Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Pentingnya Belajar Politik

Politik | 2023-09-10 16:27:49
Ilustrasi bentuk kegiatan politik, sumber : https//bobo.grid.id

Ketika mendengar kata politik ditelinga kita dipastikan persepsi setiap orang berbeda-beda, ada sebagian orang memaknainya sesuatu yang buruk, tidak sedikit juga orang memandangnya sebagai sarana efektif melakukan perubahan ke arah lebih baik. Terjadinya perbedaan tafsir atas politik itu, salah satunya disebabkan wajah praksis politik selama ini tidak tunggal. Terkadang menampakkan wajah suci, luhur, teduh, dan sakral kepada masyarakat, tetapi tidak jarang menampilkan paras tipu muslihat, korup, kejam, dan khianat.

Ketika publik melihat politik itu suci dan sakral, bisa jadi tafsir mereka dipengaruhi praksis politik para tokoh bangsa, telah berhasil menghidmatkan karir politik sebagai sarana pengabdian tulus kepada masyarakat. Kisah kesederhanaan Hamka, politisi Partai Islam Masyumi, menjadi salah satu tampilan wajah politik berparas humanis, suci, dan luhur. Menurut Husaini dan Setiawan (2020) kehidupan Hamka sangat sederhana, tidak bergelimang harta, politik bagi Hamka sarana menegakkan keadilan dan kesejahteraan. Politik bukan alat untuk memperkaya diri, keluarga atau kelompoknya. Hamka tidak ragu berbeda pendapat melawan narasi dari penguasa, meskipun menerima konsekuensi raganya dipenjara, dan karya bukunya mengalami pelarangan.

Sedangkan publik memaknai politik adalah tipu muslihat, korup, dan khianat, bisa jadi penafsiran itu muncul ketika melihat praksis politik tidak memiliki moralitas-integritas. Kasus korupsi melibatkan tokoh politik dari anggota legislatif, kepala daerah, penjabat mentri, dan ketua umum partai, menjadi sederet bukti otentik bahwa politik tidak lebih dari alat mengakumulasi kapital bagi diri, keluarga, dan kelompoknya. Hal ini berdampak politik memiliki makna buruk atau kurang baik dimata masyarakat. Politik telah disalahgunakan untuk korupsi atau mempertahankan kekuasaan tanpa mempedulikan kesejahteraan masyarakat.

Politik Kebaikan

Menjadi pertanyaan kemudian “apakah benar politik memiliki dua wajah?” jawabannya politik pada hakikatnya suatu usaha mencapai masyarakat terbaik kata Aristoteles (384 SM – 322 SM), politik berusaha memberikan ruang bagi masyarakat mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan dimiliki secara terbuka, sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup mereka di bidang sosial, ekonomi, dan politik (Budiardjo, 2009).

Politik itu sebenarnya menekankan pentingnya menjunjung tinggi keadilan, kebenaran, solidaritas, dan moralitas. Idealisme dalam berpolitik diukur dari sejauh mana tindakan memiliki dampak positif bagi kehidupan masyarakat, tujuannya menciptakan masyarakat lebih adil, harmonis, dan sejahtera. Jadi seharusnya politik itu menampakan satu wajah tunggal, yaitu menjunjung tinggi martabat atau harga diri manusia serta nilai-nilai moral dan etika.

Relevansi Belajar Politik

Mempelajari, mengerti, dan memahami politik menemukan relevansinya saat ini, karena kalau kita mengabaikan politik, dengan sikap acuh tak acuh atau apatis, menurut Berthold Brecht (1898 – 1956), seorang penyair Jerman, pernah mengatakan :

"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri”

Berthold Brecht (1898-1956) memahami politik itu bagian integral dari umat manusia, politik mempengaruhi semua aspek kehidupan kita sehari-hari, hal ini senada dengan Aristoteles (384 SM – 322 SM) pernah mengatakan manusia sebagai “binatang politik” (zoon politikon), artinya makhluk hidup tidak bisa memisahkan diri dari kehidupan sosial-politik disekitarnya, setidaknya terdapat beberapa alasan kenapa kita tidak boleh buta politik.

Pertama, bisa mencegah terjadinya penyelewengan kekuasaan, dengan belajar politik akan melatih nalar kritis, kemudian mendorong aktif dalam berbagai gerakan civil society untuk melakukan pengawasan atas berbagai kebijakan pemerintah. Kedua, memaksimalkan hak-hak politik, mampu menyadarkan setiap individu untuk berpartisipasi, baik memilih atau dipilih dalam kontestasi elektoral, atau menyampaikan pendapat diruang-ruang publik baik lisan atau tertulis.

Ketiga, mengetahui bagaimana sistem politik itu bekerja, seperti proses pembuatan undang-undang, bagaimana keputusan pemerintah dapat berdampak pada masyarakat, dan berusaha mempengaruhi kebijakan dibuat oleh pemerintah. Keempat, menghindari menjadi korban manipulasi atau propaganda politik pihak-pihak tertentu, dengan mengerti politik kita dapat memilih dan memilah berbagai informasi secara kritis dan berimbang. Kelima, membuka peluang setiap individu bisa berperan dalam isu-isu global, seperti perubahan iklim, perdagangan orang, hak asasi manusia, kontra terorisme, dan bantuan luar negeri.

Sedangkan Agustino (2007) dalam bukunya menjelaskan arti penting kita belajar dan memahami politik. Pertama, pertimbangan ilmiah, memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang fenomena politik terjadi, sehingga masyarakat bisa melakukan analisis sosial, adapun manfaatnya masyarakat semakin cerdas dan kritis memetakan berbagai fenomena politik. Mereka dapat melakukan pengawasan secara kuat dan mandiri terhadap sistem politik yang berkerja berdasarkan pertimbangan akademis-ilmiah-teoritik, harapannya dapat meminimalisir munculnya patalogi politik yang merugikan kepentingan masyarakat.

Kedua, pertimbangan profesional, berfungsi memecahkan berbagai permasalahan politik terjadi, politik tidak hanya digunakan dalam pertimbangan ilmiah saja, tetapi memiliki tujuan mencapai kebaikan bersama, dengan menjadikan politik sebagai ilmu pengetahuan bersifat praksis dan aplikatif menjawab kebutuhan zamannya.

Penutup

Demokrasi merupakan sistem politik menuntut masyarakatnya mampu berpikir cerdas dan kritis, karena demokrasi menjadikan logika dan akal sehat sebagai fondasinya, menjadi keniscayaan sebagai warga negara harus terus belajar dan memahami politik, tujuannya agar wajah politik menjadi tunggal berparas keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan. Karena semua warga negara dan elit penguasa paham hak dan kewajibanya dalam sistem demokrasi, kalau memahami politik secara komprehensif, bermoral, dan beretika. Semoga.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karawang.

Daftar Referensi Artikel

1. Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik. (Graha Ilmu, Yogyakarta).

2. Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Gramedia Pustaka, Jakarta).

3. Husaini, Adian dan Galih Setiawan. 2020. Pemikiran dan Perjuangan M. Natsir dan Hamka dalam Pendidikan. (Gema Insani, Depok).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image