Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Manajemen Kemarahan dan Kepemimpinan Sejati

Ngariung | 2023-09-22 20:49:12
Ilustrasi marah. Sumber gambar: republika.co.id.

“Anger does not solve problems. Anger only makes things worse. I go by the old saying: Don't make important decisions when you're angry.” (Lionel Sosa)

SIAPA pun, terlepas dari status yang disandangnya, bisa saja marah. Marah itu manusiawi. Cuma, mungkin, porsi marahnya berbeda-beda. Ada yang meskipun marah, ia tetap cool. Ada yang marahnya selalu meledak-ledak, namun hanya sebentar. Ada juga yang marah secara ekstrem dan destruktif.

Barangkali kita pernah mendengar apa yang diistilahkan sebagai anger management. Menurut American Psychological Association (APA), kita membutuhkan anger management untuk mengurangi tensi emosi dan tekanan psikologis yang ditimbulkan dari kemarahan. Seperti kita ketahui, kita mungkin tak bisa mengenyahkan hal atau orang-orang yang menyebabkan kita marah, atau bahkan mengubah mereka sesuai keinginan kita. Meski demikian, toh kita bisa belajar bagaimana mengendalikan reaksi kita terhadap mereka.

Pemimpin sejati

Amien Rais, yang dijuluki sebagai Bapak Reformasi Indonesia, dalam sebuah kesempatan, di Solo, Jawa Tengah, pada tahun 2019, pernah mengatakan bahwa seorang pemimpin sejati itu harus bisa marah.

Pertanyaan mendasarnya kemudian adalah: apakah kemampuan untuk marah merupakah kriteria penting bagi seorang pemimpin?

Memimpin itu identik dengan berkorban. Setiap pemimpin, dalam skala dan level apa pun, idealnya harus senantiasa mau berkorban. Berkorban sendiri merupakan bentuk paling tulus dalam melayani. Dan salah satu tugas pemimpin adalah melayani -- bukan dilayani.

Lembaran-lembaran sejarah umat manusia mencatat, para pemimpin besar yang namanya terukir abadi dalam peradaban dunia adalah mereka yang memiliki karakter untuk selalu bersedia mengorbankan kepentingan diri mereka bagi kepentingan yang jauh lebih besar di luar diri mereka. Mereka juga adalah orang-orang yang berani mengambil risiko demi pelbagai cita-cita besar dan mimpi ideal yang mereka perjuangkan. Ummar bin Khattab, Martin Luther King, Mahatma Gandhi, Soekarno dan Hatta adalah beberapa contoh sosok pemimpin dengan karakter seperti itu.

Menurut Knippenberg (2005), sebuah kepemimpinan menjadi efektif jika pemegang tampuk kepemimpinan merupakan individu yang selalu rela berkorban. Kenapa?

Knippenberg menyebut bahwa pengorbanan yang dilakukan seorang pemimpin bakal membuktikan bahwa pemimpin itu benar-benar mengabdi serta berkomitmen kepada para pengikutnya.

Selain itu, tambah Knippenberg, pengorbanan pemimpin akan menghasilkan kesetiaan dan keyakinan kepada mereka yang dipimpin bahwa yang bersangkutan merupakan figur yang bisa dipercaya sehingga apa yang dikatakannya dan diperbuatnya senantiasa membawa energi positif bagi kemajuan individu maupun kelompok.

Selain rela berkorban, karakter lain yang cukup penting dimiliki oleh seorang pemimpin adalah optimistik. Sikap dan pandangan optimistik seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Dengan memiliki sikap dan pandangan optimistik, seorang pemimpin bakal lebih mampu melahirkan pelbagai pemikiran dan ide positif cemerlang, yang pada gilirannya bakal membantunya menghasilkan inovasi-inovasi serta solusi-solusi tepat atas pelbagai persoalan.

Yang juga penting dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan mengontrol emosinya secara baik (Morrison, 2017). Idealnya, persoalan apa pun yang dihadapi tidak membuat emosi seorang pemimpin meledak-ledak tak karuan. Seorang pemimpin harus senantiasa mampu menciptakan suasana damai dan sejuk, bukan justru membuat suasana senantiasa panas dan penuh amarah, apalagi dendam berkepanjangan.

Pakar pemasaran dan periklanan, Lionel Sosa, yang menulis buku bertajuk The American Dream: How Latinos Can Achieve Success in Business and in Life (1998), pernah mengingatkan bahwa kemarahan tidak menyelesaikan masalah. Menurutnya, kemarahan justru bisa membuat situasi malah bertambah buruk.

Menyitir sebuah pepatah kuna, Sosa mewanti-wanti agar kita jangan pernah membuat keputusan penting selagi dalam keadaan marah.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image