Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Pelajaran dari Terbakarnya TPA Sarimukti

Gaya Hidup | Tuesday, 05 Sep 2023, 06:57 WIB
TPA Sarimukti terbakar. Foto: Novrian Arbi/ANTARA.

Kebakaran, lebih-lebih di musim kemarau, dapat melanda bangunan, kawasan maupun infrastruktur apa pun. Termasuk tempat pemrosesan akhir [TPA] sampah, seperti yang dialami oleh TPA Sarimukti, di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, baru-baru ini.

Kebakaran TPA sangat membahayakan lantaran mengeluarkan asap berbahaya dari hasil pembakaran berbagai macam bahan yang ada di kawasan TPA. Pasalnya, TPA-TPA sampah yang berada di negara kita selama ini menerima sampah-sampah yang tercampur. Beragam jenis sampah, termasuk sampah organik maupun sampah mudah terbakar seperti plastik dicampur menjadi satu dan langsung dibuang di TPA.

Keberadaan temperatur tinggi pada saat musim kemarau, dan gunungan-gunungan sampah yang terbentuk dari bahan-bahan yang mudah terbakar, menjadikan TPA senantiasa rentan dilanda kebakaran. Begitu ada bara api atau percikan api, si jago merah pun dapat segera membesar.

Terkait penumpukan gas metana, dekomposisi anaerobik sampah menghasilkan gas metana dan panas. Tatkala gas metana ini bersentuhan dengan oksigen, bahan-bahan mudah terbakar di TPA dapat saja memantik api yang akhirnya menyulut kebakaran lebih besar.

Euan Nisbet, profesor ilmu bumi di Royal Holloway, Universitas London, sebagaimana dikutip Monika Mondal [2022] mengatakan bahwa metana dapat terbakar sendiri pada kondisi suhu yang sangat tinggi.

Menurut Nisbet, di TPA sampah, di mana sebuah botol kaca -- dengan efek kaca cembungnya -- dibiarkan begitu saja, bahkan juga dapat menyebabkan sinar matahari memanasi tumpukan sampah lainnya sehingga akhirnya memicu percikan api.

Sementara itu, Digamber Chavan, seorang peneliti lingkungan yang melakukan penelitian mendalam ihwal TPA sejak tahun 2017, mengatakan bahwa tumpukan sampah lama di TPA dapat memicu kebakaran, dengan metana sebagai katalisnya. Menurut Chavan, sampah yang baru umumnya dapat terbakar pada suhu 280 derajat Celcius dan sampah lama dapat terbakar pada suhu 160-180 derajat Celcius.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa sampah lama dapat mulai membara pada suhu yang jauh lebih rendah.“Ketika api mulai membara, metana yang melimpah di dekatnya mudah terbakar,”jelas Chavan, seperti dikutip laman opendemocracy.net.

Antisipasi kebakaran TPA

Dengan banyaknya material yang mudah terbakar dan menumpuknya gas metan, kebakaran yang terjadi di TPA sampah biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemadamannya.

Ketiadaan pasokan air dan infrastruktur khusus untuk pemadaman kebakaran akan menambah sukar upaya pemadaman. Belum lagi kesulitan para petugas pemadam kebakaran di lapangan yang perlu memanjat gunungan-gunungan sampah saat melakukan pemadaman. Hal ini juga menjadi kendala yang ikut memperlambat proses pemadaman kebakaran di kawasan TPA Sampah.

Oleh sebab itu, upaya-upaya mengantisipasi kebakaran perlu menjadi bagian dari pengelolaan sampah di kawasan TPA sampah. Langkah preventif adalah yang wajib diprioritaskan. Salah satu langkah preventif yang perlu diambil yaitu membagi sampah dan blok pemrosesan sampah setidaknya menjadi dua kategori, yaitu sampah yang mudah terbakar dan sampah yang tidak mudah terbakar. Artinya, pencampuran aneka sampah perlu dihindari.

Kawasan yang diperuntukkan bagi sampah yang mudah terbakar perlu dipisah dengan kawasan bagi sampah lainnya. Bagian kawasan TPA yang menampung sampah yang mudah terbakar harus ditutup dengan tanah, jangan pernah dibiarkan terbuka.

Lokasi TPA perlu pula dilengkapi sistem pemadam kebakaran yang memadai, termasuk sumber air, tangki air, maupun alat penyemprot air. TPA juga perlu dilengkapi dengan alat pendeteksi asap. Selain itu, semua area di TPA semestinya merupakan daerah terlarang untuk merokok.

Meminimalkan jumlah dan jenis sampah yang dibuang ke TPA dapat ikut mengurangi risiko kebakaran TPA. Upaya pemilahan sampah dari sumber menjadi kuncinya. Sudah barang tentu, perlu ada kolaborasi erat yang melibatkan aspek kelembagaan, operasional, pembiayaan, regulasi, dan peran publik untuk upaya pengurangan jumlah dan jenis sampah yang dibuang ke TPA.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image