Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Cara Mereka Merindu Nabi

Agama | 2023-09-24 11:17:40

Seorang ulama sekaligus sastrawan dari Madura, D. Zawawi Imron -sebagaimana tertulis dalam sebuah buku terbitan Jogja Publisher- pernah menuturkan sebuah kisah nyata (true story) tentang seorang nenek penjual bunga. Menurutnya, nenek tersebut mempunyai kebiasaan yang unik. Kebiasaannya sungguh luar biasa, paling tidak untuk manusia zaman sekarang. Apakah itu?

Setiap selesai shalat di masjid, nenek itu selalu mengumpulkan daun-daun kering yang berserakan di halaman masjid. Dipungutinya daun itu satu per satu dengan jari-jemari tangannya yang sudah keriput. Akhirnya, tingkah nenek tersebut mengundang rasa iba dan belas kasihan dari para jamaah masjid. Setelah kecapekan kerja seharian menjual bunga, masih sempat-sempatnya dia membersihkan halaman masjid.

Mereka mengambil keputusan -tanpa sepengetahuan nenek itu- dibersihkanlah dedaunan yang berserakan itu hingga tidak ada lagi satu pun daun yang tersisa. Maka ketika selesai sholat berjamaah, melihat kebersihan halaman itu, sang nenek bukannya senang, bukannya riang tetapi malah menangis tersedu-sedu di pojok masjid. Dia menangis karena melihat tidak ada lagi satu helai pun daun yang dapat dipungutinya.

Para jamaah mencoba menghibur dan menanyakan mengapa dia sampai sebegitu sedihnya hingga menangis seperti anak kecil. Namun nenek renta itu tetap menangis yang terkandung sejumlah tanda tanya. Dia tetap tidak mau curhat penyebabnya.

Akhirnya imam masjid terpaksa turun tangan. Nenek itu mau menceritakan apa sebabnya dia menangis tetapi dia memberi dua syarat. Kalau tidak dipenuhi maka dia tidak akan cerita. Apa syaratnya? Pertama, hanya imam masjid itu yang berhak mendengarkan rahasianya. Alias hanya empat mata. Nggak boleh ada yang lain. Yang lain silakan menjauh.

Kedua, rahasia itu tidak boleh disebarluaskan selama dia masih hidup. Saat ini nenek itu sudah meninggal dunia, makanya kisah itu menyebar hingga di tempat ini.

Setelah berpikir sejenak, imam masjid akhirnya menyetujui dua syarat itu. Bisa ditebak, nenek itu pun mulai bercerita, “Pak Imam, saya ini hanya perempuan bodoh, mungkin amal-amal kecil yang saya kerjakan masih belum benar sesuai tuntunan. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafa’at dari junjungan kita Nabi Muhammad. Maka setiap kali saya mengambil selembar daun, saya selalu mengucapkan sholawat kepada Nabi Muhammad. Kelak suatu saat jika saya mati, saya ingin Nabi menjemput saya. Biarlah daun-daun kering itu menjadi saksi bahwa saya sudah mengucapkan sholawat kepada Nabi. Maka ketika daun-daun di halaman masjid itu sudah tidak ada, sudah bersih semua, saya sangat bersedih”. Masya Allah.

Nenek renta pemungut daun itu sekarang sudah wafat, mari bersama kita doakan agar dia dilapangkan kuburnya, diterima amal baiknya, diampuni segala dosanya. Tidak kalah pentingnya, semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut untuk tidak pernah memandang remeh sebuah amal yang oleh sebagian orang mungkin dianggap enteng.

Dua orang jamaah haji ketika berada di sekitar Masjid Nabawi Madinah (dok penulis)

Pada masa Nabi, ada seorang pedagang minyak wangi di Madinah. Setiap kali pergi ke pasar, dia singgah dulu ke rumah Nabi Muhammad SAW. Dia tunggu sampai Rasulullah SAW keluar rumah untuk mengucapkan salam kepada beliau Setelah mengucapkan salam, pedagang itu memandangi Nabi selama beberapa saat kemudian pergi ke pasar.

Suatu saat, meskipun baru saja bertemu Nabi, pedagang minyak wangi itu kembali lagi dari arah pasar. Dia berkata, "Saya ingin melihat engkau Ya Rasulullah, karena saya khawatir tidak bisa melihat engkau setelah ini." Rasulullah SAW pun mengizinkannya. Setelah puas melihat Nabi, pedagang itu pun pergi.

Waktu terus berlalu. Setelah kejadian itu, Rasulullah tidak pernah melihat tukang minyak wangi itu lagi. Beliau menyuruh seorang sahabatnya pergi mencari informasi. Sahabat itu mengabarkan bahwa ternyata orang itu telah meninggal dunia tidak lama setelah dia pergi dari pasar dan memandang wajah Rasulullah saat itu. Mendengar laporan demikian, Rasulullah lalu bersabda, "Kecintaannya kepadaku akan menyelamatkan dia di akhirat nanti." Masya Allah.

Anas bin Malik ra. sangat bergembira ketika mendengar sabda Nabi, “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.” Apa alasannya? Anas mengungkapkan, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap dapat bersama mereka dengan bekal kecintaanku atas mereka, meskipun aku belum mampu beramal seperti yang telah mereka amalkan.”

Rasulullah pernah bersabda “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari-Muslim)

Saudaraku, Islam mengabarkan bahwa amal saleh itu amatlah beragam. Nabi pun menuturkan bahwa surga dapat dimasuki dari berbagai pintu kebaikan. Nenek renta dari Madura dan seorang sahabat Nabi itu telah mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapkan cinta dan rindunya kepada Nabi pemberi syafaat. Bagaimanakah dengan kita?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image