Evaluasi Kepemimpinan IMM Cirendeu: Meneropong Arah Masa Depan IMM dalam Dekadensi Kepemimpinan
Info Terkini | 2023-10-15 13:39:45Penurunan intelektual lahir karena abainya intrupsi terhadap persoalan, tetap intrupsi dan teruslah memprovokasi karena diam bukanlah pilihan tetap tumbuh dan terus mengambil peran!
Satu periode perjalanan PC IMM Cirendeu pasca di lantik pada tanggal 19 Oktober 2022, IMM Cirendeu dengan tagline Kolaborasi Berkemajuan di periode 2022-2023 dengan semangat wajah baru dan harapan baru tentu saja kita impikan di kepemimpinan IMM Cirendeu.
IMM sebagai Organisasi pergerakan harus selalu menghadirkan gerakan intelektual yang kongkrit. Gerakan intelektual tidak lengkap tanpa adanya perbuatan action adalah syarat utama dalam meraih suatu perubahan. Sebagai kader intelektual, IMM tidak hanya berhenti mendialogkan gagasan saja, melainkan mengupayakan perwujudan dalam merespons realitas hari ini.
Saya melihat IMM Cirendeu hari ini seperti kehilangan nafas gerakanya, kehilangan arah dan mengalami kemunduran dalam Gerakan Intelektual, Misi Kemanusiaan dan Dekadensi Kepemimpinan. kita bisa melihat IMM Cirendeu banyak absen dalam gerakan aksi masa yang di lakukan mulai dari aksi UU Cipta Kerja, May Day, dan September Hitam. Harusanya IMM Cirendeu dengan sumber daya manusia secara kuantitas sangat banyak tidak boleh absen sebagai mitra kritis pemerintah sebagai peyambung lidah rakyat, May Day yang identik dengan bulan perlawanan tapi IMM Cirendeu tidak menghadirkan gerakan perlawanan yang nyata, September Hitam yang identik dengan kasus pelanggaran HAM lagi-lagi IMM Cirendeu absen untuk memberikan gerakan perlawanan kepada kekuasaan. kita lihat hari ini IMM Cirendeu tidak mampu menghadirkan bentuk kajian atau gerakan-gerakan yang nyata tapi malah absensi yang kita lihat.
Gerakan intelektual itu tidak tercermin saat ini di lingkungan PC IMM Cirendeu, saat ini IMM Cirendeu seperti kehilangan arah gerak dan tidak punya format gerakan yang nyata dan terkonsep.
Jika cabang-cabang lain sudah menawarkan gagasan yang menarik, Malang dengan gerakan intelektualnya, Yogyakarta dengan gerakan kaderisasinya, Jakarta Timur dengan ekologi perkotaanya, Makasar dengan gerakan religiusnya dan Surabaya dengan gerakan digitalnya tapi IMM Cirendeu tidak mampu memberikan legacy mau dibawa kemana IMM Cirendeu saat ini, kolaborasi berkemajuan seperti apa yang sedang di gagas sampai akhir periode ini akan selesai, jika IMMawati Institut mati sebagai gerakan perempuan dan perkaderan Madya yang hilang dari tradisi IMM Cirendeu?
Kematiaan Rumah Profetik
Rumah profetik yang menjadi tempat IMM Cirendeu untuk menghidupkan tradisi intelektual lewat membaca, diskusi, dan aksi sekarang sudah tidak tercermin sebagai rumah kenabian yang menghasilkan gagasan, ide, dan konsep, tentu saja ini menjadi suatu dekadensi terhadap kepemimpinan IMM Cirendeu.
Seharusnya kehadiran rumah profetik menjadi tempat komisariat dan cabang untuk bertukuran pikiran dan gagasan, tapi saat ini buku-buku Ideologi, ke-IMMan, dan pergerakanpun tidak ada di rumah profetik dan hanya menjadi tempat mati seperti kematian IMM Cirendeu. Rumah profetik sekarang sudah kehilangan marwahnya sebagai rumah yang melahirkan kader-kader intelektual sebagai pemikir, konseptor dan eksekutor. Rumah profetik sekarang sudah bukan menjadi rumah tempat bertanya dan mempersoalkan keadaan tapi tidak lebih menjadi rumah yang hanya menjadi gedung yang kuat tanpa ada pemeliharan ide dan pikiran.
