Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dwi Nesa

Menjaga Kewarasan Suami Secara Sistemis

Agama | 2023-10-04 08:33:17

Memiliki suami yang sabar, baik, pengertian, dan bertanggungjawab adalah dambaan semua wanita. Tapi tak semua wanita beruntung punya suami dengan kriteria tersebut. Dalam menjalani berbagai permasalahan rumah tangga, tak jarang para suami bersikap temperamen. Berbeda jauh dengan sebelum menikah. Bahkan ada yang melakukan KDRT hingga membunuh istri, orang yang dicintainya. Tak hanya satu. Akhir-akhir ini banyak terjadi.

Sebagai contoh kasus, seorang juru parkir di Ciamis membunuh istrinya gara-gara sang istri meminta uang untuk keperluan sehari-hari. Ada lagi pasangan muda di Bekasi yang sering cekcok hingga berujung sang suami tega membunuh istrinya, meskipun ia mengaku masih cinta. Perbuatan tersebut dipicu karena masalah ekonomi, dan juga ia sering dituduh berbohong oleh istrinya. Di Singkawang, Kalimantan Barat, seorang pria menikam istrinya hingga meninggal lantaran sang istri minta cerai.

Dari contoh kasus-kasus tersebut didapati bahwa permasalahan yang dihadapi sebenarnya sering juga dihadapi pasangan-pasangan yang lain. Yaitu masalah perselisihan dan masalah ekonomi. Lantas apa yang menjadikan mereka sampai tega membunuh?

Faktor internal: lemah iman dan minim ilmu

Berbagai permasalahan hidup sering membuat suami stres. Ditambah lagi melihat istri yang bisa jadi bersikap tidak sesuai harapannya, atau istri memiliki tuntutan-tuntutan. Perdebatan antara suami istri tidak terelakkan lagi, dan berlangsung terus-menerus. Kondisi ini tentu tidak sehat dalam rumah tangga. Suami istri yang idealnya saling menyayangi berubah menjadi saling menyakiti. Akan menjadi bahaya jika suami tak mampu mengendalikan emosinya. Dipicu hal sepele saja bisa menjadikannya gelap mata melakukan kekerasan hingga pembunuhan.

Suami yang demikian, jiwanya kosong akan keimanan. Meskipun muslim, tapi hilang kesadaran akan hubungannya dengan Allah swt. Lupa bahwa setiap amal perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Ia juga tidak tahu arah tujuan hidup yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. Jika pondasi akidah tersebut tak dimiliki, seseorang akan mudah tersulut emosi. Sulit untuk mengendalikan diri.

Selain lemahnya iman, keluarga muslim saat ini juga terjebak dalam kehidupan sekuler. Dimana agama hanya dipakai untuk menjalani ibadah ritual saja. Sedangkan dalam berperilaku sehari-hari aturan Islam ditinggalkan. Banyak muslim yang minim ilmu Islam. Sehingga tidak tahu solusi atas permasalahan hidup. Ketika menghadapi masalah, tidak diselesaikan dengan aturan agama.

Yang sering terjadi malah menghindari masalah dengan mencari kesenangan dunia. Misal dengan mendengarkan musik, berjoget-joget, jalan-jalan, nongkrong tak jelas, hingga menenggak miras dan narkoba. Bagaimana masalah akan selesai? Yang ada masalah tambah menumpuk. Jika menjumpai masalah yang membuatnya marah, akhirnya dilampiaskan dengan kekerasan bahkan pembunuhan. Bukannya istighfar dan mohon pertolongan Allah swt.

Ketidaktahuan akan agama, menyebabkan suami tak tahu pula kedudukannya dalam rumah tangga yaitu sebagai qawwam (pemimpin) . Ia tak sadar atau bahkan tidak tahu bahwa pemimpin rumah tangga berkewajiban untuk melindungi, menafkahi, mendidik, dan memberikan rasa aman kepada anggota keluarga.

Faktor eksternal: kehidupan sekuler kapitalistik

Kondisi yang amat memprihatinkan ini, bukanlah semata karena kesalahan individu, melainkan ada faktor dari luar. Salah satunya masalah ekonomi. Mungkin kita juga sering menjumpai di sekitar ada pasangan suami istri yang bertengkar karena masalah ekonomi. Misalnya saja dalam kasus di atas seorang juru parkir membunuh istrinya lantaran rebutan uang seratus ribu rupiah. Jumlahnya tak seberapa, tapi bisa jadi sangat berharga bagi sebagian orang.

