Jelajah Dua Masjid Ikonik: Belajar Makna Moderasi dan Dakwah Digital
Eduaksi | 2025-11-02 17:48:14
Jakarta (2/11/2025) – Setelah pagi penuh energi bersama RunMas 5K: Energi Muda, Gema MADADA, para peserta Silaturahmi Nasional Aktivis Remaja Masjid Indonesia (SILATNAS ARMI) 2025 melanjutkan agenda pembelajaran lapangan ke dua masjid bersejarah: Masjid Istiqlal dan Masjid Agung Sunda Kelapa, Ahad (2/11/2025).
Kunjungan dimulai pukul 13.00 WIB di Masjid Istiqlal Jakarta, masjid nasional yang menjadi simbol persatuan umat dan toleransi bangsa. Dalam sesi materi bertajuk “Remaja Berakhlak, Masjid Makmur, Masjid Berdaya Berdampak,” Dr. KH. Mulawarman Hannase, Lc., M.Hum. (Kabid Diklat Masjid Istiqlal) menyampaikan bahwa Istiqlal bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat nilai kebangsaan dan moderasi beragama.
“Istiqlal dibangun atas usulan Bung Karno di bekas benteng Belanda, diresmikan tahun 1978, dan kini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 250 ribu jamaah. Letaknya berdampingan dengan Gereja Katedral—simbol indah kerukunan umat beragama di Indonesia,” tuturnya.
Para peserta, termasuk Afif Muhammad Yassar dari Masjid Blangkon Al-Fath Yogyakarta yang didampingi Ahmad Fauzi (Kanwil Kemenag DIY), tampak antusias mengikuti penjelasan sejarah Istiqlal yang kini juga menyandang predikat Green Building Masjid dunia.
Usai salat Asar berjamaah, rombongan melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Sunda Kelapa, tempat berlangsungnya sesi inspiratif bertema “Hijrah di Era Digital: Jaga Iman, Lawan Godaan, Raih Prestasi” bersama Agung Ardy Priyambodo, Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa.
Dalam paparannya, Ia mengajak para remaja masjid agar menjadikan hijrah bukan sekadar tren, melainkan perjalanan spiritual yang menumbuhkan karya. “Hijrah hari ini adalah menjaga iman di tengah derasnya arus digital. Lawan godaan, raih prestasi,” pesannya.
Afif Yassar, peserta asal Yogyakarta, mengungkapkan kesan. “Masjid Istiqlal mengajarkan makna kebangsaan, Sunda Kelapa memberi semangat hijrah. Dua-duanya menguatkan tekad kami untuk terus berjuang di jalur dakwah yang moderat dan kreatif,” ujarnya.
Sementara Ahmad Fauzi, menilai kegiatan ini sebagai bentuk nyata pembelajaran nilai Islam wasathiyah yang menyentuh hati generasi muda. “Kunjungan ini bukan hanya wisata religi, tapi ziarah ilmu—mengenal sejarah, memahami makna, dan meneguhkan komitmen remaja masjid terhadap kemaslahatan bangsa,” ungkapnya.
Kegiatan berakhir menjelang malam, diakhiri dengan kebersamaan dan harapan di pelataran masjid — sebuah penanda bahwa perjalanan dakwah anak muda masjid Indonesia terus berlanjut dengan semangat, ilmu, dan keteladanan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
