Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jonathan Jordan

Perang Proksi: Geopolitik Timur Tengah dan Perang Dingin II

Politik | Monday, 05 Feb 2024, 14:06 WIB
Ilustrasi peta Timur Tengah (sumber; Pixabay)

Kawasan Timur Tengah saat ini sedang membara. Agresi militer Israel dengan dukungan Amerika Serikat, ke jalur Gaza saat ini sudah menimbulkan korban jiwa puluhan ribu warga Palestina dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang menghasilkan kecaman dunia pada Israel. Eskalasi kekerasan di Timur Tengah juga berdampak pada aktivitas Iran dan kelompok bersenjata yang didukungnya, yang melancarkan serangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat di Timur Tengah maupun memblokir jalur perdagangan internasional di Laut Merah.

Tindakan ini juga dibalas oleh Amerika Serikat yang melancarkan serangan terhadap milisi pro-Iran seperti Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon, serta target-target lainnya di Irak dan Suriah. Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah tidak lepas dari perhatian Rusia, yang mengkritik langkah Amerika Serikat sebagai bentuk main hakim sendiri dan menganggap AS bertindak munafik karena di satu sisi mengecam invasi Rusia di Ukraina, tapi di sisi lain berusaha menjustifikasi tindakannya di Timur Tengah, terutama Israel. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat kedekatan Rusia dengan Iran maupun milisi-milisi pro-Iran.

Dalam melihat perkembangan Timur Tengah saat ini, dapat dilihat bahwa eskalasi kekerasan di Timur Tengah adalah bentuk perang proksi yang melibatkan negara-negara besar. Istilah perang proksi sendiri muncul saat era Perang DIngin untuk merujuk pada peperangan antara dua pihak dengan salah satunya adalah entitas non-negara, tetapi didukung oleh negara lain. Contoh perang proksi pada masa Perang Dingin adalah Viet Cong, kelompok bersenjata di Vietnam Selatan yang berusaha melawan Vietnam Utara yang komunis dengan Viet Cong mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Saat ini, kelompok serupa juga menjamur di Timur Tengah, seperti kelompok pemberontak Houthi di Yaman, Hamas yang menguasai jalur Gaza di Palestina dan Hezbollah di Lebanon yang semuanya memiliki kedekatan dengan Iran dan dalam tingkat terbatas, dengan Rusia.

Dari situasi geopolitik di Timur Tengah ada empat negara yang memiliki pengaruh kuat dalam peperangan proksi di kawasan ini, yaitu 1) Amerika Serikat, 2) Rusia, 3) Iran dan 4) Israel.

Amerika Serikat sendiri mempunyai pengaruh kuat sebagai hegemon eksternal dengan kehadiran militer yang sangat masif di Timur Tengah. Bagi AS, Timur Tengah penting karena tempatnya sebagai sumber minyak dan ancaman keamanan yang dihadirkannya, terutama sejak aksi teroris 11 September 2001. Perkembangan terbaru di TImur Tengah seakan meyakinkan AS untuk tetap terlibat dalam geopolitik di kawasan. Sebagai pemimpin kelompok ‘demokrasi liberal’ AS seakan melihat diirnya sebagai pembawa misi suci melawan kelompok radikal serta negara-negara yang tidak demokratis seperti Iran dan Suriah, dan tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk menumpasnya.

Sementara itu, bagi Rusia, meningkatnya konfrontasi dengan Amerika Serikat dan isolasi dari dunia Barat membawa Rusia semakin aktif bermain di Timur Tengah. Posisi Rusia di Timur Tengah menguat imbas intervensi militernya di Suriah untuk mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad, yang dianggap berhasil menyelamatkan rezim Assad dari kejatuhan akibat pemberontak dan kelompok teroris ISIS. Selain itu, Rusia juga mengembangkan hubungan dengan Iran dan Turki yang mempunyai peran kuat dalam geopolitik di Timur Tengah. Rusia juga mengembangkan jaringannya dengan milisi-milisi Timur Tengah seperti Hamas, Hezbollah dan Taliban yang rutin mengunjungi Rusia untuk pertemuan. Rusia mengkritik tindakan unilateral AS di kawasan yang dianggapnya menjadi biang keladi konflik di Timur Tengah.

Kemudian, dari aktor regional ada Iran yang memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan regional di Timur Tengah. Pemerintah republik Islam di Iran sangat menentang Amerika Serikat dan Israel, dengan mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pernah menyebut AS sebagai ‘setan besar’. Oleh karena itu, Iran melakukan langkah-langkah untuk mengurangi pengaruh AS dan melawan Israel, termasuk melalui proksi-proksi mereka yang bisa melemahkan kedua negara tersebut, seperti Hezbollah, Hamas dan Houthi. Iran juga mengembangkan energi nuklir, yang menimbulkan kekhawatiran suatu hari Iran akan memiliki senjata nuklir meskipun Iran sendiri menganggap hal ini untuk tujuan damai Selain itu, di abad ke-21, Iran memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia, terutama dengan kedua negara mengalami sanksi Barat sehingga harus menopang satu sama lain dalam menavigasi sanksi. Rusia adalah mitra penting bagi Iran dalam politik, persenjataan, ekonomi dan energi, termasuk energi nuklir.

Terakhir, Israel saat ini sedang dikuasai oleh pemerintahan paling kanan ekstrim pimpinan Benjamin Netanyahu yang sangat kecil kemungkinannya akan mencari solusi damai untuk masalah Palestina. Hal ini semakin menguat pasca perlawanan Israel terhadap serangan Hamas pada Oktober 2023 yang mendorong krisis kemanunsiaan di Gaza. Selain itu, kekerasan Israel di Tepi Barat juga meningkat. Dalam aksi militernya, Israel sangat membutuhkan bantuan AS, yang berkomitmen memberi bantuan senjata dan ekonomi untuk Israel. Israel juga melihat kelompok-kelompok proksi pro-Iran sebagai ancaman, sehingga mereka juga berhadapan langsung dengan mereka, seperti Hamas dan Hizbullah di Lebanon selatan yang berbatasan dengan Israel.

Dari sini, dapat dilihat bahwa masalah geopolitik di Timur Tengah melibatkan persaingan merebut pengaruh, baik di tingkat global maupun regional. Dalam upaya merebut pengaruh, proksi-proksi diandalkan untuk mencapai tujuan mereka, tanpa terlibat dalam konflik secara langsung, terutama dalam kelompok-kelompok pro-Iran. Dinamika Timur Tengah saat ini dapat dilihat sebagai salah satu bentuk persaingan dalam Perang Dingin II, ketika Amerika Serikat ingin mempertahankan hegemoninya di tengah tantangan dari Rusia dan Tiongkok yang ingin mengakhiri unipolaritas AS.

Oleh karena itu, Rusia turut serta dalam membantu kelompok-kelompok yang bertentangan dengan AS dengan harapan melemahkan posisi AS di kawasan. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara di luar kawasan, termasuk Indonesia untuk menyuarakan pentingnya manajemen konflik dan penghormatan terhadap kedaulatan setiap negara, terutama perjuangan Palestina untuk mencegah eskalasi konflik dan menjamin stabilitas kawasan di Timur Tengah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image