Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anny Zahratunnisa

Aktualisasi Generasi Z dalam Menyelamatkan Indonesia dari Mikroplastik

Eduaksi | 2024-11-30 14:30:05
Mikroplastik (Sumber: PRIMA PLASTINDO)

Indonesia sedang mengalami tantangan serius sebagai “darurat mikroplastik”. Menurut penelitian dari Environmental Science & Technology mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi mikroplastik terbanyak di dunia sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Mikroplastik adalah partikel terkecil berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari plastik yang sulit terurai sehingga sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Eksistensi mikroplastik berbanding lurus dengan meningkatnya sampah plastik yang dihasilkan. Semakin banyak plastik yang dikonsumsi oleh masyarakat, semakin banyak pula mikroplastik yang dihasilkan akibat dari lamanya waktu urai plastik sekitar 1.000 tahun lamanya. Aktivitas manusia erat kaitannya dengan plastik. Material ini telah menyebar penggunaanya di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) 2023 menunjukkan terdapat 25.733 sampah plastik terutama kemasan sachet dan kemasan makanan maupun minuman. Hal ini membuktikan masih tingginya kecenderungan masyarakat akan penggunaan plastik sekali pakai. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan tersebut antara lain:

1. Harga plastik yang murah

Material penyusun plastik cenderung ringan dibandingkan dengan material lain seperti, logam atau kaca. Oleh karena itu, plastik dapat diproduksi dengan jumlah yang banyak dan dengan minim biaya.

2. Gaya hidup praktis

Penggunaan plastik sekali pakai sudah menjadi bawaan di kalangan masyarakat karena fleksibilitasnya yang mudah dibawa dan tidak mengeluarkan tenaga untuk mencuci atau mengelolanya, terutama kemasan makanan dan minuman.

3. Kurangnya kesadaran terhadap lingkungan

Masih banyak masyrakat yang menyepelekan penggunaan plastik secara berlebih sehingga terus-menerus menggunakannya karena belum merasakan dampak yang signifikan. Namun, jika kebiasaan ini terus dilestarikan tanpa adanya perubahan, kerusakan ekosistem dan tantangan kesehatan akan menjadi jawabannya.

Saat ini mikroplastik tersebar di semua kompartmen lingkungan terutama ekosistem air, seperti air laut, sungai, danau, dan ekosistem lainnya. Ekosistem air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Mikroplastik melewati seluruh ekosistem di bumi yang kemudian dikonsumsi oleh bahan-bahan pangan kita seperti, spesies air yang dianggap sebagai salah satu sumber nutrisi yang berharga bagi tubuh manusia. Bahan-bahan pangan yang sudah terkontaminasi oleh mikroplastik sangat berbahaya bagi kesehatan dan keberlanjutan hidup manusia sebagai konsumen.

Mikroplastik di dalam tubuh ikan (Sumber: scientificamerican)

Sayangnya, mikroplastik sering dikonsumsi dengan jumlah besar dan terus-menerus. Lalu, harus kemana lagi kita mencari makanan yang kaya sumber nutrisi untuk dikonsumsi tanpa adanya kontaminasi dari mikroplastik? Hal ini menjadi tantangan sekaligus pilihan bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan di masa depan.

Di samping dari itu, saat ini Indonesia memiliki bonus demografi yang akan menjadi peluang untuk menanggulangi masalah ini. Keadaan ini didukung dengan banyaknya generasi Z sebanyak 70 hingga 90 juta dari total populasi di Indonesia yang peduli akan lingkungan. Generasi Z adalah generasi yang lahir dari tahun 1997 hingga tahun 2012 sebagai generasi yang tumbuh bersamaan dengan era globalisasi yang membuat mereka memiliki keterbukaan akan perubahan dan adaptabilitas yang tinggi.

Generasi Z kerap dianggap sebagai “egois” yang tidak memedulikan lingkungan sekitar. Namun, Generasi Z cenderung mampu menginspirasi karena ketertarikan dan kepekaan mereka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Consulting mengemukakan bahwa 13,56 persen responden generasi Z mengaku berpartisipasi pada komunitas yang bergerak di isu lingkungan.

Generasi Z dikenal sebagai digital natives,mengingat mereka tumbuh bersaman dengan pesatnya perubahan teknologi. Mereka kerap menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dan hal ini dapat dimanafaatkaan untuk aksi sosial dalam meningkatkan kesadaran dan mengajak masyarakat untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan sehingga memengaruhi tren mengurangi plastik secara global.

Namun, menjaga kelestarian lingkungan dengan mengurangi dan mengelola sampah plastik bukan hanya menjadi tanggung jawab generasi Z tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Dengan melakukan langkah-langkah berikut ini membantu kita menjadi pribadi yang lebih gentel dan bertanggung jawab terhadap lingkungan:

1. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai

Meskipun terdengar asing untuk dilakukan, tetapi dengan langkah kecil ini kita mampu menciptakan perubahan yang besar. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunkan produk yang ramah lingkungan (reduce)

2. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang berkemasan

Dengan membawa tumbler bukan hanya menjadi tren di kalangan sekarang, tetapi juga menjadi kemajuan akan kesadaran individu untuk mengurangi plastik.

3. Memperhatikan material produk yang digunakan

Menggunakan perlatan makan dan minum yang dapat digunakan kembali (reuse) seperti, stanless steel, kaca, atau bambu.

4. Daur ulang

Mungkin terdengar ribet, tetapi hal ini cukup dilakukan dengan memisahkan sampah plastik agar memudahkan untuk dipilah, diproses, dan didaur ulangm menjadi material yang ramah lingkungan.

5. Edukasi

Dengan langkah-lagkah yang sudah kita lakukan, percuma rasanya jika tidak mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan. Dengan menyebarnya informasi mengenai penanggulangan sampaah plastik semoga akan menjadi kebiasaan baru di tengah masyarakat saat ini.

Dengan krisisnya mikroplastik yang ada di Indonesia, solusi di atas relevan dengan peran dan aktualisasi generasi Z untuk menyelamatkan Indonesia dari mikroplastik. Saya percaya bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dengan hal-hal yang kecil menjadi hal-hal yang besar, begitu pun halnya dengan langkah-lanagkah kecil di atas akan membawa pengaruh yang signifikan di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image