Kuantitas Instruktur Tanpa Upgrading
Bicara IMM kita bicara tentang kaderisasi, IMM selain organisasi pergerakan juga sebagai organisasi perkaderan dan itu sudah termaktub dalam buku Sistem Perkaderan Ikatan (SPI).
Bicara kader kita sedang bicara asset masa depan dan regenerasi peradaban, tentu saja hari ini kita harus memiliki kader-kader pemikir, konseptor atau bahkan eksekutor, dan lahirnya bunga-bungan revolusi kaderisasi terbaik dilihat sejauh mana kualitas Instruktur di IMM yang akan menghasilkan produk kaderisasi.
Hari ini bagaimana kita ingin melahirkan kader intelektual jika kualitas instrukturnya saja cukup hanya melaksanakan Perkaderan Instruktur Dasar (PID) tanpa ada upgrading dari pimpinan cabangnya. Bagaimana kita mau membentuk kader dari kuantitas ke kualitas jika kualitas Instruktur IMM Cirendeu hanya bertugas ketika ada pelaksanaan Darul Arqam Dasar (DAD) saja dimana kita bisa tahu kualitas Instruktur itu teruji secara kuantitas dan kualitas jika tidak pernah di upgrading, jangan-jangan instrukturnya saja tidak tahu tentang ideologi Muhammadiyah dan Ideologi IMM karena tidak pernah di upgrade tentang keinstrukturanya. Bagaimana dia bisa menjadi pendidik menjadi contoh jika tidak paham tentang bagaimana seharunya fungsi instruktur. Bagaiman IMM ingin berinovasi jika semua instrukturnya mati berjamaah.
Cirendeu Tidak Pernah Hadir di Isu Kemanusiaan
Satu periode kepemimpina IMM Cirendeu tidak pernah hadir di isu kemanusiaan padahal itu adalah salah satu Tri Kompetensi Dasar yaitu Humanitas dan menjadi objek di Trilogi sebagai kemasayarakatan.
IMM Cirendeu lewat bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat (SPM) tidak pernah hadir di isu-isu kemanusiaan dan kebencanaan alih-alih kolaborasi berkemajuan tapi jauh dari peradaban kemasyarakatan, ini yang sangat miris padahal tujuan utaman dari pendidikan adalah Tindakan, dan saya pastikan bahwa Pimpinan Cabang IMM Cirendeu semua adalah para mahasiswa yang di didik. Kita harus ingat kata Tan Malak jika fungsi pendidikan hanya menjauhkan kita dari masyarakat lebih baik tidak usah ada pendidikan. IMM Cirendeu sudah tidak pernah hadir dalam isu kemanusiaan tentu saja ini sangat miris sekali. harusnya sebagai pimpinan cabang kita bisa berkolaborasi dengan komisariat untuk terus terlibat dalam isu kemanusiaan dan kebencanaan untuk berdampak dan menjadi bagian yang mengambil peran untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Itulah sedikit evaluasi kepemimpinan dari IMM Cirendeu dari seorang kader yang melihat dan mengikuti perjalanan dari IMM Cirendeu, kedepan momentum Musyawarah Cabang jangan sampai hanya menjadi perpindahan atau pergantiaan kekuasaaan saja, tapi kita harus mengembalikan marwah IMM Cirendeu pada gerakan awalnya sebagai gerakan keagamaan, gerakan intelektual, dan gerakan kemanusiaan dengan pondasi gerakan perkaderan yang menghadirkan bunga-bunga revolusi perubahan dan pembaharuan yang menggerakan.
Oleh: Wildan Mutaqin
Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UMJ
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.