Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mendengarkan Kritik adalah Tanggung Jawab Kepemimpinan

Eduaksi | Thursday, 21 Sep 2023, 08:30 WIB
Karikatur tentang kritik. Sumber gambar: republika.co.id.

BIROKRASI pemerintahan semestinya dijalankan sembari membuka seluas-luasnya pintu bagi kritik dari publik. Aparatur negara, dalam level apa pun, tak semestinya alergi dan sensitif terhadap kritik. Kritik warga masyarakat merupakan bagian dari partisipasi publik dalam mengontrol kekuasaan.

Aparatur negara -- dari level paling tinggi hingga level paling rendah -- adalah abdi, pelayan, yang setiap pikiran dan tindakannya harus diniatkan sepenuhnya untuk melayani rakyat, dengan sebaik-baiknya dan setulus-tulusnya.

Negara sendiri harus selalu menjadi wahana perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan warga negara, tanpa kecuali. Oleh karena itu, tatkala Republik ini akhirnya lahir, para pendirinya sepakat bulat bahwa salah satu tugas pokok yang harus diperjuangkan bersama-sama adalah mewujudkan sebuah negara kesejahteraan. Hal ini tertuang secara gamblang dalam konstitusi kita.

Dengan pemahaman seperti itu, keberadaan negara harus senantiasa diarahkan sepenuhnya untuk menggapai kesejahteraan segenap rakyat. Para pengelola negara mengemban tugas sangat mulia yaitu harus menjadikan seluruh rakyat sejahtera, lahir maupun batin.

Sebuah negara bisa dikategorikan gagal antara lain jika ia tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat dengan baik (Stoddard, 2000). Secara ringkas, terdapat setidaknya tiga kebutuhan utama rakyat yang harus dipenuhi oleh negara.

Pertama, negara wajib menjamin setiap individu dan keluarganya untuk memperoleh pendapatan minimum agar mampu memenuhi kebutuhan hidup paling mendasar.

Kedua, negara wajib memberi perlindungan sosial jika individu dan keluarganya berada dalam situasi rawan sehingga mereka dapat menghadapi keterpurukan sosial seperti sakit, usia lanjut, tuna karya serta kemiskinan.

Ketiga, negara harus menjamin setiap individu, tanpa membedakan status dan kelas sosialnya, agar memperoleh akses pelayanan sosial dasar seperti pendidikan, kesehatan, pemenuhan gizi (terutama bagi kaum balita), sanitasi, dan air bersih.

Tiga kebutuhan utama inilah yang setidaknya harus senantiasa terus-menerus diperjuangkan tanpa henti oleh para pejabat negara. Mereka dituntut mampu merealisasikan ketiga kewajiban utama negara tersebut.

Kritik terhadap birokrasi

Lontaran kritik-kritik masyarakat terhadap birokrasi pemerintahan maupun aparatur negara sesungguhnya merupakan bentuk kecintaan masyarakat dan bagian dari partisipasi publik dalam mengontrol kekuasaan. Jika kritikan itu mengandung ketidakbenaran cukup dibantah atau diklarifikasi secara terbuka dengan menyodorkan data-data akurat.

Aparatur negara harus selalu siap dikritik, bahkan dicaci masyarakat. Itulah risiko menjadi pelayan publik. Aparatur negara tak semestinya alergi dan sensitif terhadap kritik.

Glenn Llopis (2015), penasihat senior untuk Fortune 500 dan juga penulis buku bertajuk Leadership in the Age of Personalization, pernah menyatakan terlalu banyak pemimpin menjadi defensif, lebih fokus pada reputasi mereka, dan selalu bereaksi berlebihan daripada mengevaluasi situasi yang dihadapi. Padahal, tambah Llopis, salah satu kualitas kepemimpinan yang paling penting adalah menjadi pendengar yang baik.

Ketika kritik-kritik bermunculan, jangan mencoba untuk menutupnya. Mendengarkan kritik adalah tanggung jawab kepemimpinan yang tidak muncul dalam deskripsi pekerjaan, tetapi dapat membuat kita menjadi pemimpin yang lebih efektif dan dapat dipercaya. Demikian antara lain nasihat Llopis.

Presiden Joko Widodo sendiri beberapa waktu lalu pernah mengatakan bahwa dirinya mendorong masyarakat agar lebih aktif memberikan kritik.

Tentu saja, kita percaya bahwa apa yang dikatakan Presiden Joko Widodo itu bukan sekadar lip service alias cuma basa-basi pemanis bibir.

Kritik sendiri umumnya selalu pahit. Tidak pernah ada kritik yang manis. Namun, seperti obat, yang juga pahit, kritik justru menyehatkan. Berbeda dengan pujian yang dapat membuat kita terlena dan lupa diri, kritik justru dapat membuat kita lebih tumbuh, berkembang, kuat, dan maju.

Dalam kacamata Leroy Aziz Sane, yang biasa menempati posisi winger di Bayern Munchen dan timnas der Panzer Jerman, kritik itu adalah semacam insentif untuk memperbaiki diri.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image