Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dandelion

Kapitalisme di Asia Pasifik, Tirani yang Harus Segera Digantikan

Politik | 2023-09-07 06:22:47

Islam adalah agama yang Allah Swt datangkan bersama Rasulullah saw sebagai pengemban risalah, sejatinya adalah sebuah sistem kehidupan dan rahmat semesta alam yang diperlukan oleh negara untuk diemban dan disebarkan ke seluruh dunia. Islam memiliki aturan lengkap dari Allah Swt untuk mengatur umat manusia, termasuk untuk mengatur ekonomi. Allah Maha Kaya, tetapi sayangnya manusia saat ini menggunakan aturan selain aturan Allah untuk mengatur kehidupan individu hingga negara. “Seandainya mereka menegakkan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (QS Al Ma’idah: 66) Sistem yang dipakai oleh mayoritas negara di dunia saat ini adalah sekularisme, dengan sistem ekonomi kapitalisme. Perlu diketahui, bahkan kapitalisme 3 mahzab sekalipun tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan, apalagi kemiskinan ekstrem di Asia Pasifik. Karena pada dasarnya dalam sistem ekonomi kapitalisme, pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, tidak berhak mengintervensi kegiatan ekonomi masyarakat. Adam Smith, seorang tokoh kapitalis klasik, memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya. Kebijaksanaan laissez faire mencakup pula perdagangan bebas, keuangan yang kuat, anggaran belanja seimbang, bantuan kemiskinan minimum. Lalu apa yang didapat? Fatal, rakyat miskin tidak mampu berkompetisi dengan konsep modal-komoditas-uang, dari mana mereka mendapat modal jika sudah miskin, bantuan negara juga minim. Padahal Allah sebagai Maha Pencipta sekaligus Maha Pengatur memerintahkan agar imam/penguasa supaya menjadi perisai umat. “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim) Demikian pula kapitalisme modern sebagai wujud dari kritik atas sistem ekonomi kapitalisme klasik yang menyebabkan kesenjangan sosial dan distribusi yang tak adil tentang kekayaan, kekuasaan, monopoli pasar hingga imperialisme. Memberikan solusi yang tidak solutif dengan sewa lahan. Sedangkan Allah mengharamkan sewa lahan. Dari Jabir ra berkata, rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanaminya, maka hedaklah diserahkan kepada orang lain(untuk ditanami) dan janganlah menyewakannya.” (HR.Muslim) Pun kapitalisme kontemporer yang getol mengusung solusi praktik ribawi. Allah Swt berfirman: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al Baqarah: 275) Sistem ekonomi kapitalisme mendewakan kebebasan kepemilikan, eksploitasi SDA, namun bergantung pada upeti/pajak dari rakyat miskin dan menjauhkan kaum muslim dari Islam. Dampak dari penerapannya saat ini, Kiribati ditelan laut, hingga sang raja tambang, Indonesia, tidak mampu mendapatkan jaminan kesehatan, makanan yang layak dan membangun jembatan yang layak bagi anak sekolah. Padahal region Asia dan Pasifik dirahmati Allah dengan SDA yang begitu kaya. Tetapi karena sistem pemerintahan yang diterapkan secara menyeluruh adalah kapitalisme bahkan sosialis-komunis. Maka tidak ada harapan bagi kesetaraan kekayaan seluruh umat. Berdasarkan Ringkasan Kebijakan Agustus 2023, Penentuan Wilayah Prioritas Kemiskinan Ekstrem 2021-2024, kemiskinan ekstrem jika penduduk berpenghasilan di bawah $ 1.9 per orang per hari , dan miskin biasa jika berpenghasilan $ 2.51 per orang per hari hingga tahun 2021. Banyak ekonom yang mengajukan peninjauan ulang atas batas garis kemiskinan ekstrem ini. Tapi meninjau ulang saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan penerapan Islam sebagai sebuah sistem secara kaaffah dalam bingkai khilafah. “Penduduk negeri manapun yang berada pada pagi hari, sementara di tengah-tengah mereka ada orang yang kelaparan, maka jaminan Allah telah lepas dari mereka.” (HR Ahmad, Hakim) Sistem ekonomi Islam yang dikenal anti inflasi melayani masyarakat secara adil. Penghasilan negara ditujukan untuk kemakmuran rakyat sebab Allah memerintahkan demikian. Penghasilan negara Islam tersimpan di Baitul Mal diperoleh dari: Fai, Kharaj, ghanimah, dlaribah/pajak jika kas negara kosong (itupun dipungut dari yang kaya saja), khumus, jizyah, dll. Islam juga mengatur mana harta yang wajib dizakati. Islam juga memberlakukan mata uang emas dan perak yang anti inflasi. Islam membedakan mana harta milik umum (milik rakyat) dan negara. Harta milik umum dikelola oleh negara dan masyarakat gratis untuk mendapatkannya, seperti; minyak, gas, listrik, pertambangan laut, sungai, perairan, mata air, hutan, padang rumput, dan tempat-tempat khusus yang dipagar/dikuasai negara untuk diberikan kepada rakyat yang membutuhkan. Hak rakyat dalam negara Islam meliputi; pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, keselamatan, keamanan, kebersihan lingkungan, perumahan, sarana komunikasi, segala transportasi darat-laut-udara, listrik hingga air yang mereka minum. Semuanya dijamin oleh negara sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Siapa dari kalian yang bangun pagi, dia sehat badannya, aman pada minumannya, punya makanan untuk harinya, maka seakan dia telah diberi dunia.” (HR Bukhari, Thirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi) Tidak ada celah bagi investor asing. Tidak ada celah bagi privatisasi dan swastanisasi. Tidak ada celah bagi monopoli SDA oleh segelintir pihak bagi hukum yang tegas. Tidak ada praktik ribawi yang mencekik umat. Tidak ada kekuasaan yang diperoleh manusia serakah. Juga tidak ada ampun bagi para penguasa zalim pemakan hak rakyat. Oleh sebab itu, ide kebangkitan negara Islam banyak ditentang oleh kaum munafik dan musuh Islam dengan dalih HAM. Padahal HAM yang dipakai sebenarnya adalah hak untuk memperoleh kekayaan sebesar-besarnya tanpa peduli dengan sesamanya. Menjadikan harta sebagai ukuran kebahagiaan. Tapi apapun makar mereka, makar Allah Swt lebih dahsyat, sebab bangkitnya khilafah ala minhajin nubuwah adalah janji Allah. Harus diperjuangkan karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image