Belum lagi harga kebutuhan pokok yang terus naik, inflasi, sulitnya mencari lapangan kerja, biaya kesehatan dan pendidikan mahal, tuntutan gaya hidup, dan sebagainya, menambah beban hidup sangat berat. Memicu stres siapapun. Tak hanya di level individu, sekularisme diterapkan pula oleh negara. Buktinya dalam pengurusan ekonomi, sistem yang diterapkan adalah kapitalisme, bukan Islam.

Kapitalisme lah yang menyebabkan kemiskinan sistematis, karena negara hanya berfungsi sebagai regulator dan bukan sebagai penanggung jawab nasib umat. Secara mendasar, kapitalisme berpaham laissez-faire (biarkan berbuat/terjadi) yakni biarkan ekonomi berjalan alami tanpa ada intervensi, sebagaimana hukum rimba. Muncullah kelompok yang kuat menguasai perekonomian melalui kekuatan modalnya. Pemilik modal berhak menguasai komoditas yang menjadi hajat hidup orang banyak, seperti tambang batu bara, emas, minyak, dan sebagainya, yang sebenarnya merupakan hak semua umat.

Kapitalisme juga yang menghalalkan riba, adanya pasar sekunder, penggunaan uang kertas tanpa standar emas, persaingan bebas, hingga monopoli. Semuanya itu menyebabkan inflasi, harga kebutuhan pokok naik, dan pengangguran.

Dalam aspek yang lain pun sistem sekuler kapitalis yang diterapkan. Media yang tidak mendidik. Kesehatan yang berorientasi pada materi. Sistem pendidikan yang mahal dan gagal mencetak generasi bertakwa dan berkepribadian Islam. Sistem sanksi yang tidak memberi efek jera. Semua itu jauh dari Islam. Dan semua itu menjadikan masyarakat hilang kewarasan. Tak terkecuali para suami. Jika suami sudah naik pitam, itu tanda bahaya.

Istri mengomel, suami bisa membentak. Istri membanting pintu, suami malah bisa merobohkannya. Istri memukul, suami bisa mematahkan tulang. Karena memang lelaki itu kuat secara fisik. Jangan sampai kekuatan fisiknya dibarengi dengan lemahnya pengendalian diri. Hingga banyak kasus kekerasan dan pembunuhan dilakukan oleh suami terhadap istri. Oleh karena itu, sistem sekuler kapitalis ini hendaknya segera ditinggalkan.

Islam menjaga kewarasan

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 28)

Mengingat Allah adalah obat paling mujarab untuk menenteramkan hati. Oleh karenanya setiap muslim harus memiliki akidah yang kuat agar senantiasa mengingat Allah swt. Ia juga akan bisa mengontrol diri dari perbuatan dosa karena takut kepada Allah swt.

Sistem pendidikan islam mampu mencetak generasi kuat iman dan berakhlak mulia karena dari kurikulumnya mengharuskan penancapan pondasi iman yang kuat dan memahami syariat, tak mudah goyah hingga dewasa. Orang-orang yang beriman, bila mereka mendengar bacaan Al-Qur'an meremang bulu romanya, dan bergoncang hatinya karena takut kepada Allah. Hal itu mendorong hati mereka mengikuti semua perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi hidup, semangat mereka bertambah untuk melaksanakan amal-amal yang shalih.

Sedangkan sistem ekonomi Islam yang diterapkan akan mampu menciptakan kesejahteraan. Dengan tiga asasnya yaitu pembagian kepemilikan (individu, umum, dan negara), pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan. Sehingga menutup celah perampasan kepemilikan umum oleh segelintir orang. Islam membolehkan individu mengembangkan kepimilkannya dengan cara-cara yang dihalalkan. Islam juga mempunyai mekanisme pendistribusian kekayaan secara merata.

Dengan Islam negara akan mengurusi umat dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana hadits, "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu'aim). Maka negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, dan mendorong pria untuk bekerja. Negara juga menjamin pendidikan, kesehatan, dan keamanan sangat mudah diakses semua rakyat secara gratis.

Penerapan sistem media dan sistem sosial Islam akan mampu membentuk individu waras, dan tidak mudah diperbudak oleh hawa nafsu. Sedangkan sistem sanksi islam akan memberi efek jera bagi pelaku KDRT dan pembunuhan.

Semua aturan Islam tersebut tak perlu diragunakan lagi sangat efektif dalam menjaga kewarasan individu termasuk suami. Karena aturan tersebut bersumber dari Allah, Dzat yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. Wallahu'alam bishowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image