Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ary Gunawan

Menjembatani Generasi Alfa dan Perkembangan Teknologi: Urgensi Pengembangan Kompetensi Guru

Didaktika | 2024-05-11 08:27:27
Digital Native sangat akrab dengan teknologi. (Dok. Pribadi)

Di era disrupsi teknologi dan kompleksitas zaman, peran guru kian fundamental dalam mengantarkan generasi penerus bangsa. Generasi Alfa, generasi digital native pertama, memiliki karakteristik unik yang menuntut pendekatan pembelajaran inovatif. Di sinilah peran guru pembelajar, guru yang terus belajar dan beradaptasi, menjadi kunci dalam menjembatani generasi Alfa dan perkembangan teknologi pendidikan.

Mengapa pengembangan kompetensi guru pembelajar begitu penting?

Pertama, generasi Alfa terpapar teknologi sejak dini. Mereka terbiasa dengan informasi instan, interaksi digital, dan stimulasi visual yang berlimpah. Guru dituntut untuk memahami karakteristik dan gaya belajar mereka, serta mampu merancang pembelajaran yang menarik, interaktif, dan relevan dengan kehidupan mereka.

Kedua, perkembangan teknologi pendidikan menghadirkan peluang dan tantangan baru. Platform pembelajaran daring, sumber belajar digital, dan alat bantu pengajaran interaktif membuka akses informasi dan memperkaya pengalaman belajar. Namun, guru perlu memilah dan memanfaatkan teknologi secara bijak, serta memastikannya selaras dengan tujuan pembelajaran.

Ketiga, tuntutan kurikulum dan standar pendidikan terus berkembang. Guru perlu memperbarui pengetahuannya dan mengikuti tren terkini agar dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan sepanjang hayat bagi guru. Menurutnya, "Guru yang baik adalah guru yang tidak berhenti belajar." Lalu, Bagaimana cara mengembangkan kompetensi guru pembelajar?

Pertama, budaya belajar mandiri perlu ditanamkan pada guru. Guru harus terbiasa mencari informasi baru, mengikuti pelatihan dan seminar, serta terlibat dalam komunitas belajar.

Kedua, pemerintah dan pemangku kepentingan harus menyediakan program pengembangan profesional yang berkualitas dan berkelanjutan. Program ini dapat berupa pelatihan daring, workshop, mentoring, dan kesempatan untuk belajar dari praktisi terbaik.

Ketiga, sekolah perlu menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran guru. Sekolah dapat menyediakan akses internet yang memadai, menyediakan ruang untuk kolaborasi dan diskusi, serta memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi dalam pengembangan profesional.

Pengembangan kompetensi guru pembelajar adalah investasi jangka panjang untuk masa depan pendidikan Indonesia. Dengan guru yang kompeten dan adaptif, generasi Alfa dapat berkembang menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman. Hal ini sejalan dengan paparan UNESCO dalam laporan Education in a Changing World: 2019 menyatakan bahwa guru harus menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan menginspirasi siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Kurikulum pembelajaran harus selalu di-update dan diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman. The living currriculum adalah guru yang selalu adaptif dan siap belajar untuk pengembangan diri dan perbaikan proses pembelajaran.

Tulisan ini adalah catatan reflektif Hari Pendidikan Nasional. Diolah dari merangkum sumber baca, perbincangan di linimasa Twitter/X dan obrolan/ diskusi komunitas belajar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image