Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmat Heryanto

Membentuk Karakter Anak Tanggung Jawab Siapa?

Parenting | 2023-09-12 09:24:24

Setiap orang maupun benda yang ada di dunia ini memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas atau karakter tersebut ada yang merupakan bawaan seperti bentuk/rupa serta ada yang merupakan hasil didikan seperti sikap dan perilaku.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau watak.

Karakter seseorang dibentuk mulai dari dia dilahirkan. Sejak itu, sesorang akan dibentuk karakternya melalui didikan dari orang tuanya. Meskipun dalam prosesnya tidak hanya didikan dari orang tua yang berpengaruh dalam membentuk karakter anak, tetapi peran orang tua tetap akan menjadi sangat dominan dalam membentuk karakter.

Setiap orang tua selalu menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik, akan tetapi terkadang orang tua lupa akan peran nya dalam mendidik dan membentuk karakter. Sering kali seorang ayah beranggapan bahwa anak hanya perlu diberikan materi agar segala kebutuhannya terpenuhi, baik itu makanan ataupun Pendidikan. Hal tersebut menyebabkan anak kehilangan sosok seorang ayah dalam fase perkembangannya, sehingga mereka cenderung lebih dekat dengan ibunya dibanding dengan ayahnya.

Paradigma yang berkembang saat ini adalah selalu menganggap peran mendidik dan membentuk karakter seorang anak itu melekat pada sosok istri/ibu. Padahal suami atau ayah juga memiliki peran yang sama penting dalam mendidik dan membentuk karakter seorang anak. Hal ini merupakan bentuk kerja sama dalam keluarga serta sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah terhadap anaknya.

Indonesia disebut menjadi negara fatherless ketiga di dunia. Hal itu disebutkan dalam program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia." Fenomena terjadi karena hilangnya peran ayah dalam mendidik dan membentuk karakter anak.

Fatherless sendiri sering diartikan anak-anak yang peran ayahnya sangat minim selama proses pengasuhan ataupun pembentukan karakter. Untuk menghindari hal tersebut, seorang suami/ayah harus ikut serta dalam mendidik anak agar tercipta ikatan antara anak dan ayah sehingga menciptakan generasi berkarakter unggul, baik, sholeh/sholehah.

Waktu bersama keluarga (Sumber : www.freepik.com)

Seorang ayah memiliki peran yang sama penting dengan ibu dalam proses mendidik dan membentuk karakter anak, baik laki-laki ataupun perempuan. Sebagai pemimpin dalam keluarga, ayah merupakan panutan bagi istri serta anak-anaknya sehingga seorang ayah harus memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik. Selain itu, sosok ayah juga dianggap sebagai pahlawan yang dapat melindungi keluarganya dari bahaya serta kekurangan, baik itu kekurangan kasih sayang, perhatian, ataupun ilmu sehingga anggota keluarganya tidak mencarinya dari orang lain.

Laki-laki sebagai makhluk yang lebih sering menggunakan logika dibandingkan dengan perasaan harus mampu menjadi problem solver atau pemecah masalah dengan cara berdialog/bermusyawarah dengan anak sehingga terwujudnya komunikasi yang baik dalam keluarga. Ayah juga harus mampu menjadi teman bermain bagi anak, karena bermain bersama anak dapat melatih kreatifitas dan fisik anak.

Seorang ayah harus mampu mengajarkan hal yang tidak diajarkan oleh seorang ibu, salah satu contohnya adalah ketegasan dan keberanian dalam mengambil keputusan. Dua hal tersebut harus mampu dicontohkan oleh seorang ayah terhadap anaknya, agar anak dapat menjadikan ayah sebagai teladan dan panutan dalam bersikap dan bertindak.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa peran serta suami/ayah dalam mendidik seorang anak juga sama pentingnya dengan seorang ibu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image