ada 3 bagian hadis ahad yang di ketahui secara umum
1. HADIS MASYHUR
Hadis masyhur menurut bahasa adalah bentuk isim maf’ul dari kata “syahara al-amr yasyharahu syuhratan” ( mengenal-kan,memunculkan suatu hal sehingga menjadi terkenal). maka hal tersebut menjadi mashyur dikenal banyak kalangan.
Sedangkan menurut istilah, adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad (thobaqot sanad ) akan tetapi belum sampai pada batas mutawatir.
Contoh : ان الله لا يقبض العلم انتزا عا ينتز عه من العبا د
“Sesungguhnya Allah SWT tidak mencabut ilmu agama begitu saja dari hamba-hambanya.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh tiga sahabat yaitu Ibnu Umar ra, 'Aishah Ra, dan Abu Hurairah Ra)
Hukum hadis masyhur terkadang bisa dihukumi şhahîh, hasan, atau juga dha'if.
Masyhur menurut ahli hadis tentu berbeda dengan masyhur menurut kalangan umum. Maka arti masyhûr yang pertama adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad, sedangkan hadis masyhûr menurut kalangan luas maka itu berbeda secara keseluruhan, maka yang demikian itu terkadang bisa disebut dengan hadis mutawâtir atau âhâd, terkadang juga shahih, hasan, atau dha'îf, maudu' atau bahkan bisa disebut dengan hadis yang tidak ada asal muasalnya. Terkadang juga disebut dengan hadis yang diriwayatkan dengan banyak sanad
2. HADIS AZIZ
Menurut Bahasa, berasal dari kata 'azza-ya'izzu': menjadi sedikit manakala berkurang, yang mana hampir tidak ditemukan lagi atau dari kata 'azza-ya'izzu: mulia sekaligus kuat dan teguh. Allah SWT berfirman
فعززنا بثالث ..."
“Kemudian Kami perkuat dengan datangnya (utusan) yang ketiga” ” (QS.Yasin 14), yaitu:“Kami kuatkan”
Menurut istilah terdapat dua pendapat: Pertama, hadis yang di setiap tingkatan sanadnya terdapat dua perawi saja. Kedua, hadis yang diriwayatkan minimal dua orang perawi dan (menerima riwayat) pun dari dua orang perawi. Inilah pendapat yang sahih.
Contoh hadis azis sebagai berikut
لايؤمن احدكم حتّ اكون احبّ اليه من والده وولده
" Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku (Nabi saw) lebih dicintainya dari pada orang tuanya dan anaknya.".
Hadis ini diriwayatkan oleh dua orang sahabat, Anas Ra dan Abu Hurairah Ra. Ada dua perawi yang meriwayatkan (hadis tersebut) dari Anas, yaitu Qatâdah dan 'Abd al-'Aziz bin Suhaib. Yang meriwayatkan dari Qatâdah ada dua orang perawi, yaitu Syu'bah dan Sa'id. Dan yang meriwayatkan dari 'Abd al-'Aziz bin Suhaib ada dua perawi, yaitu Ismâ'il bin 'Ulayyah dan 'Abd al-Wârits bin Sa'îd. Kemudian yang telah menerima hadis dari setiap keduanya adalah kelompok jama'ah (al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Ibn Mâjah dan Ahmad ).Hukumnya terkadang bisa menjadi Shahih,hasan dan dhaif
3. HADIS GHARIB
Menurut bahasa, adalah kesendirian atau jauh dari orang-orang terdekatnya. Sedangkan menurut istilah, hadits diriwayatkan oleh satu orang perawi yang sendirian pada setiap tingkatan dalam tingkatan-tingkatan sanad (thobaqot al-sanad).Contoh :
انّما الأعمل بالنية و انّما لكلّ امرئ مانوى
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan semua perkara itu tergantung apa apa yang di niatkan”.
Hadis ini tidak ada yang meriwayatkan dari nabi Muhammad SAW kecuali Umar bin al-Khattab. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya (Umar) kecuali 'Alqamah bin Waqqas al-Laitsi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya ('Alqamah) kecuali Muhammad bin Ibrâhîm al-Taimi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya (Muhammad at Taimy) kecuali Yahyâ bin Sa'id al-Anşârî. Hukumnya bisa menjadi şhahih, hasan, atau pun dha'îf.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
