Krisis Keuangan 2008: Kebijakan Penyelamatan Bank-Bank Besar di Amerika Serikat
Eduaksi | 2023-10-18 00:16:12Amerika Serikat Sebagai Pusat Keuangan Dunia
Amerika Serikat merupakan negara adidaya yang memiliki pengaruh ke seluruh negara yang ada di dunia. Dengan jumlah penduduk sebesar 311,9 juta jiwa luas wilayah sebesar 9,83 juta km, Amerika Serikat sebagai negara terbesar ke-3 atau ke-4 berdasarkan total wilayah dan terbesar ke-3 berdasarkan jumlah penduduknya. Hingga saat ini, Amerika Serikat dikenal sebagai pusat keuangan dunia. Hal ini disebabkan pada tahun 1970-1980 an amerika serikat mampu memanfaatkan momentum yang terjadi pasca era 1950-1960 an yang dipenuhi dengan pembatasan pergerakan modal internasional.
Mengutip pemaparan dari monograf Following the Money : dikatakan bahwa Amerika menghapus kebijakan pembatasan arus modal dengan harapan akan meningkatkan pada investasi bagi perusahaan maupun individu yang dapat mengakibatkan peningkatan pada pendapatan nasional Amerika Serikat. Selain melakukan deregulasi, sejumlah negara besar termasuk Amerika Serikat menggaungkan integrasi pasar finansial di dekade 70-80, diantaranya mengangkat soal ketidakseimbangan ekonomi makro yang terjadi antar negara yang mendorong masuknya aliran modal; peningkatan pengetahuan akan market dan kondisi ekonomi global; serta perkembangan pesat pada teknologi informasi dan komunikasi.
Hal ini dapat disimpulkan,kebijakan-kebijakan yang dilakukan Amerika Serikat pada tahun 1970 - 1980 an yang menjadikan awal bagi Amerika Serikat dikenal sebagai pusat keuangan dunia pasca Perang Dunia II. Tercatat pada tahun 2022, Amerika Serikat berada tercatat peringkat pertama sebagai negara yang mendapatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di dunia sebesar US$18,3 triliun.
Penyebab Krisis 2008
Krisis ini diawali dengan kebijakan Amerika Serikat yang ingin memudahkan seluruh warganya untuk bisa mendapatkan rumah dengan mudah. Dengan kebijakan ini warga negara lebih mudah untuk mengajukan hipotek subprima. Kebijakan ini juga meningkatkan pengajuan hipotek.Selain kebijakan ini, pada 2001 the fed juga menurunkan tingkat suku bunga kredit menjadi 1,75 persen dan pada tahun 2022 menjadi 1,24 persen (Hovanesian, 2007). Keputusan the fed ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan pada persentase hipotek subprima dari 10 persen menjadi 20 persen dari total hipotek pada rentang tahun 2001 hingga 2006.
Penyebab lain yang mendorong terjadinya krisis adalah pada saat bank menjual kredit pada hedge fund atau disebut sebagai sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan pengkonversian kredit menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan. Para investor menganggap bahwa produk ini relatif aman dengan tingkat pengembalian keuntungan yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan investor seperti Bear Stearns, Lehman Brothers dan Citibank membeli produk ini. Keuntungan yang didapat dari penjualan produk ini mendorong bank untuk menyediakan kredit lebih banyak.
Kedua hal ini yang mendorong peningkatan pada akumulasi kredit di AS sehingga mendorong berjalannya sistem finansial. Namun pada tahun 2006-2007 terjadi peningkatan pada suku bunga kredit yang menyebabkan kredit perumahan yang disekuritisasi kehilangan nilai aset akibat penurunan harga yang menyebabkan ambruknya permodalan yang pada saat itu produk ini banyak dipegang oleh lembaga finansial di Amerika Serikat. Puncaknya pada tahun 2008 yang menyebabkan gelombang ekonomi kembali meledak yang memberikan ancaman depresi ekonomi yang universal. Hal ini menyebabkan beberapa lembaga finansial di Amerika Serikat berjatuhan yang juga mengakibatkan krisis ke eropa dan jepang.
Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Dalam Menyelamatkan Bank dan Lembaga Keuangan di Amerika Serikat
Dampak dari krisis 2008 yang terjadi diperkirakan pada saat itu akan menghentikan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi kurang lebih satu dekade. Beberapa perusahaan investasi lain mengalami ancaman kebangkrutan yang disebabkan oleh krisis ini. Bahkan lembaga perusahaan yang telah berumur 158 tahun pada saat itu mengalami kebangkrutan diakibatkan krisis ini. Dalam mengatasi krisis ini, pemerintah Amerika Serikat melakukan kebijakan untuk menyelamatkan lembaga keuangan yang memiliki permasalahan keuangan serius seperti Citigroup, Bank of America, AIG, JP Morgan Chase, Goldman Sachs, Morgan Stanley, Amex, Chrysler, dan General Motor dengan total dana mencapai US$700 miliar. Keputusan ini menimbulkan pro dan kontra, ada yang mendukung pemerintah Amerika Serikat untuk menyelamatkan lembaga keuangan guna mencegah depresi ekonomi yang dalam dan mencegah krisis keuangan. Namun ada juga yang mengkritisi kebijakan ini dikarenakan menciptakan “moral hazard” yang dimana insentif bagi lembaga-lembaga keuangan untuk mengambil risiko yang lebih besar karena mereka tahu bahwa pemerintah akan menyelamatkan mereka jika gagal. Kebijakan ini juga menyebabkan ketidaksetaraan yang dimana menguntungkan para bankir dan pemegang saham sementara rakyat biasa harus menanggung beban akibat krisis ekonomi ini.
Namun pada akhirnya kebijakan ini perlu dilakukan guna menyelamatkan perekonomian negara Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan apabila pemerintah Amerika memutuskan untuk tidak menyelamatkan lembaga keuangan pada krisis 2008, maka akan memicu gelombang kebangkrutan lainnya dan dapat mengakibatkan resesi yang dalam dan panjang, selain itu akn terjadi krisis likuiditas yang dimana bank akan kehilangan kepercayaan satu sama lain dalam pasar keuangan yang akan memberikan efek domino pada sektor-sektor lainnya.
Krisis 2008 yang terjadi bisa dijadikan pelajaran bagi para pelaku ekonomi kedepannya untuk mencegah dan menanggulangi krisis yang akan terjadi kedepannya. Pernyataan Grant (1998) yang merupakan seorang pengamat pasar modal yang melakukan riset dan menuliskan buku “The Trouble With Prosperity” mengatakan bahwa keuangan memiliki siklus masa makmur yang kemudian akan selalu diikuti dengan masa suram, atau sebaliknya.
Reference
Herawati, Hasmiah, and Mukarramah Gustan. “Penyebab dan Upaya yang Dilakukan Para Pemerintah Dunia Saat Krisis Global 2008.” AL MA'ARIEF : Jurnal Pendidikan Sosial, vol. 2, no. 1, 2020, pp. 22-29.
Santoso, Yohanes William. “Penyebab Krisis Finansial Global tahun 2008: Kegagalan Financial Development dalam Mendorong Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi.” Jurnal Hubungan Internasional, vol. 11, no. 1, 2018, pp. 155-169.
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230412153649-128-429350/ini-alasan-amerika-serikat-jadi-raja-pusat-keuangan-dunia
https://feb.ui.ac.id/2022/01/31/budi-frensidy-kilas-balik-krisis-finansial-2008/
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.