Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Jasa Angkasawan 'Rimba Raya' dalam Ikut Menegakkan NKRI

Sejarah | Thursday, 14 Sep 2023, 14:29 WIB
Perangkat penerima siaran radio. Foto: motionarray.com.

Ketika terjadi agresi kedua Belanda pada tahun 1948, pasukan Londo berhasil menduduki Yogyakarta. Ini menyebabkan Radio Republik Indonesia [RRI] Yogyakarta harus berhenti mengudara. Di saat yang sama, pihak Belanda melalui siaran Radio Batavia dan Hilversum menyiarkan propaganda bahwa pemerintahan Republik Indonesia telah hancur.

Namun, propaganda Belanda itu kemudian berhasil di-counter oleh siaran Radio Rimba Raya, yang dipancarkan dari kawasan Aceh. Para angkasawan Radio Rimba Raya berperan besar menangkis propaganda dan provokasi yang disiarkan pihak Belanda selama masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia [PDRI].

Berkat keberadaan stasiun Radio Rimba Raya pula, Sjafruddin Prawiranegara dapat terus mengumumkan perintah dan instruksinya kepada para pejabat Republik maupun Tentara Rakyat Indonesia [TRI] yang tengah melakukan perjuangan bergerilya pada saat itu.

Menurut catatan Norman [2018], para angkasawan yang terlibat dalam penyelenggaraan siaran Radio Rimba Raya yaitu Kolonel Husin Yusuf [pimpinan Radio Rimba Raya]; Abdulah [teknisi penyiaran], Darwis dan M Saleh [teknisi listrik], Idris [protokol penyiaran], Letnan Muda TRI Suryadi [penyiaran dalam bahasa Indonesia], Abdullah [penyiaran dalam bahasa Inggris], Abubakar [penyiaran dalam bahasa Madras], dan Wong Fie [penyiaran dalam bahasa Mandarin].

Berdasarkan kajian historis yang dilakukan Muttaqin [2019], jadwal mengudara Radio Rimba Raya terbagi dalam lima segmen.

Segmen pertama dimulai pukul 16.00 – 18.00 WIB. Segmen ini difokuskan untuk melakukan hubungan telegraf dengan stasiun-stasiun pemancar pasukan gerilya di dalam dan di luar kota. Hubungan telegraf ini penting artinya bagi perjuangan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan perjuangan pasukan Indonesia di medan pertempuran.

Segmen kedua dimulai pukul 19.00 – 21.00 WIB. Di segmen kedua ini, Radio Rimba Raya mengadakan penyiaran dalam negeri untuk kepentingan masyarakat dalam negeri dengan menggunakan station ID Suara Republik Indonesia.

Segmen ketiga berlangsung mulai pukul 21.00 – 23.00 WIB. Pada segmen ini, siaran Radio Rimba Raya diarahkan ke luar

negeri. Siaran ini berperan penting sebagai bagian perjuangan diplomasi. Lewat siaran yang diarahkan ke luar negeri inilah angkasawan Radio Rimba Raya mengingformasikan ke dunia luar bahwa Negara Republik Indonesia masih ada.

Segmen keempat dimulai pukul 23.00 – 24.00 WIB dilakukan siaran khusus ke garis depan perjuangan dengan menggunakan station ID Suara Indonesia Merdeka.

Segmen terakhir, segmen kelima, berlangsung dari pukul 24.00 - pagi. Pada segmen ini, dilakukan hubungan dengan perwakilan- perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk saling mengabarkan masalah situasi di dalam negeri dan luar negeri berikut kemajuan perjuangan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam perjuangan, baik di dalam maupun di luarnegeri.

Selain itu, Radio Rimba Raya juga menginformasikan kepada perwakilan Indonesia di luar negeri ihwal kebutuhan-kebutuhan perang yang diperlukan para pejuang kita.

Penyampaian informasi ke perwakilan luar negeri dilakukan dengan menggunakan ungkapan yang disamarkan. Misalnya, saat mengudara di tengah malam, angkasawan Radio Rimba Raya, di sela-sela siarannya, mengatakan “Halo, kirimkan kami mentega, susu, atau beras.”

Bahan-bahan pangan yang disebutkan itu sesungguhnya adalah barang-barang lain seperti senjata dan amunisi untuk kebutuhan perang para pejuang Indonesia.

Lewat siaran yang diudarakannya, Radio Rimba Raya juga aktif menggalang dana dari masyarakat. Di sela-sela informasi yang disampaikan, angkasawan Radio Rimba Raya juga menghimbau kepada masyarakat untuk membantu dengan memberikan donasi atau sumbangan dana untuk para pejuang Indonesia.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para penyumbang dan untuk memotivasi para penyumbang lainnya, secara rutin diumumkan jumlah pemasukan dana yang telah terkumpul.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image