Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mewaspadai Mikroplastik di Tubuh Kita

Gaya Hidup | Wednesday, 06 Sep 2023, 19:53 WIB
Sampah plastik. Foto: earth.org.

Produksi plastik meningkat 30 kali lipat sejak mulai digunakan secara luas pada tahun 1960-an. Sejak itu, Bumi kita mulai dijajah sampah plastik.

Menurut tim peneliti dari Universitas Kyushu, Jepang, ditaksir terdapat 24,4 triliun mikroplastik di lautan atas dunia sekarang ini -- setara dengan sekitar 30 miliar botol air setengah liter. Apa bahayanya?

Istilah mikroplastik diapungkan pertama kali oleh Richard Thompson, seorang ilmuwan kelautan di University of Plymouth, Inggris, pada tahun 2004, menyusul penemuannya terkait tumpukan potongan plastik seukuran beras di atas garis air pasang di pantai Inggris.

Kini, dengan semakin masifnya sampah plastik, organisme laut -- termasuk zooplankton, invertebrata, ikan, burung laut, dan mamalia laut -- dapat dengan mudah terpapar mikroplastik saat menelan air laut atau ketika secara tidak langsung sebagai predator dalam jaring rantai makanan. Tatkala manusia mengkonsumsi pangan dari laut yang sebelumnya sudah terkontaminasi mikroplastik, maka secara otomatis pula mikroplastik itu pun berpindah ke dalam tubuh manusia.

Penelitian yang dilakukan Rochman et al (2015) memperlihatkan bahwa seperempat sampel ikan laut dari pasar di Indonesia dan California, Amerika Serikat, mengandung puing-puing plastik dan serat-serat tekstil di perutnya.

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ekologi dan Observasi Lahan Basah (Ecoton) di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada akhir Agustus 2021, menunjukkan dari 11 jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diidentifikasi, seluruhnya mengandung mikroplastik. Dari penelitian itu diketahui satu ekor ikan yang diambil sampelnya dari hasil tangkapan nelayan mengandung sedikitnya 167 partikel mikroplastik.

Bukan cuma ikan laut, ikan air tawar pun terpapar mikroplastik. Kajian yang dilakukan Ecoton sepanjang Januari-Maret 2021 di tiga sungai terbesar di Pulau Jawa, memperlihatakan seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik.

Dari kajian Ecoton, baik yang dilakukan di laut maupun sungai, diketahui pula jenis-jenis ikan yang terkontaminasi mikroplastik. Mereka adalah bandeng, barakuda, bawal, encar, mujair, kakap merah, kakap putih, nila, tambak, teri, dan wader merah.

Selain terdapat pada ikan laut dan ikan tawar, sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa mikroplastik saat ini telah pula mengkontaminasi beberapa pangan lainnya seperti buah-buahan, sayuran, termasuk juga air minum, madu, gula, dan garam meja.

Sampai saat ini, para ahli kesehatan masih terus melakukan kajian ihwal bagaimana dampak medis dari paparan mikroplastik terhadap manusia.

Dalam penelitian berjudul A Rapid Review and Meta-regression Analyses of the Toxicological Impacts of Microplastic Exposure in Human Cells, Danopoulos et al (2022) menyimpulkan bahwa mikroplastik menyebabkan kerusakan dan kematian pada sel manusia serta memicu reaksi alergi.

Penelitian tersebut menganalisis 17 penelitian sebelumnya yang melihat dampak toksikologi mikroplastik pada lini sel manusia. Tim peneliti membandingkan tingkat mikroplastik yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel dengan tingkat yang dikonsumsi manusia melalui air minum, makanan laut, dan garam meja yang telah terkontaminasi.

Mereka menemukan jenis kerusakan tertentu, atara lain kematian sel, respons alergi, dan kerusakan dinding sel, yang disebabkan oleh mikroplastik yang dicerna tubuh manusia.

Menurut Danopoulos, efek berbahaya pada sel dari mikroplastik merupakan peristiwa awal terhadap kemungkinan munculnya efek kesehatan. Ia menyatakan penelitian di masa depan dibutuhkan untuk mengidentifikasi makanan yang paling terkontaminasi mikroplastik dan bagaimana menghindarinya. Meski demikian, ia menambahkan bahwa solusi utamanya adalah bagaimana menghentikan sampah plastik.

Sementara para ahli kesehatan terus berupaya melakukan kajian mengenai dampak medis terkait paparan mikroplastik terhadap manusia, kita tentu saja tak boleh berhenti untuk mengupayakan bagaimana mengurangi sampah plastik yang kita hasilkan.

Di level konsumen sebagai pengguna plastik, masyarakat perlu didorong untuk bisa menggunakan produk-produk plastik seminimal mungkin. Sementara di level pengambil kebijakan, pemerintah perlu menetapkan regulasi yang mampu mengatur soal penggunaan plastik, termasuk soal pelarangan plastik sekali pakai.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image