Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Bukan Putune Mbah Modin

Agama | 2024-09-28 06:54:46

Dalam perjalanan di beberapa ruas jalan perdesaan di Sidoarjo, Jawa Timur, lebih dari satu kali saya menjumpai truk yang di bagian bak belakangnya ada tulisan 'putune Mbah Modin' atau cucunya Mbah Modin. Tetapi saya belum sempat bertanya kepada sopir atau kernetnya mengenai motif atau maksud sesungguhnya dari tulisan itu. Namun, setidaknya, itu sudah jauh lebih baik daripada tulisan atau gambar lainnya yang tidak patut diumbar di ruang publik.

Dalam tradisi Jawa, modin adalah orang yang bertugas khusus terutama berkaitan dengan keagamaan seperti pernikahan, kematian, atau memimpin doa saat ada acara. Sekarang namanya menjadi Kaur kesejahteraan rakyat untuk tingkat kampung atau perdesaan. Seorang modin biasanya membantu perangkat desa dalam program keagamaan dan pemberdayaan masyarakat.

Agustus 2024 lalu kami mudik ke Rembang, Jawa Tengah karena paman dan istrinya baru pulang umroh. Dia telah lama menjadi modin di kampung yang tidak jauh dari sebuah bendungan kecil. Sebenarnya sudah pensiun, namun tetap saja warga desa memanggilnya Pak Modin. Setelah kantor Koramil, kami berbelok ke kanan menyusuri jalan kecil yang dikelilingi ladang.

"Lha itu Pak Modin!" kata istri tiba-tiba. Di pinggir kanan jalan ada seorang pria yang mendorong gerobak berisi rencek. (Rencek adalah ranting sisa penebangan pohon berkayu keras. Rencek amat jarang digunakan sebagai bahan bangunan atau perabot lain berbahan kayu, maka pemanfaatannya terbatas untuk bahan bakar memasak saja).

Benar, pria berambut gundul -karena baru pulang umroh itu- adalah Pak Modin. Saya pun menyapanya dan dia meninggalkan gerobaknya lalu berjalan kaki menuju rumahnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari ladang itu. Kesehariannya memang di ladang, bertanan berbagai palawija, jagung, kacang, melon, cabe, dan sebagainya.

Setelah bersih-bersih, Pak Modin menemui kami di ruang tamunya yang luas. Seperti lazimnya seseorang yang baru pulang dari tanah suci, dia bercerita tentang pengalaman spirituanyal selama di sana. Kami mendengarnya dengan seksama . Sepenggal kisahnya ada tentang rejeki yang diterima tiba-tiba berupa pemberian uang Riyal dari orang tak dikenal yang kalau di-kurs-kan senilai lebih dari setengah juta rupiah. Pun perjuangannya memegang Ka'bah. Dengan usianya yang lebih dari 65 tahun, bisa ke Makkah dan Madinah dengan sehat dan selamat, sudah anugerah terindah. Kulihat pula foto mereka saat di Makkah.

Sambil minum air zam-zam dan kurma yang ada di hadapan kami, kutatap kedua indra penglihatannya sudah berkaca-kaca. Dia bersyukur karena impiannya yang tertunda telah menjadi nyata. Saya seakan merasakan aliran kekhusyukan yang dia rasakan.

Tidak lama kemudian, dari arah dapur, putrinya mengeluarkan sebakul nasi dan semangkuk sayur untuk sarapan bersama. Lezat sekali.

Kami lebih banyak mendengar terutama pesan Pak Modin untuk memperbanyak shalawat Nabi dan istighfar . Sempatkan dalam kondisi apa pun, pesannya. Dalam kemasyarakatan, dia telah membuktikan niat baiknya. Halaman rumahnya diwakafkan untuk pelebaran masjid. Di dekat rumahnya memang ada sebuah masjid dan madrasah.

Karena saya mau menengok ayah ibu di kecamatan sebelah, maka kami pun berpamitan.

Tolong kami didoakan ya Pak Modin, pinta saya sebelum beranjak pulang.

"Semoga harapan dan keinginan kalian tercapai", katanya singkat. "Karena yang tahu persis keinginanmu ya kamu dan Allah SWT," jelasnya.

Saya dan istri pamit pulang dan tak lupa diberi dua bungkus oleh-oleh.

Pak Modin dan istrinya mengantar kami hingga di teras rumah. Wajahnya terlihat berseri-seri, berkali-kali mengucapkan syukur sudah diberi nikmat bisa ke tanah suci. Di belokan masjid, saya sudah tidak bisa melihat wajahnya kembali.

Takdir Allah, rupanya itulah pertemuan terakhir kami dengan Pak Modin. Suatu sore awal September ketika saya baru sampai di tempat kos saya di Palmerah, Jakarta Barat, adik saya mengabari bahwa Pak Modin telah menghadap illahi Rabbi. Terima kasih Pak Modin atas nasihat-nasihatnya bagi kami. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan menerima semua amal baik Pak Modin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image