Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mengelola Sampah Perkotaan untuk Menahan Laju Peningkatan Suhu Bumi

Gaya Hidup | Sunday, 03 Sep 2023, 19:26 WIB
Sampah jadi salah satu problem lingkungan kawasan perkotaan. Foto: Mongabay Indonesia.

Sudah saatnya kota-kota kita memiliki peta jalan menuju zero waste city.

Target nol emisi karbon, yang tertuang dalam Perjanjian Paris dan telah disepakati oleh 194 negara, perlu dicapai agar laju peningkatan temperatur Bumi tidak terus berlanjut. Jika gagal mencapai nol emisi karbon berarti kita gagal menstabilkan atmosfer. Itu berarti pula peningkatan temperatur Bumi akan berlanjut -- dengan segala risiko dan konsekuensinya.

Secara umum, yang dimaksud dengan nol emisi karbon yaitu untuk setiap satu ton karbon yang dilepaskan dari geosfer ke atmosfer, sebagai buntut dari berbagai aktivitas kita menggunakan energi berbasis fosil, satu ton karbon tersebut harus dikembalikan lagi dari atmosfer ke geosfer, baik secara alami seperti diserap oleh lautan, tanah dan tanaman, atau melalui rekayasa perangkat khusus yang mampu menyerap karbon.

Bagi setiap negara, kawasan perkotaan memainkan peran sentral dalam ikhtiar pencapaian target nol emisi karbon. Meski kawasan perkotaan mencangkup hanya sekitar tiga persen dari wilayah Bumi, kawasan ini justru memiliki kontribusi paling besar atas emisi karbon selama ini, yakni sekitar 70 persen. Oleh sebab itu, dekarbonisasi kawasan perkotaan wajib menjadi salah satu prioritas utama dalam mewujudkan target nol emisi karbon.

Salah satu sektor yang harus menjadi sasaran utama program dekarbonisasi kawasan perkotaan adalah sektor pengelolaan sampah. Sejauh ini, sistem open dumping dan landfill masih menjadi andalan utama pengelolaan sampah di banyak kawasan perkotaan di negara kita saat ini. Sistem Open dumping adalah menempatkan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) begitu saja, tanpa penanganan lebih lanjut. Sedangkan landfill yaitu menempatkan sampah di TPA, lantas diratakan serta dipadatkan menggunakan alat berat dan diurug tanah.

Sistem open dumping maupun landfill bukan saja berpotensi menjadi sumber pencemaran terhadap air, tanah serta udara, tetapi juga dapat berkontribusi terhadap penumpukan gas rumah kaca. Pasalnya, sampah yang membusuk menghasilkan gas metana yang 87 kali lebih kuat daripada CO2. Sejumlah sumber menyebut sampah menyumbang sekitar 20 persen emisi gas metana. Dan itu cukup berkontribusi dalam turut meningkatkan temperatur Bumi yang kita tinggali ini.

Diperlukan inovasi teknologi dalam hal pengelolaan sampah di perkotaan agar kian ramah lingkungan dan tidak semakin menambah penumpukan gas rumah kaca. Tak kalah pentingnya yaitu mengadopsi program zero waste yang meliputi formula 5R, yaitu refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang) dan rot (membusukkan sampah) di kalangan warga perkotaan.

Lewat program zero waste, rumahtangga didorong untuk mampu melakukan pemilahan sampah dari rumah masing-masing. Dengan demikian, sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumahtangga tidak sepenuhnya harus berakhir di TPA sampah.

program zero waste perlu menjadi opsi dalam pengelolaan sampah perkotaan di negeri ini. Untuk itu, roadmap alias peta jalan menuju zero waste city seyogianya perlu dibuat dan dimiliki oleh para pengelola kota-kota kita.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image