Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran
Guru Menulis | 2023-09-20 23:17:26Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal sebagai pendiri pendidikan Taman Siswa di Indonesia, memiliki pandangan yang kuat tentang pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai filosofi, termasuk Pratap Triloka. Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang dipengaruhi oleh Pratap Triloka mempengaruhi cara pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.
Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan harus membantu siswa menemukan makna dalam hidup mereka. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, ini berarti mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut akan memengaruhi pencapaian tujuan hidup dan perkembangan siswa secara keseluruhan, dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut akan memberikan bantuan terbaik kepada siswa. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus memastikan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan nilai-nilai etika dan norma-norma perilaku yang baik. Keputusan tersebut harus memberikan contoh yang baik bagi siswa.
Jadi, pandangan Ki Hajar Dewantara yang dipengaruhi oleh Pratap Triloka memengaruhi pendekatan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Mereka harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti makna hidup, bantuan, etika, dan budaya lokal dalam upaya menciptakan keputusan yang baik untuk mendukung tujuan pendidikan dan perkembangan siswa. Ini memberikan landasan etis yang kuat untuk pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan.
Nilai-nilai kebajikan guru
Nilai-nilai kebajikan guru memiliki dampak yang signifikan pada prinsip-prinsip yang mereka terapkan dalam pengambilan keputusan. Seorang guru yang mendasarkan pengambilan keputusan mereka pada nilai-nilai kebajikan cenderung membuat keputusan yang lebih etis, bertanggung jawab, dan mendukung perkembangan siswa. Nilai-nilai yang dimiliki seorang guru di antaranya keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
Coaching
Kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan sangat berhubungan dengan kegiatan coaching. Coaching adalah pendekatan yang bertujuan untuk membantu individu mencapai tujuan mereka, mengembangkan keterampilan, dan meningkatkan kinerja mereka melalui refleksi, pertanyaan, dan panduan.
Dalam konteks pengambilan keputusan, sesi coaching dapat membantu seseorang mengevaluasi sejauh mana pengambilan keputusan tersebut efektif, serta membantu mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dalam diri mereka terkait dengan keputusan yang telah diambil.
Sesi coaching yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan dalam proses pembelajaran. Ini memungkinkan individu untuk memahami lebih baik keputusan yang mereka buat, mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang lebih baik, dan terus belajar dari pengalaman mereka. Coaching juga memberikan ruang untuk refleksi dan pertimbangan yang mendalam, yang dapat membantu individu menjadi pengambil keputusan yang lebih efektif dan bijaksana.
Sosial emosional
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosionalnya memiliki dampak yang signifikan terhadap pengambilan keputusan mereka. Ini karena kemampuan sosial dan emosional guru memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan siswa, rekan kerja, dan pihak lain yang terlibat dalam lingkungan sekolah.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional mereka sangat penting dalam pengambilan keputusan yang efektif di lingkungan sekolah. Ini memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan siswa dan orang lain, bagaimana mereka mengelola konflik, dan bagaimana mereka merespons kebutuhan sosial dan emosional siswa. Kemampuan ini membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih inklusif, mendukung, dan berorientasi pada kepentingan siswa, yang pada gilirannya memengaruhi pengambilan keputusan yang lebih baik.
Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37)
Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral.
"Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
- Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
- Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
- Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika
- bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.